Banyak dari suami yang belum mengetahui atau bahkan tidak mengerti tentang
bagaimana seharusnya memperlakukan istri sebagai wanita. Sebagian lain belum
tahu bagaimana istri ingin diperlakukan. walaupun sebagian dari mereka merasa
cukup tahu tentang teori-teori komunikasi dengan lawan jenis. Intinya wanita
itu sangat kompleks dan sulit dipahami, tapi di lain sisi malah wanita yang
menganggap laki-laki lah yang sebenarnya sulit untuk dipahami.
Suami adalah makhluk lelaki dengan tipikal yang tidak suka dan tidak
terbiasa berbasa-basi. Kalau pun terpaksa harus melakukannya, akan sangat
kentara sekali kalau mereka sedang berbasa-basi. Bagi mereka ketika seseorang
mengatakan ‘tidak’ berarti ‘tidak’ dan ‘ya’ berarti ‘ya’. Suami tidak terbiasa
“bermain-main” dengan ‘bahasa simbol’. dan atau jika mereka mengerti dengan
’simbol’ tersebut, mereka akan tetap mengartikannya secara harfiah dan
mencukupkan diri dengan arti yang harfiah itu.
Sebaliknya, bukan rahasia lagi, bagi sebagian suami, istri sebagai wanita
terkesan berbelit-belit dalam menyelesaikan masalah, karena seringkali
melibatkan perasaan. Hal-hal yang menurut suami sebetulnya sederhana,
seringkali jadi ribet. Belanja yang oleh para istri lakukan hanya bisa
dilakukan 5 menit, bisa jadi 50 menit. Bahkan terkadang disertai dengan
“adegan” tawar menawar yang lama. Atau Gara-gara salah ucap, si istri bisa
seharian ngambek, meskipun suami sudah minta maaf. Istri sebagai wanita juga
terkesan lebih romantis dengan mengingat hari hari special bahkan sampai detail
tanggalnya dan kejadian yang waktu itu terjadi.
Satu lagi bahasa wanita yang sangat terkenal dan terlampau sulit untuk
dipahami bagi sebagian suami , yaitu Menangis. Bahkan ada sebagian berpendapat
bahwa menangis adalah salah satu bentuk egoisme wanita. Marah sedikit, nangis.
Kurang suka sesuatu, nangis. Kalau sedih, pasti nangis. Tidak setuju, nangis.
Tersinggung sedikit, nangis. Malu sedikit, nangis. Bahkan, dalam keadaan
bahagia pun juga “terharu” (baca:menangis juga). Namun yang mengherankan
sebagian besar suami takluk oleh tangisan semacam ini, luar biasa. Bisa
jadi suami akan memilih salah satu dari pilihan berikut ini : mengalah dan
berusaha merayu istrinya tersebut, atau…bingung! Jika suami yang meninggalkan
istri menangis sendirian, bisa jadi dia termasuk kategori yang kedua, suami
yang bingung. Atau mungkin ada satu lagi yang akan mereka lakukan membelikan
sesuatu sebagai hadiah supaya istrinya tidak menangis lagi.
Memang terkadang wanita tidak mudah untuk dimengerti. Entah karena
kemisteriusannya. Diam ataupun tidak, keras atau lembut, wanita tetap sulit
dimengerti. Namun seperti sebuah teori perang ” pahami musuhmu, sehingga kau
tau kelemahannya” Begitu juga dalam memahami istri, suami diharapkan harus
lebih dulu mengerti tentang karakter, sifat dan kebiasaan istri
Memang terkadang wanita tidak mudah untuk dimengerti karena
kemisteriusannya. Diam ataupun tidak, keras atau lembut, wanita tetap sulit
dimengerti. Bahkan bagi mereka yang sudah menikah seorang istripun masih selalu
meninggalkan misteri. Akan lebih baik bagi suami jika hal ini diambil sisi
positifnya saja, karena justru di situ gregetnya berumah tangga…menggali
sedikit demi sedikit. Seperti sebuah teori perang ” pahami musuhmu, sehingga
kau tau kelemahannya”. Begitu juga dalam memahami istri, untuk memahaminya
suami diharapkan harus lebih dulu mengerti tentang karakter, sifat dan
kebiasaan istri itu sendiri, karena sebagai suami, mau tidak mau akan sangat
membutuhkan pendamping. Untuk itu suami harus mencoba untuk bersabar atas
segala “kelemahan” istri sebagai makhluk wanita yang berasal dari tulang rusuk
lelaki.
Karakter tulang rusuk ini sendiri memang unik. Dibiarkan ia akan bengkok
alias melengkung. Ditarik terlalu keras ia akan patah. Cukup pahami istri
secara sederhana, dan gunakan bukan cara dalam kaca mata wanita. Gunakan saja
cara lelaki. Tak perlu memikirkan sesuatu secara berlebihan karena jika tidak
tepat dengan apa yang dipikirkan istri, maka akan terjadi kesalahpahaman yang
begitu jauh antara suami dan istri sedangkan jika kita memikirkan secara
sederhana, akan mudah memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Seluruh kesulitan suami saat menghadapi beratnya persoalan memahami istri
akan hilang seketika begitu ia mempersembahkan ketulusan dan kesucian cintanya.
Maksudnya, sejumlah ketidakmengertian akan segera terkalahkan manakala cara
pandang yang digunakan tidak sekedar ingin mengerti dan ingin memahami semata.
Justru kerelaan berkorban, berbagi serta kemauan memuliakan istri akan meluluhkan
kekakuan hubungan yang terjalin. Tetaplah mencintai istri dengan apa adanya,
tulus dan penuh kesucian. Karena jika seorang istri diperlakukan seperti itu,
maka nanti pasti akan terbuka pintu-pintu perasaan, pikiran, keinginan serta
kesetiaan pada para suami, dan itu akan terjadi dan dilakukan oleh istri dengan
penuh suka rela.
M. Syafi'i
Posting Komentar