وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَة
Dan carilah jalan yang mendekatkan diri (Wasilah) kepada-Nya (Al-Maidah 35).
“Aku bertanya kepada Ayahku tentang laki-laki yang menyentuh mimbar Nabi, ia bertabaruk dengan menyentuhnya dan menciumnya, dan ia melakukan hal yang sama ke makam Nabi, atau yang sesamanya. Ia bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan hal tersebut.
Beliau menjawab, “Tidak apa-apa”
Demikian Adz Dzahabi membenarkan pendapat Imam Ahmad dan menyatakan bahwa yang mengingkarinya adalah Khawarij dan Ahlu Bid’ah. (Siyar A’lam an-Nubala 11/212)
Imam Abu Nu'aim (w : 430 H) melaporkan dari Gurunya, Imam Abu Syaikh (w : 369 H) di kitab Ma'rifatus Shohabah. Begitu juga salah seorang Ulama Salaf, yang juga Guru dari Imam Hakim (w : 405 H) penulis kitab "Mustadrok", Imam Al-Masarjiy (w : 350 H), pernah menceritakan acara ziarah bersama Imam Ibnu Khuzaimah (w : 311 H) dan Para Masyayikh lainnya ke makam Imam Ali Ridho Rahimahullah.
Bahkan di dalam Kitab Al-Bidayah Wa An-Nihayah Juz 18 Hal. 297 disebutkan
وشرب جماعة الماء الذي فضل من غسله, واقتسم جماعة بقية السدر الذي غسل به , ودفع بالخيط الذي كان فيه الزئبق الذي كان في عنقه بسبب القمل خمسمائة درهم , وقيل إن الطاقية التي كانت على رأسه دفع فيها خمسون درهما
“Sekelompok orang meminum air bekas basuhan jenazah Ibnu Taimiyah dan sekelompok lainnya membagi-bagikan sadr (sabun untuk memandikan mayat) Ibnu Taimiyah. Benang jahitan yang ada di lehernya karena penyakit kutu dibeli seharga 150 dirham, bahkan semacam peci dikepalanya dibeli dengan harga 500 dirham. Pada saat beliau wafat banyak sekali histeri dan air mata serta tadharru’ (merendah)”
Sayyid Machmud BSA
Posting Komentar