Sesungguhnya mengenal Allah adalah perkara yang teragung
dalam agama karena seluruh amal ibadah seseorang tidaklah sah kecuali telah
mengenal Allah yang wajib disembah. Sebagaimana yang dituturkan oleh al Imam al
Ghazali:
ﻻ ﺗﺼﺢ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﻤﻌﺒﻮﺩ
"Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali telah
mengenal Tuhan yang wajib disembah."
Karena agungnya mengenal Allah para ulama memprioritaskan
ilmu tersebut dari pada ilmu-ilmu selainnya. Ketika al Imam asy Syafi'i ditanya
tentang ilmu tersebut beliau menjawab:
ﺍَﺗْﻘَﻨَّﺎ ﺫَﺍﻙَ ﻗَﺒْﻞَ ﻫَﺬَﺍ
"Kami terlebih dahulu menguasai ilmu tersebut sebelum
ilmu ini (ilmu fiqh)."
Karena agungnya ilmu tersebut al Imam Abu hanifah
mengkhususkan karyanya dalam penjelasan ilmu tersebut dan menamakannya "al
Fiqhu al Akbar" fikih yang besar. Karena agungnya hal tersebut nabi
memprioritaskan dirinya dengan lebih mengetahuinya dari yang lain, beliaupun
bersabda:
ﺇِﻧِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻤُﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟﻠّٰﻪِ ﻭَﺍَﺧْﺸَﺎﻛُﻢْ ﻟَﻪُ
"Sesungguhnya aku lebih mengenal Allah dari pada kalian
dan lebih takut kepada-Nya dari pada kalian."
Rasulullah yang lebih mengetahui dan mengenal Allah
memberikan kita kaidah dalam mengenal Allah bahwa Allah tidak bisa difikirkan
dan dibayangkan. Rasul bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Hafizh
abu al Qasim al Anshari dalam Syarhu al Irsyad:
ﻻَ ﻓِﻜْﺮَﺓَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺏِّ
"Allah tidak bisa difikirkan."
Akidah inilah yang diajarkan oleh para ulama kita seperti al
Imam Ahmad bin Hanbal dan Dzu an Nun al Mishri. Mereka berkata:
ﻣَﻬْﻤَﺎ ﺗَﺼَﻮَّﺭْﺕَ ﺑِﺒَﺎﻟِﻚَ ﻓَﺎﻟﻠّٰﻪُ ﺑِﺨِﻼَﻑِ ﺫَﻟِﻚَ
"Apapun yang terlintas dalam fikiranmu, maka Allah
tidak seperti itu."
Jika ada pertanyaan, lantas bagaimana cara kita mengenal
Allah? Maka jawablah dengan perkataan al Imam ahmad al Rifa'i:
ﻏَﺎﻳَﺔُ ﺍْﻟﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﺑِﺎﻟﻠّٰﻪِ ﺍﻹِﻳْﻘَﺎﻥُ ﺑِﻮُﺟُﻮْﺩِﻩِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ﺑﻠِﺎَ ﻛَﻴْﻒِِ ﻭَﻻَ ﻣَﻜَﺎﻥْ
"Puncak pengetahuan hamba kepada Allah adalah meyakini
keberadaan-Nya tanpa "kaif" (disifati dengan sifat makhluk) dan tanpa
tempat."
Mengenal Allah adalah dengan mengetahui sifat-sifat yang
wajib ada bagi Allah, mengetahui sifat-sifat mustahil bagi Allah dan
sifat-sifat yang layak bagi Allah. Mengenal Allah adalah dengan meyakini Allah
ada tidak bertempat, tidak berarah dan tidak disifati dengan sifat makhluk, bukan
dengan membayangkan dan memikirkannya.
Ketahuilah saudara saudaraku orang yang membayangkan Allah
kemudian menyembah-Nya, orang tersebut sama dengan penyembah berhala, sama-sama
menyembah makhluk. Yang satu menyembah pikiran yang sudah dibentuk dengan batu
atau semisalnya dan yang satu lagi menyembah bentuk yang berada difikirannya.
Jika seseorang mati dalam aqidah ini maka benar-benarlah ia menjadi orang yang
merugi.
Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (PISS-KTB)
Posting Komentar