Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Hormati Ramadhan Sebagaimana Menghormati Tamu (2)

Hormati Ramadhan Sebagaimana Menghormati Tamu (2)

Jika dihitung, 1000 bulan itu, ternyata ada 84 tahun. Karenanya, siapa saja yang beibadah di malam Ramadhan dan kebetulan bersamaan dengan Lailatul Qodar, maka dia mendapatkan pahala bagaikan beribadah 84 tahun.

Alangkah banyaknya pahala itu, sehingga beliau SAW menyatakan dalam Haditsnya, "Intai-intailah di malam ganjil pada sepertiga terakhir Ramadhan".

Pada Bulan Ramadhan yang suci dan agung ini, kita semua diperintahkan oleh Allah SWT. supaya menjalankan kewajiban Puasa sebulan penuh dengan cara menahan dahaga dan lapar, menahan nafsu dan menjauhi semua ucapan kotor. Selain itu kita juga dianjurkan untuk selalu memperbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan mendirikan shalat sunnah malam.

Sebab di dalam keadaan lapar dan dahaga, shalat malam dan membaca Al-Qur’an itu, bermanfaat sekali untuk menanamkan rasa kesadaran bahwa orang yang berpuasa itu tidak hanya merasakan lapar saja, tetapi untuk membina ummat supaya jiwanya subur, bersih dan sehat.

Rasulullah SAW :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa saja yang telah melakukan kewajiban puasa dengan keimanan yang mantab dan penuh perhitungan, maka diampunilah dosa-dosa yang telah dikerjakan sebelumnya.”  

Sekalipun demikian yang perlu diketahui bersama adalah, bahwa dalam menghadapi puasa ini, orang-orang islam  terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1). Puasa karena iman dan taqwa hanya kepada Allah, seakan-akan apa yang sedang dan akan ia kerjakan, Allah selalu mengetahuinya, sebagaimana sabda Nabi SAW:

اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ

“Ia beribadah hanya kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya dan jika tidak, maka Allah pasti melihatnya.”

2) Puasa karena malu pada orang yang disegani, sehingga yang didapat kelompok ini hanyalah lapar yang tidak dapat mempengaruhi prilaku perbuatan sehari-harinya, akibatnya ia tertipu oleh diri sendiri, sebagaimana firman Allah :

يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَمَايَخْدَعُوْنَ اِلاَّ اَنْفُسَهُمْ وَمَايَشْعُرُونَ

3) Kelompok Puasa orang yang tidak malu untuk tidak berpuasa, sehingga hal ini seperti apa yang disabdakan oleh Nabi SAW :

 اِذَالَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

“Jika tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu.”

Karena sebab-sebab itulah, Bulan Ramadhan sering disebut sebagai “bulan pembakaran dosa, bulan pelebur dosa atau bulan pemutihan.” Orang yang dengan sempurna menyelesaikan puasanya di bulan Ramadlan akan suci dan bersih dirinya dari dosa dan noda. Kaum Muslimin diperintahkan agar melipatgandakan amaliyah kebajikan dan menghentikan segala bentuk tindakan yang berbau keburukan. Sehingga setelah Ramadhan berlalu nantinya, seorang  Mukmin menjadi bagaikan bayi yang baru saja lahir dari kandungan ibunya, putih suci kembali tanpa dosa.

Karenanya, marilah kita memperbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur'an, baik dalam sistem tadarrus bersama di Masjid-masjid dan Musholla maupun di rumah masing-masing. Begitu juga mengikuti pengajian-pengajian yang biasa dilakukan para ulama di berbagai tempat, baik menjelang berbuka maupun setelah jama'ah sholat shubuh dan sebagainya.



KH. Ahmad Wazir Ali
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger