Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Apa Dan Bagaimana Haul Itu?

Apa Dan Bagaimana Haul Itu?

Sering kita menjumpai atau mendenganr acara-acara haul tokoh-tokoh Islam terkemuka seperti para Kyai, ulama-ulama besar, maupun para habaib yang telah tiada. Lantas, apa dan bagaimana Haul itu?

Kata Haul diambil dari bahasa Arab hala-yahulu-haul yang berarti setahun, atau masa yang sudah mencapai satu tahun. Seiring berkembangnya waktu, kata haul biasa digunakan sebagai istilah ritual kegiatan yang berskala tahunan, seperti memperingati acara selamatan tahunan (lebih dikenal dengan istilah ulang tahun), atapun memperingati hari kematian seseorang yang kita sayangi dan juga orang yang kita hormati (guru, orang tua, ulama, para shalihin, atau waliyullah ).

Haul biasanya diadakan setiap setahun sekali dan tidak harus tepat pada tanggal tertentu alias tidak sakral sebagaimana kita memperingati hari ulang tahun. Hari dan tanggal pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang berhubungan acara-acara lain yang diselenggarakan bersamaan dengan peringatan haul itu.

Para keluarga mengadakan acara haul pada hari dan tanggal yang telah disepakati bersama keluarga, pada saat mereka mempunyai waktu senggang dan bisa berkumpul bersama. Di pesantren-pesantren, haul untuk para pendiri dan tokoh-tokoh yang berjasa terhadap perkembangan pesantren dan syi’ar Islam diadakan bersamaan dengan acara tahunan pesantren, semisal khataman kitab akhir tahun, pertemuan wali santri, atau dzikir akbar tahunan.

Sebagian besar orang kemudian mengartikan haul hanya sebagai peringatan hari kewafatan dengan cara mengirimkan barokah doa, yasin dan tahlil serta pahala sedekah untuk orang yang telah meninggal. Haul ulama dan orang-orang saleh, sebenarnya jika diteliti lebih lanjut kegiatan itu memiliki tujuan dan tata cara berdasarkan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Tujuan tersebut antara lain:
Pertama, untuk mendo’akan orang yang meninggal dengan memintakan ampun kepada Allah, dan agar dijauhkan dari siksa kubur, siksa neraka serta dimasukkan surga. Karena itulah dalam ritual haul, yang umum dilakukan adalah dengan pembacaan Yasin dan tahlil.
Kedua, untuk bersedekah dari ahli keluarganya atau orang yang membuat acara (shohibul hajah), orang yang membantu atau orang yang ikut berpartisipasi dengan diniatkan untuk dirinya sendiri sendiri dan juga pahalanya dimohonkan kepada Allah agar disampaikan kepada orang yang di-hauli.

Ada beberapa manfaat dari haul itu, yang antara lain untuk mengambil tauladan dengan kematian seseorang, bahwa kita pada akhirnya nanti juga akan meninggal. Sehingga, hal itu akan menimbulkan dampak pada diri kita untuk selalu meningkatkan ketakwaan dan amal shalih. Untuk meneladani amaliyah dan kebaikan-kebaikan dari orang yang di hauli, khususnya jika yang dihauli adalah ulama, sholihin atau waliyullah, dengan harapan agar segala amaliyah baik mayit semasa hidupnya akan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena itu biasanya acara haul selalu diisi dengan pembacaan biografi (manaqib) atau sejarah hidup orang yang sudah wafat dengan maksud agar kebaikan orang tersebut dapat diketahui orang yang hadir dan mereka dapat menapaktilasi perilakunya yang terpuji serta mengambil apa saja yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka. Kemudian juga untuk memohon keberkahan hidup kepada Allah melalui wasilah (media) keberkahan-Nya yang telah diberikan kepada para ulama, sholihin atau waliyullah yang dihauli tersebut selama masa hidupnya. Sebagai sarana silaturahmi dan persatuan umat Islam, karena dengan media haul ini tidak jarang para ulama mengajak umat Islam untuk mencitani Rasulullah dan bersatu membentuk Ukhuwah Islamiyah.

Tradisi haul diadakan berdasarkan hadits Rasulullah SAW. Diriwayatkan Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan (HR. Muslim).


Hadits lain diriwayatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah SAW mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmu’alaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan ats kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga melakukan hal yang serupa. (Dalam Najh al-Balâghah, hlm. 394-396).

Para ulama menyatakan, peringatan haul tidak dilarang oleh agama, bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm. 18 menjelaskan, para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul sedianya diisi dengan menuturkan biografi orang-orang yang alim dan saleh guna mendorong orang lain untuk meniru perbuatan mereka.


Ernaz Siswanto, SPd
Adv 1
Share this article :

+ comments + 4 comments

Abu Irfan
19 September 2011 pukul 06.59

Terima kasih. Artikel ini telah menjawab kekeliruan saya. Semoga tuan dirahmati Allah.

22 Juli 2014 pukul 10.24


Senang rasanya bisa berkunjung ke website anda" mudah-mudahan
infonya bermanfaat Terimakasih sudah berbagi

3 November 2015 pukul 18.23

TERUSKAN PERJUANGAN!!!

mynameiszainal.blogspot.sg

4 November 2015 pukul 09.02

Terimakasih telah membaca kajian yang disajikan, semoga bermanfaat dan menambah wawasan

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger