Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Yasinan, Membaca Surah Yasin Kok Dilarang...

Yasinan, Membaca Surah Yasin Kok Dilarang...



Ada orang-orang nyeleneh yang bilang, tidak perlu repot- repot mengadakan kenduri, yasinan, dan perbuatan lainnya yang tidak ada tuntunannya dari Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam. Bahkan apabila dikaitkan dengan waktu malam Jum’at, maka ada larangan khusus dari Rosululloh shollalohu’alaihi wa sallam yakni seperti yang termaktub dalam sabdanya, “Dari Abu Hurairah, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam: Janganlah kamu khususkan malam Jum’at untuk melakukan ibadah yang tidak dilakukan pada malam-malam yang lain.” (HR. Muslim). Terjemah hadist tersebut adalah rujukan yang di gunakan untuk melarang amalan yasinan khusus malam Jum'at oleh orang-orang tertentu.

Setelah di lakukan penelitian, ternyata ada penyelewengan matan redaksi hadis, karena tidak ada terjemah matan hadist seperti di atas. Yang ada adalah hadis dengan kandungan matan berikut :

لا تخصوا ليلة الجمعة بقيام من بين الليالي و لا تخصوا يوم الجمعة بصيام من بين الايام إلا أن يكون في صوم يصومه أحدكم
Hadist Riwayat Imam Muslim yang artinya : "jangan kamu khususkan pada malam jum'at itu dengan (ibadah) shalat malam yang tidak (di kerjakan) pada malam lainnya, dan jangan kamu khususkan pada hari jum'at itu dengan (ibadah) puasa yang tidak (di kerjakan) pada hari lain nya, kecuali jika bertepatan puasa yang telah di kerjakannya".

Sepertinya, hadist itu ada kesamaan/ kemiripan, padahal itu sangat beda jauh kandungan matannya. Entah situs-situs ataupun blog-blog yang menuliskannya itu memang sengaja menyelewengkan terjemah hadist, atau memang ada latar belakang lain, Sehingga natijah / kesimpulan nya semua macam ibadah, itu haram jika di khususkan hari jum'at, karena merupakan dalil a'am.

Sedangkan, terjemah hadist kedua yang benar. Kandungan hukum matannya itu ternyata, yang dilarang hanya sholat lail khusus malam jum'at, dan puasa khusus hari jum'at, dimana merupakan suatu dalil khos. Jadi perlu di ketahui, tidak ada larangan ibadah khusus hari/ malam jumat kecuali sholat lail khusus malam jumat dan puasa khusus hari jumat. Oleh karena itu, apabila kita berpuasa sunnah di hari jumat, dianjurkan untuk menambahinya di hari berikutnya atau pada hari sebelumnya.

Sedangkan yasinan, barzanji, diba', maulid, simtudh duhror, maupun pengajian yang dilakukan khusus di malam jum'at tidak ada larangannya karena bunyi hadistnya adalah semacam itu. Maka menambah larangan yang tidak dilarang merupakan suatu perbuatan tercela yang menghalangi orang untuk mencari ilmu dan beribadah kepada Allah SWT.

Dari hal ini kita mendapat pelajaran banyak yang memanipulasi matan hadist. Jadi salah terjemah sedikit saja, sudah merubah kandungan matan yang seharusnya menjadi dalil khos diselewengkan menjadi dalil a'am. Ini merupakan manipulasi terjemahan hadis di depan umum yang dibuat-buat untuk membid'ahkan dan menghalangi orang yang ingin mencari ilmu dan melakukan kegiatan mulia.

Bagaimana jika surat Yasiin dibacakan untuk orang yang telah wafat. Diantara dalil membaca Surat Yasin untuk orang yang meninggal, adalah hadits Nabi SAW berikut ini:

” اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ ” رواه ابو داود وصححه ابن حبان
“Bacalah yasin kepada orang-orang mati diantara kalian” {HR. Abu Dawud jilid 8/385}, hadist ini disahkan oleh Ibnu Hibban.

