Kecemasan
jiwa selalu menempati posisi puncak diantara penyakit masa kini. Buku-buku dan
penelitian yang membahas tema kejiwaan sudah sangat banyak. Meskipun begitu,
fenomena kecemasan jiwa terus berlangsung.
Dalam
kehidupan yang kita jalani, kita selalu dihadapkan akan perubahan di dunia.
Oleh karenanya, dunia akan menggiring kita dalam keadaan yang akan berubah dari
satu kondisi menjadi kondisi yang lain. Seorang yang belum mengenal perubahan
ini dengan baik, maka segala upaya untuk mangatasi rasa cemas atau terbebas
dari kesusahan, tidak akan berguna. Dalam permasalahan ini, seseorang tidak
akan terbebas dari rasa cemas, kecuali jika ia sendiri bersikeras mengatasinya.
Untuk
terbebas dari belenggu itu, kita perlu mengubah dan meluruskan gaya berfikir
mulai dari sekarang. Seseorang tidak akan merasa bahagia, manakala ia membebani
dirinya dengan beban pikiran
yang penuh kesedihan dan kesusahan. Ia selalu gundah, selalu merasa kurang
nyaman dengan beban yang dipikulnya.
Sesungguhanya,
bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang mengenai diri sendiri, juga
bayangan pemikiran apa yang akan dilakukan, memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam kehidupan pribadinya. Hal ini sebagai mana yang di katakan James
Allen,"Segala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi langsung
dari apa yang ada di pikirannya. Seseorang dapat bangkit dan beraktifitas, hal
itu karena faktor pemikirannya". Meskipun teori Allen bertentangan
dengan ajaran agama Islam, yang menegaskan bahwa segala sesuatu digerak-kan dan
diatur oleh Tuhan. Akan tetapi, yang perlu ditegaskan disini adalah, agar
seseorang mau berpikiran baik tentang segala sesuatu. Ne, jare wong Londo-ne
‘positive thinking’, bukan malah ‘negative thinking’, selalu suudzan tentang
segala sesuatu.
Hal
lain yang dapat menghalangi seseorang berlaku dan berfikir Positif, adalah
orang-orang perfeksionisme, yaitu orang-orang yang menginginkan segala
sesuatu berjalan dengan semestinya atau kehendaknya. Mereka tak mau menerima
kekurangan, mereka juga cemas dengan adanya kemungkinan terjadi suatu kerusakan
pada dirinya.
Fakta
yang semestinya kita tahu, salah satu ciri kehidupan didunia ini adalah
perasaan kurang. Kesempurnaan di dunia hanya terdapat dalam khayalan para penyair,
serta teori para filosof dan orang-orang bijak.
Sebagai
contoh, terwujudnya kejujuran di dunia ini adalah hal mustahil. Di dunia
seseorang akan menemukan orang yang suka berbohong, menipu, bahkan munafik.
begitu pula seorang penganut perfeksionisme, mereka akan melakukan
segala cara untuk menghindari kekurangan pada dirinya.
Seharusnya
seseorang mengetahui dan memahami, bahwa di dunia ada kejernihan dan kekeruhan,
keadilan dan kedzaliman, cinta dan benci, kejujuran dan kebohongan. Ada pula
orang-orang munafik yang pandai mengubah corak penampilannya.
Pola
pemikiran seperti inilah, yang seharusnya ditekankan dalam diri seseorang.
Karena seseorang yang tidak berfikir positif dan kognitif, menggambarkan akan
kekalahan jiwanya, kekalahan jiwa menjadikan orang berpikir perfeksionis.
Bila sudah seperti itu, jangan harap ia dapat dengan baik memahami sebuah
kemelut hidup. Ia selalu merasa tabu ketika dihadapkan pada sebuah
permasalahan.
Sebenarnya,
pemikiran yang cerah, bersih dan cemerlang, akan serta merta membawa kita pada
sebuah langkah hidup yang tenang, tentram dan aman. Pemikiran positif seperti
itulah yang harus diciptakan agar kita tidak mengalami kehidupan -meminjam
istilah Gunawan Muhammad- timpang dan gampang. Dari situ, kita akan terlatih
untuk menterjemahkan segala sesuatu dan mampu untuk membenamkan keangkuhan.
Pengirim:
M. Achfasyifa’
Posting Komentar