Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Kunci Kesuksesan Dakwah di Muka Bumi (2)

Kunci Kesuksesan Dakwah di Muka Bumi (2)

Ketika seseorang mendekat dengan Allah maka ia akan semakin asyik dengan Allah, ia semakin tidak terganggu dan risau dengan musibah, tidak pula terganggu dengan kenikmatan karena telah merasakan hakikat kenikmatan yang lebih dari kenikmatan surga, hal itu ia rasakan di dunia sebelum di surga. Ia akan merasakan kelezatan dzikir jauh lebih nikmat daripada surga beserta isinya. Getaran jiwa yang rindu kepada Allah sungguh sangat indah bahkan lebih indah dari surga, karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ

“ Barangsiapa yang rindu bertemu dengan Allah maka Allah juga rindu bertemu dengannya ”

Jika seseorang telah dirindukan perjumpaannya oleh Allah subhanahu wata’ala maka surga dan segala isinya sangatlah pasti ia dapatkan. Seseorang yang telah dirindukan oleh Allah maka siang dan malamnya penuh dengan keindahan bahkan selalu diperindah oleh Allah subhanahu wata’ala. Sangat berbeda antara orang yang melewati hari-harinya dengan kerinduan kepada Allah dan orang yang melewati hari-harinya dengan pemikiran yang kosong, Allah Maha Melihat pada sanubari kita yang terdalam, maka hari-hari dan malam-malamnya berbeda, detak nafasnya berbeda, karena orang-orang yang merindukan Allah subhanahu wata’ala itu nafasnya jauh lebih luhur daripada ibadah orang lain. 

Dalam riwayat yang tsiqah dijelaskan bahwa ketika seseorang sedang melakukan shalat maka syaitan mendekat kepadanya, dan disebelah orang yang shalat ada orang yang sedang tidur, dan syaitan tidak bisa mendekat kepada orang yang shalat tadi, ketika ditanya mengapa engkau (syaitan) tidak bisa dekat kepada orang yang sedang shalat itu, maka syaitan itu menjawab: “aku tidak bisa mendekat kepada orang yang shalat untuk mengganggunya karena nafas orang yang tidur itu membakarku”, karena orang yang tidur itu adalah orang yang rindu kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga cahaya rabbul ‘alamin berpijar di dalam jiwanya. 

Sebelum kita masuk ke alam sanubari yang rindu kepada Allah, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ اغْبرَّتْ قَدمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“ Barangsiapa yang kakinya berdebu (karena berjalan) di jalan Allah maka Allah haramkan darinya api neraka ”

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa hal itu bukan hanya untuk orang yang berjihad saja, tetapi untuk semua orang yang melangkah menuju jalan yang diridhai Allah, termasuk berjalan ke majelis dzikir, ke majelis ta’lim, ke majelis shalawat atau ke masjid, karena hadits ini diriwayatkan ketika nabi Muhammad pergi untuk shalat Jum’at, maka hal ini menunjukkan bahwa hadits ini bukan dikhususkan untuk yang berjihad saja tetapi untuk semua orang yang melangkah menuju jalan yang diridhai Allah, jika hanya kaki yang melangkah ke jalan yang diridhai Allah terkena debu maka Allah haramkan dia dari api neraka, maka bagaimana dengan jiwa yang rindu kepada Allah subhanahu wata’ala. 

Oleh sebab itu dijelaskan di dalam kitab Qabas An Nuur Al Mubin ringkasan dari kitab Ihya’ Ulumuddin oleh Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh, bahwa ketika seseorang mengucapkan kalimat :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

“ Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus ” ( QS. Al Fatihah: 6 )

Dan ia memahami serta mendalami maknanya, sungguh rahasia kemuliaan ; derajat, anugerah, pahala dan lainnya tersimpan dalam kalimat itu. Kalimat “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”, maka ia telah mendoakan dan meminta petunjuk kepada Allah untuk semua kaum muslimin. Disebutkan pula dalam riwayat Shahih Muslim ketika seseorang membaca kalimat:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(الفاتحة: 6-7 )

“ Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat ” (QS. Al Fatihah: 6-7)

Allah menjawab:
هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ

“ Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta ”

Maka hadirkan hati kita saat mengucapkan kalimat itu, oleh karena itu diperintahkan kepada kita untuk diucapkan minimal 17 kali sehari, untuk apa? untuk memperbaiki derajat kita agar semakin tinggi menuju keluhuran, karena ketika kita sendiri yang berjuang menuju keluhuran maka akan kita temui banyak hambatan, namun jika Allah yang menuntun kita, meskipun kita tidak mau maka kita akan tertuntun menuju keluhuran, misalnya seseorang tidak berniat untuk berbuat baik namun Allah anugerahi kepada kebaikan, ia tidak berniat untuk berbuat yang luhur namun Allah memberinya keluhuran karena Allah menghendakinya. Sebagaimana yang hadir di mejelis dzikir ketika Allah berkata kepada malaikat: “wahai malaikat-Ku, saksikanlah Aku telah mengampuni semua mereka yang hadir di majelis dzikir itu”, maka malaikat berkata: “wahai Allah, diantara mereka ada yang hadir bukan dengan niat ikhlas ibadah namun hanya ingin mendengarkan saja dan sekedar ingin duduk bersama”, maka Allah menjawab:

هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ

“ Orang yang duduk bersama mereka (yang berdzikir) tidak akan dihinakan”

Hal ini menunjukkan bahwa niat berbuat baik tidak ada namun Allah muliakan dia karena Allah telah memberikan kepadanya keinginan untuk duduk bersama orang yang berdzikir padahal hatinya tidak ikut berdzikir, apalagi yang datang dengan niat berdzikir dan hatinya ikut berdzikir.



Habib Munzir al Musawwa 
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger