اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(الفاتحة: 6-7 )
“ Tunjukkanlah kami ke jalan yang
lurus,(yaitu) jalan orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat ” (QS.
Al Fatihah: 6-7)
Kenikmatan dunia dan akhirah yang
diridhai Allah subhanahu wata’ala sungguh sangat banyak, yang semua itu kita
minta dalam doa kita, kita telah meminta kepada Allah agar kita selalu
dibimbing Allah untuk selalu berbuat baik, selalu enggan untuk berbuat dosa,
jika terjebak dalam dosa ingin segera bertaubat , jika berbuat ibadah ingin
selalu lebih baik lagi dari yang telah diperbuat, serta memohon agar selalu
dilimpahi kenikmatan, maka cita-cita apalagi dalam kehidupan kita selain
hal-hal itu?!, karena itu adalah kehidupan yang terluhur dan tersimpan dalam
makna surat Al Fatihah, yang telah Allah firmankan:
هَذَا
لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“ Ini untuk hamba-Ku dan bagi
hamba-Ku apa yang ia minta ”
Hanya bagi yang memintanya, maka
hadirkan hati kita ketika membaca surah Al Fatihah dalam shalat. Insyaallah
yang hadir disini semuanya mengerjakan shalat, jika masih ada yang belum
mengerjakannya semoga esok Subuh sudah mulai mengerjakannya, amin allahumma
amin.
Kehidupan luhur itu milik Allah, kenikmatan milik Allah dan petunjuk ke
jalan kemuliaan juga milik Allah, maka mintalah kepada-Nya. Kita tidak bisa
hanya mengandalkan kemampuan kita semata tanpa berdoa kepada Allah, karena
manusia diciptakan dalam keadaan lemah, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
أَعْجَزُ
النَّاسِ أَعْجَزُهُمْ عَنِ الدُّعَاءِ
“Orang yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dari berdoa”
Semakin seseorang enggan berdoa maka dia semakin lemah dalam kehidupan,
cepat terkena musibah, cepat terkena masalah, cepat terkena kesedihan, cepat
terjebak dalam kekufuran, dan lainnya karena sedikit sekali berdoa. Sebaliknya
semakin banyak seseorang berdoa maka hatinya akan semakin erat hubungannya
dengan Allah subhanahu wata’ala dan akan semakin dijaga oleh Allah, dan juga
tidak yang bisa menghalangi ketentuan Allah kecuali doa.
Sampailah kita kepada hadits luhur yang diriwayatkan di dalam Shahih Al
Bukhari bahwa rasulullah shallallahu melakukan shalat untuk para syuhada’ Uhud,
para syuhada’ tidak dishalatkan namun rasulullah memberikan kekhususan kepada
syuhada’ Uhud yang wafat untuk dishalati, terdapat dalam salah satu riwayat
bahwa shalat yang dikhususkan untuk syuhada’ Uhud itu dilakukan dengan 40 kali
takbir dan ada yang mengatakan dengan 70 kali takbir, jika kita hanya dengan 4
kali takbir.
Dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari bahwa
takbir itu merupakan doa untuk para syuhada’ Uhud atas kemuliaan wafat mereka
dalam perang Uhud, dan setelah melakukan shalat, rasulullah naik ke mimbar
seraya bersabda:
أُعْطِيْتُ
مَفَاتِيْحَ اْلكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَبْيَنمَا أَناَ نَائِمٌ
اَلْباَرِحَةَ إِذْ أُتِيْتُ بِمَفَاتِيْحِ خَزَائِنِ اْلأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ
فِيْ يَدِيْ
“Aku diberi kunci-kunci al kalam, dan aku diberi pertolongan dengan
ketakutan (yang ada dalam dada musuh-musuhku), ketika aku tadi malam tertidur
tiba-tiba aku diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi hingga diletakkan di
tanganku”
Al Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari bahwa makna kunci
yang paling kuat dari seluruh pendapat para ulama’ adalah Al Qur’an Al Karim,
dan ada pendapat lain yang dikatakan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa kunci atau
rahasia segala perkataan ada pada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan diwariskan kepada ummatnya.
Misalkan, seseorang berkata “lukisan”,
maka jika diberikan kunci rahasia maknanya maka kata itu akan membuka keluhuran
yang sangat besar bagi orang-orang yang mendengarnya, jika seseorang berkata
“lampu” maka ketika dibuka rahasia kemuliaannya maka orang-orang akan menjerit
menangis karena mendengar rahasia keluhuran, inilah yang dimaksud dengan “mafatiih
alkalim (kunci-kunci perkataan)” pendapat yang kedua, namun pendapat yang
terkuat adalah Al Qur’an Al Karim. Dan juga rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ditolong dengan ketakutan yang ada di hati para musuhnya, hal ini juga
terwariskan untuk ummat beliau.
Para musuh-musuh rasulullah takut kepada
beliau, jadi sebelum mereka para musuh bertemu untuk berperang maka mereka
merasa takut terlebih dahulu, dan hal itu telah Allah berikan kepada semua
orang yang memusuhi nabi Muhammad dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dan orang-orang yang meneruskan dakwah rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam maka orang yang memusuhinya pun akan ketakutan sebelum bertemu dengan
mereka.
Maka warisilah kemuliaan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan akan engkau lihat orang-orang yang memusuhimu akan gentar sebelum
berhadapan denganmu, karena engkau membawa rantai warisan dari sabda rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam:
بَلِّغُوْا
عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“ Sampaikankanlah dariku meskipun satu ayat ”
Tugas telah sampai kepadamu, engkau telah diangkat oleh rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi pewaris beliau, untuk menjadi wakil
beliau, menjadi utusan beliau agar kita menyampaikan apa yang datang darinya
walaupun satu ayat. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa maknanya
bukanlah satu ayat akan tetapi satu kalimat, demikian perkataan jumhur
muhadditsin.
Habib Munzir al Musawwa
Posting Komentar