Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Kejahatan Berkedok Agama Ala NII

Kejahatan Berkedok Agama Ala NII


Gerombolan penjahat ekstrem kanan Negara Islam Indonesia (NII) kini heboh lagi. Banyak orang yang menjadi korban. Dicuci otaknya, diminta uang secara paksa maupun dengan guna-guna. Hebatnya, walau diperas dan disuruh melakukan panjambretan, perampokan dan bahkan pembunuhan tetap saja banyak yang terbujuk. Rela durhaka kepada orant tua dan menghalalkan segala cara untuk mendapat uang. Ajaran Islam dan ayat Al-Qur'an dipelintir sedemikian rupa, sehingga mereka mengajarkan bahwa Indonesia adalah negara jahiliyyah, dan oleh karena itu harus diperangi dan ditolak. Lalu diganti dengan ideologi Islam versi mereka.

Seterusnya, karena Indonesia dianggap darul harb (kawasan perang) atas nama jihad mereka, maka penduduknya dianggap kafir semua. Agar tidak kafir, maka harus hijrah menjadi warga NII yang mereka klaim sebagai Darul Islam. Tetapi harus dengan membayar sejumlah uang.

Mereka adalah gerakan yang inkonsisten, sebab menolak negara Indonesia dan seluruh sistemnya, tetapi menerima rupiah. Bahkan selalu berorientasi mengumpulkan rupiah. Mereka jelas lucu. Menolak Indonesia tetapi mencari rupiah dengan segala cara. Harusnya mereka bikin mata uang sendiri, karena mereka telah membuat KTP sendiri. Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Jawa Tengah, Abu Hapsin Umar bahkan menyebut mereka sebagai golongan orang yang tidak waras. Apalagi, dari berbagai pemberitaan di media, uang yang dikumpulkan dari seluruh warga negara NII (sebutan untuk anggotanya) digunakan untuk mendukung terorisme.

Sampai kini, di Semarang dan sekitarnya belum ditemukan adanya orang yang melapor telah menjadi korban NII. Namun berdasar informasi yang dikumpulkan dari berbagai kampus, sudah sering ada pola ajakan kepada mahasiswa yang awam agama dalam suatu forum pengajian yang aneh. Yakni serba tertutup, diminta uang, dibawa pergi jauh tanpa boleh membawa HP dan kartu ATM, serta sering dengan model diculik.

Diantara yang pernah saya lacak beberapa mahasiswi STE BPD Jateng yang kos di sekitar kawasan Jl Petek Semarang utara, hampir saja menjadi korban ajaran setan tersebut. Untungnya, ibu kos mereka waspada dan berhasil mencegah proses cuci otak mereka.

Dari pengakuan Amti’ah, penjaga kos di Gang Kampung Malang, tak jauh dari Kampus STIE BPD, tiga anak kosnya sempat diajak dua orang perempuan berjilbab besar.

Ajakannya pengajian. Tetapi malam hari di atas jam 21.00. Salah satu anak kosnya sempat mau ikut pengajian tersebut. Itu terjadi karena si mahasiswi tidak pamit padanya. Esok paginya si anak kos pulang dengan muka kusut dan menangis.

“Itu terjadi setahun lalu. Untuk anak kos saya itu tidak punya cukup uang. sehingga dia dikembalikan. Karena dianggap tidak berguna,” terang Amti’ah seraya berpesan tidak menyebut nama anak kosnya tersebut karena masih dalam tahap pemulihan trauma.

Dari tuturan si mahasiswi, kata Amti’ah, dia diajak naik mobil berkaca gelap. Selama perjalanan diceramahi dua orang perempuan dan seorang lelaki yang duduk di samping sopir. Ternyata dia diajak ke Jogja. Lalu dipertemukan dengan seorang lelaki yang jabatannya setingkat bupati.

Di situ dia dicekoki aneka macam “dalil keagamaan”. Sang mahasiswi menjadi ketakutan dan menangis. Karena tak sabar, sang pendoktrin meminta dia berhijrah dengan menjadi warga negara NII. Lalu diminta membayar minimal Rp 3 juta.

