"Engkau
adalah orang merdeka dari segala yang engkau berputus darinya dan engkau adalah
budak dari segala sesuatu yang engkau inginkan"
Sebagai
manusia kita tidak boleh beri'tikad bahwa selain Allah itu bisa memberi
manfaat. Jika ada orang yang meminta tolong pada orang lain lalu orang tersebut
meminta agar dia melakukan sesuatu namun akhirnya tidak berhasil. Kemudian
orang tersebut meninggalkannya dan tidak lagi bergantung kepadanya serta hanya
menuju Allah dalam setiap permintaannya maka orang tersebut adalah orang yang
merdeka. Jika kita telah putus pada semua orang maka kita akan bebas, tapi
kalau kita masih butuh pada orang lain maka berarti kita menjadi budaknya.
Kita
boleh tama' tapi hanya kepada Allah karena tama' atau tidak tama' kepada Allah
adalah tidak ada perbedaannya. Orang yang seperti inilah orang benar-benar
beriman. Orang akan mulia jika dia tama' hanya kepada Allah tapi jika tama'
kepada orang lain maka dia akan hina karena orang lain adalah orang yang sama
dan sederajat dengan kita.
Di
Indonesia ini memang banyak sekali cobaan, karena banyak sekali orang islam
yang bekerja kepada orang kafir. Sebenarnya ini tidak boleh terjadi. Dalam hadits
nabi telah disebutkan :
الاسلام
يعلو ولا يعلي عليه
"Islam
adalah agama yang mulia dan tidak dikalahkan"
Agama
yang benar adalah agama nabi Muhammad yaitu satu-satunya agama yang bisa
membentengi agar khurriyyah (kebebasan) tidak dikuasai oleh orang lain.
Khurriyyah artinya kita tidak dikuasai kecuali oleh Dzat yang berhak untuk
menguasai. Tidak mungkin orang bisa mendapatkan khurriyyah kecuali dia telah
tahu siapa dirinya sendiri.
Manusia
adalah mahluk yang lemah dan yang kuat hanyalah Allah SWT. Dalam surat Al-Alaq
ayat 2 telah disebutkan :
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) [العلق/2]
Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Orang
tidak mungkin bebas jika dia tidak tahu bahwa dia adalah hamba Allah. Manusia diciptakan
dari air sperma lalu menjadi darah lalu menjadi daging lalu diberi tulang,
diberi nyawa, lahir, tumbuh, dewasa, tua, dan akhirnya meningal dunia. Manusia
diciptakan melalui proses dan yang menggerakkannya hanyalah Allah. Dengan
demikian kalau kita tahu siapa diri kita maka kita hanya menuju Allah dan
meminta tolong hanya kepada-Nya. Kita juga akan lepas dari selain Allah dan
hanya tama' kepada-Nya. Kita tidak lagi meminta tolong kepada si A, si B, atau
si C karena mereka tidak akan memberi manfaat.
Undang-undang
ciptaan manusia memang tidaklah sempurna sehingga banyak yang melanggarnya. Hal
ini tak lain karena yang membuat adalah orang yang sama dengan kita atau bahkan
kita sendiri lebih baik dari pada mereka. Tapi jika undang-undang tersebut adalah
ciptaan Allah, maka kita akan takut melanggarnya karena Allah adalah Dzat yang
tidak ada bandingannya. Contoh mudah adalah ketika kita diberi nasehat oleh
teman kita sendiri maka kita sering kali meremehkannya, namun jika nasehat
tersebut dari guru atau kyai kita maka kita aka tunduk.
Undang-undang
Allah memang di luar kemampuan akal manusia sehingga kita tidak perlu
mengetahui apakah undang-undang tersebut baik atau tidak. Inilah yang mendasari
Sayyidina Ali dalam maqalahnya :
لو
كان الدين بالعقل لكان مسح الخف من اسفله اولي من اعلاه
"seandainya
agama itu dengan akal, maka mengusap muzah dari bawahnya itu lebih utama dari
pada dari atas"
Memang
ada kalanya undang-undang itu ada yang menang dan ada yang kalah, juga ada
kalanya tidak menang semuanya. Semua ini adalah sudah menjadi ketentuan
manusia. Kalau ada yang kalah maka dia harus mengikuti kepada yang menang
walaupun dalam keadaan terpaksa. Tapi jika undang-undang tersebut dari Allah
dan kita juga sudah tahu bahwa undang-undang tersebut dari Allah, maka kita
akan menjalankannya walaupun kita sedang capek. Inilah perbedaan antara hukum
Allah dengan hukum manusia.
Orang
yang kalah adalah orang yang terjajah. Orang ini khurriyyahnya akan hilang dan
agar dia bisa merdeka maka dia harus mengikuti undang-undang Allah sebagaimana
dijelaskan dalam surat Al-Imran : 64
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا
اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا
أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ (64) [آل عمران/64]
Katakanlah:
"Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah".
jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Jika
ingin benar-benar bebas maka dia harus masuk islam secara kaffah. Dia juga
harus bebas dari hawa nafsunya (kebebasan berkehendak) yaitu mengekang
keinginan nafsu tersebut, sebaliknya jika dia tidak bisa mengekang nafsunya
maka dia akan terjajah oleh nafsu. Ini adalah penyakit, oleh karena itu dia
akan malu jika tidak mampu melawan nafsunya. Penyakit inilah yang telah melanda
dunia barat.
Di sana banyak sekali orang yang minum minuman keras, dan ekstasi.
Ini karena lemahnya nafsu mereka. Mereka tidak akan merdeka jika masih
melakukan dan tidak mau meninggalkan kebiasaan mereka. Mereka akan semakin
rusak moralnya dan jika tidak rusak maka mereka pasti sudah mau menerima islam
sebagai agama mereka. Oleh karena itu agar kita tidak terjerumus seperti mereka
kita harus senantiasa ingat dengan hikmah Ibnu Athaillah "Engkau adalah
orang merdeka dari segala yang engkau berputus darinya dan engkau adalah budak
dari segala sesuatu yang engkau inginkan"
Ngaji Kitab Hikam oleh KH. Muhammad Wafi
Posting Komentar