Pendapat Abu Hatim dan sebagian ulama’ lainnya “ sunnah dibacakan Yasin, ketika menjelang kematian (sakarotul maut) karena Surat Yasin menceritakan kiamat, tauhid dan kisah-kisah umat terdahulu”. Namun menurut Ibn Rif’ah, dianjurkan membacanya setelah meninggal. Oleh karena itu lebih utama menggabung keduanya yaitu membacanya di waktu sakarotul maut dan setelah meninggal (Faidul Qodir juz 2 hal. 86).

Sebagian pendapat hadist ini do’if (bukan palsu), tetapi tetap bisa diamalkan karena didukung oleh hadist lain yang kuat tentang sampainya pahala bacaan kepada mayyit.

Wasiat Ibn Umar dalam kitab Syarh Aqidah Thahawiyah hal : 458

نقل عن ابن عمر رضي الله عنه انه اوصى ان يقرأ على قبره وقت الدفن بفواتح سورة البقرة وخواتمها ونقل ايضا عن بعض المهاجرين قرائته سورة البقرة
“diriwayatkan Ibn Umar RA berwasiat agar dibacakan awal surat Al-Baqarah dan akhirnya di atas kuburnya seusai pemakaman. Demikian juga dinukil dari sebagian shahabat Muhajirin adanya pembacaan surat Al-Baqarah”.

Hadist ini menjadi dasar pendapat Muhammad bin Hasan dan Ahmad bin Hambal padahal Imam Ahmad sebelumnya pernah mengingkari sampainya pahala dari orang yang hidup kepada orang yang sudah mati. Namun setelah beliau mendengar dari orang-orang yang terpercaya tentang wasiat ibnu Umar, Beliaupun mencabut pengingkarannya (Mukhtasar Tazkirah Qurtubi hal. 25).

Disebutkan imam Ahmad bin Hambal berkata, ” sampai kepada mayyit [ pahala ] setiap kebaikan karena adanya nash–nash yang menerangkannya dan juga kaum muslimin berkumpul di setiap negeri untuk membaca alquran dan menghadiahkan (pahalanya) kepada mereka yang sudah meninggal. Hal ini terjadi tanpa ada yang mengingkari ,maka jadilah ijma’ (Yas’aluunaka fid din wal hayat oleh Dr.Ahmad Syarbasi jilid III/423)

Hadis dalam Sunan Baihaqi dengan isnad hasan, mengatakan

أن ابن عمر إستحب أن يقرأ على القبر بعد الدفن أول سورة البقرة وخاتمها
“sesungguhnya Ibnu Umar menganjurkan untuk dibacakan awal surat al-Baqoroh dan akhirnya diatas kuburan seusai pemakaman”

Hadist ini mirip dengan wasiat Ibn Umar, bahkan di sini dinyatakan dianjurkan. Hadist riwayat Imam Daruquthni juga menyebutkan,

من دخل القبور فقرأ قل هو الله أحد إحدى عشرة مرة ثم وهب ثوابها للأموات أعطي من الأجر بعدد الأموات
“barang siapa masuk ke pekuburan lalu membaca surat Al-Ikhlas 11 kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada para mayit (dikuburan itu) maka ia diberi pahala sebanyak orang yang mati di tempat itu“

Kemudian, Hadist marfu’ Riwayat Hafiz as-Salafijuga menyebutkan,

من مر بالمقابر فقرأ قل هو الله إحدى عشرة مرة ثم وهب أجره للأموات أعطي من الأجر بعدد الأموات
"Barang siapa melewati pekuburan lalu membaca surat Al-Ikhlas 11 kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada para mayit (dikuburan itu) maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mati disitu “ (mukhtasar Al-Qurtubi hal. 26) 

Syaikh Muhammad Makhluf, (mantan mufti mesir) berkata, “Tokoh-tokoh madzhab Hanafi berpendapat setiap orang melakukan ibadah baik sedekah atau bacaan al Qur’an atau lainnya dari macam-macam kebaikan, dapat dihadiahkan pahalanya kepada orang lain dan pahala itu akan sampai kepadanya”.

Syaik Ali Ma’sum berkata,  “dalam madzhab Maliki tidak ada khilaf akan sampainya pahala sedekah kepada mayyit. Namun ada khilaf pada bacaan al Qur’an untuk mayyit . Menurut dasar Madzhab hukumnya makruh. Para ulama’-ulama’ muta’akhirin berpendapat boleh melakukannya dan menjadi dasar untuk diamalkan. Dengan demikian maka pahala bacaan tersebut sampai kepada mayyit. Ibn Farhun menukil bahwa pendapat akhir inilah yang rojih dan kuat” [Hujjatu ahlis sunnah Wal jama’ah hal.15].

Dalam kitab Al-Majmu’ jilid 15/522 : “berkata Ibn Nahwi dalam syarah minhaj : dalam madzhb Syafi’I menurut qaul yang mashur, pahala bacaan tidak sampai, tapi menurut qaul yang muhtar, sampai apabila di mohonkan kepada Allah agar disampaikan bacaan tersebut”

Imam Ibn Qoyyim al- Jauziyyah berkata “yang paling utama dihadiahkan kepada mayit adalah sedekah, istighfar, do’a untuknya dan haji atas namanya. Adapun bacaan al-Qur’an serta menghadiahkan pahalanya kepada mayit dengan cara sukarela tanpa imbalan, akan sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan haji sampai kepadanya.” [Yas’alunaka fid din wal-hayat jilid I/442]

Ibnu Taymiyyah pernah ditanya tentang bacaan Al-Qur’an untuk mayyit juga tasbih, tahlil, dan takbir jika dihadiahkan kepada mayyit, apakah sampai pahalanya atau tidak? Beliau menjawab sebagaimana tersebut dalam kitab beliau Majmu’ Fatawa jilid 24 hal. 324, “sampai kepada mayyit bacaan Al-Qur’an dari keluarganya demikian tasbih, takbir serta seluruh dzikir mereka apabila mereka menghadiahkan pahalanya kepada mayyit akan sampai pula kepadanya”.

سئل : عن قراءة اهل الميت تصل اليه ؟ والتسبيح والتحميد والتهليل والتكبير، اذا اهداه الى الميت يصل اليه ثوابها ام لا ؟ فأجاب : يصل الى الميت قراءة اهله، وتسبيحهم وتكبيرهم وسائر ذكرهم لله تعالى، اذا اهدوه الى الميت وصل اليه، والله اعلم


Forum Santri salaf dan Pustaka Ilmu Sunniyah Salafiyah (PISS KTB)
Adv 1
Share this article :

+ comments + 3 comments

28 Juni 2013 pukul 21.30

mohon maaf, hadits shahih muslim no. 1144 itu membahas masalah jamak shalat. bukan tentang amalan khusus dimalam jumat..

Dan telah menceritakan kepadaku 'Amru annqid telah menceritakan kepada kami Syababah bin Suwar Al madayini telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd dari Uqail bin Khalid dari Az Zuhri dari Anas katanya; "Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak menjamak antara dua shalat ketika dalam perjalanan, beliau mengakhirkan shalat zhuhur hingga awal waktu ashar, kemudian beliau menjamak antara keduanya." (H.R. Muslim : 1144)

1 Juli 2013 pukul 12.07

Terimakasih Mas Evand, sudah dikoreksi tulisannya....

Anonim
30 Juni 2022 pukul 21.42

Afwan..jika "menambah larangan yang tidak dilarang merupakan suatu perbuatan tercela yang menghalangi orang untuk mencari ilmu dan beribadah kepada Allah SWT.", bagaimana dengan menambah Ibadah kepada Allah Azza wa Jalla yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah?

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger