Ketika kalbu bertindak sesuai dengan Kitabullah dan
Sunnah Nabi., maka ia menjadi dekat kepada Rabb-nya. Dan, ketika ia telah
dekat, maka ia akan memperoleh pengetahuan. Kini kalbu dapat membedakan mana
yang benar-benar menjadi milik-Nya dan apa yang dituntut darinya; apa yang
menjadi milik Allah dan apa yang menjadi milik selain-Nya; apa yang termasuk
kebenaran (haqq) dan apa yang termasuk kebatilan. Sebab, seorang Mukmin
dianugerahi cahaya yang dengannya dia bisa melihat, demikian pula halnya dengan
sang penjuang kebenaran yang dekat dengan Allah (ash-shiddîq al-muqarrab).
Orang Mukmin memiliki
cahaya yang dengannya dia bisa melihat, dan itulah sebabnya Nabi SAW
memperingatkan kita agar berhati-hati terhadap firasat orang Mukmin. Beliau
bersabda, “Berati-hatilah
terhadap firasat seorang Mukmin, sebab dia melihat dengan cahaya Allah.”
Orang yang ʽarîf dan dekat (kepada Allah)
juga diberi cahaya yang dengannya dia dapat melihat betapa dekatnya Tuhannya
yang Maha Kuasa dengan kalbunya. Dia dapat melihat ruh-ruh (arwâh), para
malaikat dan para nabi, dapat melihat kalbu dan ruh-ruh para pejuang kebenaran
(shiddîqîn).
Dia bisa melihat
keadaan-keadaan spiritual (ahwâl) dan kedudukan-kedudukan (maqâmat). Semua ini
berada dalam lipatan-lipatan terdalam kalbuya (suwaidâ’ qalbihi) dan kejernihan wujud terdalamnya (sirr).
Dia selalu berada dalam kebahagiaan bersama Rabb-nya Yang Maha Kuasa dan Maha
Agung. Dia adalah perantara, yang menerima dari-Nya dan membagi-bagikan kepada
manusia.
Ada orang-orang yang
berilmu (ʽâlim) dengan lidah maupun
kalbunya, sementara sebagian orang berilmu dalam kalbunya saja, tetapi kikuk
dengan lidahnya. Mengenai orang munafik, dia pandai dengan lidahnya, namun
tidak sesuai dengan kalbunya. Semua ilmunya hanya pada lidahnya saja, dan
itulah sebabnya Nabi SAW bersabda, “Apa
yang paling kutakutkan atas umatku adalah seorang munafik dengan lidah yang
pandai.”
Wahai anak muda!
Apabila engkau datang ke hadapaku, engkau harus membungkus kegiatan pribadimu
dan kepedulian-kepedulianmu yang egois. Engkau harus masuk tanpa membawa
apa-apa, seperti seorang yang sama sekali bangkrut (muflis). Jika engkau datang
ke sini sementara engkau masih memikirkan pekerjaanmu dan kepentinganmu, engkau
akan terhalang dari menerima petunjuk yang kusampaikan. Celakalah engkau!
Engkau membenciku karena aku mengatakan kebenaran dan menghadapkanmu pada
kebenaran. Tak seorang pun yang membenciku kecuali musuh Allah, dan tak seorang
pun mengabaikan aku kecuali dia jahil terhadap Allah, suka banyak bicara dan
sedikit beramal. Tak seorang pun mencintaiku kecuali dia sadar akan Allah,
banyak beramal dan sedikit bicara.
Orang yang tulus
(mukhlish) akan mencintaiku dan orang yang munafik akan membenciku. Aku
dicintai para pengikut Sunnah Nabi SAW dan aku dibenci oleh kaum yang lebih
suka mengikuti bidʽah. Jika
engkau mencintaiku, manfaat dari semua ini akan datang kepadamu. Tetapi, jika
engkau membenciku, maka efeknya kepadamu akan merusak. Aku tidak terjerat oleh
pujian dan celaan sesama makhluk. Tidak ada satu spesies apa pun di muka bumi
yang kutakuti atau yang kepadanya kutanamkan harapan-harapanku, baik ia itu
salah satu dari bangsa jin ataupun anggota ras manusia, baik binatang ataupun
serangga ataupun jenis makhluk yang lain. Aku tidak takut kepada siapa pun
kecuali Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung. Semakin banyak Dia
menganugerahiku anugerah-Nya yang penuh berkah, semakin besar rasa takutku,
sebab Dia: “Melakukan
apa yang dikehendaki-Nya” (QS Hûd
(11) :107). “Dia tidak akan
ditanyai tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi merekalah yang akan ditanyai,” (QS Al-Anbiyâ ( 21) :23)
Wahai anak muda!
Janganlah berkonsentrasi pada mencuci pakaian jasadmu, sementara pakaian
kalbumu kotor. Engkau berada dalam keadaan kotor. Engkau harus mencuci kalbu
terlebih dahulu, kemudian baru mencuci pakaianmu yang biasa. Engkau harus
melaksanakan kedua tindak pencucian itu. Cucilah pakaianmu dari kotoran, dan
cucilah kalbumu dari dosa-dosa!
Engkau tidak boleh
membiarkan dirimu silau oleh apa pun, sebab Tuhanmu “melakukan apa yang dikehendaki-Nya” (QS 11:107). Itulah sebabnya diceritakan sebuah
kisah tentang seorang saleh, bagaimana suatu ketika ia mengunjungi saudaranya
seiman kepada Allah. “Wahai
saudaraku,” katanya
kepada saudaranya itu. “Marilah kita
menangis atas pengetahuan Allah tentang kita!”
Alangkah bagusnya
ucapan orang saleh ini! Dia adalah orang yang memiliki pengenalan (‘ârîf) tentang Allah dan telah
mendengat kata-kata Nabi SAW: “Salah
seorang di antara kalian mungkin beramal dengan amalan ahli surga, sampai tak
ada jarak antara dia dan surga itu kecuali satu jengkal saja, kemudian
kemalangan menimpanya dan dia menjadi salah seorang penghuni neraka, sampai tak
ada jarak antara dia dan neraka kecuali satu jengkal saja, kemudian keberuntungan
mengenainya dan dia menjadi salah seorang penghuni surga.”
Pengetahuan Allah
tentang dirimu hanya akan tampak kepadamu manakala engkau berpaling lagi
kepada-Nya dengan segenap hati dan aspirasimu, manakala engkau tidak pernah
menjauhi pintu rahmat-Nya, manakala engkau memasang penghalang dari besi antara
hatimu dan nafsu badaniahmu, dan manakala engkau menjadikan maut dan kuburan
sebagai titik pusat perhatian bagi mata kepala dan mata hatimu.”
Syaikh Abdul Qadir al Jilany dalam Jala Al-Khathir

+ comments + 1 comments
ada 8 permainan poker menarik di AJOQQ :D
ayo segera bergabung dan dapatkan bonusnya :D
WA : +855969190856
Posting Komentar