Dari sekian banyak kemulyaan yang disandang oleh bulan Rajab ini, disana ada keistimewaan yang tidak ada tandingannya yang tidak bisa dinilai keagungannya, yaitu pada bulan ini pula terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yaitu pada malam 27 Rajab, memang ada yang berpendapat bulan Rabiul Awwal atau Rabiuts Tsani, adapun tahunnya Al Imam Az Zuhri, ‘Urwah bin Zubeir dan Ibnu sa’ad serta sebagian besar ahli siroh (sejarah) mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj ini terjadi setahun sebelum beliau SAW hijrah ke Madinah al Munawwarah.
Ini adalah suatu perjalanan luar biasa di luar kemampuan manusia biasa, peristiwa yang tidak akan pernah terjadi selain kepada Rasulullah SAW, peristiwa berjumpanya sang kekasih dengan kekasihnya. Dengan perjalanan ini Allah SWT ingin menunjukkan kebesaran dan keagunganNya kepada sang Nabi yang mulya ini, begitu pula Dia berkenan memperkenalkan dan menunjukkan keagungan Nabi Muhammad kepada seantero alam, seluruh penduduk langit dan bumi. Sehingga setiap Nabi dan Rasul serta malaikat yang berjumpa dengan beliau mengucapkan salam perhormatan.
Inilah perjalanan yang penuh berkah dan hikmah yang sudah Allah tentukan hanya untuk Nabi Muhammad SAW, lidah tidak akan mampu mengungkapkan secara detail peristiwa ini, pena tidak mampu menulis seluruh keajaiban yang terjadi disana, sekalipun banyak para Imam dan Ulama berkarya untuk mengungkapkan peristiwa mulya ini yang tentunya berdasarkan hadits-hadits dan atsar, namun tidak satupun mampu mencakup semuanya secara mendetail dan terperinci serta mengungkap rahasia-rahasia yang tersimpan dalam semua itu. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahuinya.
Berkenaan dengan Isra’ Mi’raj ini Allah SWT berfirman dalam Al Quran (yang artinya) : Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Israa’ ayat 1)
Begitupula banyak sekali riwayat dari Rasullullah SAW dimana beliau sendiri menjelaskan dan menceritakan peristiwa ini di hadapan para sahabat, hadits-hadits itu disebutkan oleh para Imam Hadits maupun Tafsir dalam kitab-kitab mereka, diantaranya al Imam al Bukhori, Muslim, Ahmad bin Hambal, at Tirmidzi, an Nasai, al Baihaqi, Ibnu Jarir at Thabari dan lainnya.
Dan Isra’ Mi’raj ini telah diriwayatkan dari kelompok besar sahabat Rasulullah SAW, diantaranya Abu Hurairah, Abu Dzar, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Abu Sa’id al Khudry, Syaddad bin Aus, Ubay bin Ka’ab dan lainnya, maka dari sinilah kemudian para Imam berpendapat keterangan atau riwayat yang datang dalam rangka menjelaskan peristiwa ini adalah riwayat Mutawaatirah, artinya barang siapa yang mengingkarinya maka kafirlah orang tersebut, sebab selain status haditsnya adalah hadits mutawatir di samping itu peristiwa ini tergolong ‘ulima minad diin bidh dhorurah, artinya diketahui secara umum oleh seluruh lapisan umat dan tidak tersembunyi.
Dan perlu diketahui bahwa Ulama dan Muhaqqiqun bersepakat bahwa Isra’ Mi’raj ini dilakukan dalam keadaan terjaga atau nyata, bukan dalam mimpi seperti dikatakan sebagian orang, dan Nabi Muhammad Isra’ Mi’raj dengan jasad dan ruh beliau. Dan dalam Mi’raj itu beliau SAW berjumpa dan melihat Allah Ta’ala dan berbicara denganNya, tanpa kita bertanya bagaimana bahasaNya dan bagaimana caranya, kita hanya wajib beriman akan hal itu tanpa bertanya sesuatu yang bukan urusan kita. Allah dan RasulNya lebih tahu hal tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq bahwa Marwan bertanya kepada Abu Hurairah RA,:”apakah Nabi Muhammad melihat Rabbnya”, beliau menjawab:” Ya”. Bahkan Al Hasan Al Bashri bersumpah dengan nama Allah bahwa
Nabi Muhammad benar-benar melihat Allah SWT dalam Mi’raj itu. Wallahu A’lam.
Dinukil dari kitab as Sirah an Nabawiyah (DR. Muhammad Abu Syahbah), Dzikrayat wa Munasabat (DR.As Sayyid Muhammad bin Alawy al Hasany), Kanzun Najah was Surur (As Syeikh ‘Abdul Hamid Kudus), Mujazul Kalam (As Syeikh Muhammad bin Ali ad Du’any).
Posting Komentar