Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Topic Update »
Bagikan kepada teman!

Ngaji Kitab Malam Ahad Musholla RAPI Kembali Digelar


Setelah lama vakum karena berbagai kendala termasuk pada saat pandemi Covid 19, Ngaji Kitab Malam Ahad di Musholla RAPI akan kembali digelar mulai 4 Mei 2024. Dalam kesempatan pertama, Ngaji Kitab Malam Ahad akan mengkaji Kitab Nashoihul Ibad karya Syaikh Nawawi Al Bantani.

Kitab tersebut akan dikaji oleh Ust. Muhammad Asyfa (Alhafidz) yang merupakan ustadz muda asal Bae Krajan. Ust. Asyfa sendiri merupakan salah satu pengajar di Pondok Pesantren Yasin II Bae dan aktif dalam kegiatan-kegiatan ngaji qur’an secara hafalan.

Ngaji Kitab Malam Ahad sendiri akan melengkapi ngaji kitab lainya di Musholla RAPI yang selama ini telah rutin dijalankan yaitu pembacaan Kitab Maulid karya Imam Ja’far Al Barjanjy setiap malam Senin. Diharapkan dengan diaktifkannya kembali ngaji kitab ini dapat menambah wawasan jamaah dalam ilmu-ilmu keagamaan.

Di daerah Bae Krajan sendiri untuk saat ini jarang atau bahkan hampir tidak ada yang mengkaji kitab secara rutin. Dengan mulainya kembali Ngaji Kitab Malam Ahad di Musholla RAPI diharapkan dapat menjadi awal dari ngaji-ngaji kitab selanjutnya.
comments | | Selengkapnya...
Jadilah Publisher Artikel MRO di facebook anda. Klik di sini
Download Aplikasi Mushollarapi for Android di sini

Halal bihalal dan Toleransi Beragama

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri. 

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. 

Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri. Dosa yang paling sering dilakukan manusia adalah kesalahan terhadap sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan, pertikaian, dan saling menyakiti. Idul Fitri merupakan momen penting untuk saling memaafkan, baik secara individu maupun kelompok. 

Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini adalah fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang. 

Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta kemenangan umat Islam yang selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai nafsu hewani. Dalam konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi umat Islam yang telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman. 

Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, sejauh yang saya ketahui, masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halal-bihalal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halal-bihalal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini. 

Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti baik. Dalam pengertian kedua, kata halal terkait dengan status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan dengan kata thayyib (baik). Akan tetapi, tidak semua yang halal selalu berarti baik. Ambil contoh, misalnya talak (Arab: Thalaq; arti: cerai), seperti ditegaskan Rasulullah SAW: Talak adalah halal, namun sangat dibenci (berarti tidak baik). Jadi, dalam hal ini, ukuran halal yang patut dijadikan pedoman, selain makna ˜diperkenankan, adalah yang baik dan yang menyenangkan. Sebagai sebuah tradisi khas masyarakat Melayu, apakah halal-bihalal memiliki landasan teologis? Dalam Al Quran, (Ali 'Imron: 134-135) diperintahkan, bagi seorang Muslim yang bertakwa bila melakukan kesalahan, paling tidak harus menyadari perbuatannya lalu memohon ampun atas kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, mampu menahan amarah dan memaafkan dan berbuat kebajikan terhadap orang lain. 

Dari ayat ini, selain berisi ajakan untuk saling maaf-memaafkan, halal-bihalal juga dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang serta mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Atau bisa dikatakan, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak melakukan sesuatu apa pun kecuali yang baik dan menyenangkan. Lebih luas lagi, berhalal-bihalal, semestinya tidak semata-mata dengan memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan atau kartu ucapan selamat, tetapi harus diikuti perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain. 

Dan perintah untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain seharusnya tidak semata-mata dilakukan saat Lebaran. Akan tetapi, harus berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Halal-bihalal yang merupakan tradisi khas rumpun bangsa tersebut merefleksikan bahwa Islam di negara-negara tersebut sejak awal adalah agama toleran, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah tanda untuk saling memusuhi dan mencurigai, tetapi hanyalah sebagai sarana untuk saling berlomba-lomba dalam kebajikan. 

Ini sesuai dengan Firman Allah, Dan  bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) berbuat kebaikan". (Q.S. 2:148). Titik tekan ayat di atas adalah pada berbuat kebaikan dan perilaku berorientasi nilai. Perilaku semacam ini akan mentransformasi dunia menjadi sebuah surga. Firman Allah (SWT), Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, benar (imannya) ; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa". (Q.S. 2:177) 

Berangkat dari makna halal-bihalal seperti tersebut di atas, pesan universal Islam untuk selalu berbuat baik, memaafkan orang lain dan saling berbagi kasih sayang hendaknya tetap menjadi warna masyarakat Muslim Indonesia dan di negara-negara rumpun Melayu lainnya. Akhirnya, Islam di wilayah ini adalah Islam rahmatan lil alamiin. 



Dikirim oleh Rizqon Khamami   
comments | | Selengkapnya...
Jadilah Publisher Artikel MRO di facebook anda. Klik di sini
Download Aplikasi Mushollarapi for Android di sini

Jelang Lebaran 2024, Posko Mudik GP Ansor Kudus Kembali Dibuka


Musim mudik tahun 2024 menghadapi Idul Fitri 1445 H telah datang. Berbondong-bondong warga dari ibukota maupun daerah lainnya pulang ke kampong halaman baik menggunakan alat transportasi umum maupun milik pribadi. Lama dan jauhnya perjalanan tak jarang membuat para pemudik merasa kecapekan. Untuk kesekian kalinya, GP Ansor Kudus membuka Posko Mudik Banser 2024 untuk membantu para pemudik tujuan Kudus maupun para pemudik yang melintasi kudus yang akan beristirahat.

Sebelum datangnya puncak arus mudik lebaran yang diprediksi seminggu sebelum hari H Idul Fitri, Tim GP Ansor Kudus telah mempersiapkan posko-posko untuk membantu para pemudik diantaranya adalah Posko Pusat di Terminal Induk Jati Kudus yang merupakan titik tuju para pemudik tujuan Kudus maupun pemudik daerah lain yang melintasi jalur pantura yang selalu rame setiap musim mudik.

Menurut Komandan Satkorcab Banser Kabupaten Kudus, Nooryanto, GP Ansor Kudus bersama Banser selalu rutin membuka Posko Mudik untuk membantu para pemudik. Di dalam Posko tersebut pun menurutnya, disediakan berbagai fasilitas mulai dari tempat untuk istirahat, tukang pijit, hingga takjil dan makanan sahur dan bahkan ada juga layanan pompa dan tambal ban.

Bahkan tak jarang menurutnya, Anggota Banser juga membantu pemudik yang tersesat maupun pemudik yang kendaraannya mogok di jalan. Dirinya berharap adanya posko mudik ini selain bisa membantu para pemudik juga bisa memberikan rasa aman kepada para pemudik karena adanya tempat istirahat di perjalanan.
comments | | Selengkapnya...
Jadilah Publisher Artikel MRO di facebook anda. Klik di sini
Download Aplikasi Mushollarapi for Android di sini

Download File Audio

Sholat

Adab

Keluarga dan Pernikahan

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger