Sabar di awalnya merupakan
keterhimpitan, namun langkah berikutnya adalah kebebasan. Bagaimana anda
mengaku beriman tetapi anda tidak bersabar? Bagaimana anda mengaku ma’rifat
tetapi anda tidak ridlo? Iman dan ma’rifat bukan sekadar pengakuan.
Tidak bisa disebut beriman dan
ma’rifat sampai anda memandang gerbangNya, membiarkan celaan dan sabar atas
lingkar takdir dan pijakan manfaat dan derita, yang menginjak hatimu, bukan
pikiran dan inderawimu, sementara anda tetap di tempat, seperti terbius, jasad
tanpa ruh.
Perkara ini diperlukan ketenangan,
tanpa gerakan, tersembunyi tanpa harus menghilang dari massa, dimana qalbu,
sirr, batin, dan makna anda tidak ada di tengah mereka. Sungguh sudah banyak
apa yang saya bicarakan, dan sungguh betapa sedikit yang kalian amalkan. Sudah
panjang lebar saya uraikan tetapi anda tak pernah faham. Sudah banyak yang
kuberikan, tetapi tidak pernah kalian ambil. Sudah banyak nasehatku tetapi anda
tidak mengambil pelajaran.
Betapa keras hatimu betapa bodohnya
kamu pada Allah Azza wa Jalla. Jika anda tahu dan beriman pada Pertemuan dengan
Allah Azza wa Jalla, dan jika anda ingat mati serta apa yang ada dibalik
kematian, kenapa anda masih berlaku demikian? Bukankah anda telah menyaksikan
kematian ayah dan ibumu dan keluargamu? Telah menyaksikan kematian raja-rajamu?
Bukankah itu telah menjadi peringatan dan nasehat bagimu dan mengendalikan
nafsumu, disbanding upayamu berburu dunia dan cinta atas tetapnya dunia?
Kernapa hatimu tidak cemburu, lalu kalian keluarkan dunia dan makhluk dari
hatimu?
Padahal Allah Azza wa-Jalla telah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak merubah apa yang ada pada kaum hingga mereka
merubah apa yang ada dalam diri mereka."
Cerdaslah dirimu, jangan bikin su’ul
adab pada Allah Azza wa Jalla. Kokohkan dirimu, wujudkan hakikatmu, kembalilah
kepadaNya dan tafakurlah. Apa yang ada padamu di dunia ini tak ada manfaatnya
di akhirat. Karena anda sendiri pelit pada diri sendiri, padahal jika anda
dermawan pada jiwa sendiri, pasti anda sukses meraih manfaat akhirat. Sementara
anda malah sibuk dengan sesuatu sirna, dan anda kehilangan yang kekal.
Karena itu jangan sampai anda
disibukkan dengan harta, isteri-isteri dan anak-anak, karena dalam waktu dekat
kalian terhalang dengan mereka.
Janganlah anda sibuk sekali dengan
memburu dunia, sibuk mencari kehormatan dari makhluk, karena keduanya sama
sekali tidak berarti di mata Allah Azza wa Jalla. Hatimu justru najis dengan
kemusyrikan, penuh dengan keraguan kepada Allah Azza wa Jalla, penuh prasangka
padaNya dalam perilaku jiwamu. Ketika Allah mengetahui dirimu, Allah marah
padamu, dan anda dilempar jauh dari hati orang-orang yang saleh.
Sebagian Sufi – semoga Allah
melimpahkan rahmatNya – ada yang tidak pernah keluar rumah, kecuali dengan mata
terpejam, yang dituntun oleh anaknya. Ketika ditanya kenapa demikian?
"Sampai aku tidak pertemu dengan orang yang kafir pada Allah Azza wa
Jalla".
Suatu hari ia keluar rumah dengan
mata yang dicelak, lantas ia bias melihat, malah ia pingsan. Betapa dahsyatnya
kecemburuannya Allah Azza wa Jalla, bagaimana seseorang bisa menyembah selain
Allah Ta’ala dan musyrik? Bagaimana seseorang memakan nikmatNya sementara ia
juga kufur padaNya? Anda sendiri juga tidak sadar bagaimana anda berpesta
dengan orang kafir dan duduk bersama mereka, sedang dalam hatimu ada iman tapi
tak merasakan cemburunya Allah Azza wa Jalla.
Kalian mesti taubat, mohon ampun,
dan malu kepadaNya. Lepaslah pakaian yang tak tau malu di hadapanNya, jauhilah
keharaman dunia, kesyubhatannya, lalu jauhilah hal-hal yang dibolehkan ketika
anda meraihnya dengan penuh ambisi hawa nafsu dan syahwat. Karena sesuatu yang
anda raih dengan penuh nafsu dan syahwat, akan memalingkan dirimu dari Allah
Azza wa-Jalla.
Mutiara Kalam Syaikh Abdul Qadir Al Jilany

+ comments + 2 comments
v
poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
ayo di kunjungi agen AJOQQ :D
Posting Komentar