Ternyata korban tidak punya uang. Dia mengaku anak orang miskin yang uang kuliahnya pun pas-pasan. Maka dipulangkanlah dia dengan diberi ancaman agar tidak menceritakan kepada siapapun peristiwa itu.

“Saya yakin di Semarang sudah ada gerakan merekrut orang untuk gabung di NII. Sebab kelompok mereka tidak kentara bergerilya di kampus-kampus umum,” ujar Am’tiah.

Berikut ini adalah beberapa kenehan, kebiadaban, dan ketidak warasan ajaran-ajaran NII

1. Tebus Dosa dengan Uang

Ramainya pemberitaan soal NII membuat para mantan pengikutnya satu persatu berani buka suara. Salah satunya, Novie (20), mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Ia mengaku terjerat NII setelah bertemu dua mahasiswa perempuan, dengan dalih dijadikan objek wawancara penelitian. Ia tak sadar jadi target. Setelah terjerumus, Novie yang baru semester satu, rela menyerahkan barang-barang berharganya untuk 'mencuci dosa'.

Novie diajak berdiskusi soal sodaqoh, pencucian dosa, dan aturan NII. Secara sadar, Novie pun kemudian menjual handphone dan menguras habis tabungannya di ATM untuk menebus dosa-dosanya di dunia, total sekitar Rp 2 juta.

"Saya dijelaskan dalam kitab suci itu ada dua negara, yaitu negara yang bathil dan benar. Indonesia merupakan negara bathil menurut mereka dan negara yang akan mereka bentuk ini adalah yang benar," ungkapnya.

Di malam hari ia dikumpulkan dengan sejumlah wanita yang hendak dibai'at menjadi warga negara NII. Meski Novie malam itu menangis dan menolak masuk NII, dia tak diizinkan pulang.

"Saya dibilang bodoh, kafir kalau tidak ikut bergabung. Mereka mengerubungi saya, menekan dan memaksa saya," katanya.

Bersamanya, ada tiga gadis seumurannya dan empat gadis usia belasan tahun. Berasal dari Semarang, Bekasi dan NII keturunan. Yakni orangtua mereka anggota NII.

"Untuk bisa hijrah kemudian dibai'at itu ada syaratnya, tidak boleh pacaran, tidak merokok, tidak punya anggota keluarga yang aparat hukum, dan wajib sodaqoh. Untuk bai'at biayanya Rp 2,5 juta, waktu itu saya cuma punya Rp 2 juta jadi saya utang Rp 500 ribu dan harus lunas segera," tuturnya.

2. Wajib Setor Rutin

Usai dibai'at nama Novie berubah menjadi Jahira. Namun, kewajiban sodaqoh tak berhenti begitu saja, per bulannya anggota NII wajib menyetor Rp 500 ribu. Kalau kurang, akan diteror dengan kalimat nuqshon!, nuqshon! (kurang! Kurang!).

Jika sekali saja tak menyetor, maka diakumulasikan pada bulan berikutnya. Sehingga anggota selalu dikejar setoran. Dan untuk itu, petinggi NII mendoktrin mereka, boleh berbuat apa saja untuk mendapat uang. menipu, mencuri, merampok halal. Sebab orang di luar NII adalah kafir dan boleh diapakan saja. Meskipun ibu dan bapaknya sendiri.

Novie pun dilarang menanyakan kemana uang sodaqoh itu disetorkan. Itu haram hukumnya. Sama seperti menceritakan masalah NII kepada orang-orang terdekatnya, terutama keluarga.

Diungkapkannya, demi bisa memenuhi setoran wajib tersebut, ada anggota NII yang nyuruh istrinya jual diri. Lalu itukah yg mereka maksud negara Islam?.

3. Haji Cukup ke Indramayu

Pengikut Negara Islam Indonesia (NII) tak hanya menolak Indonesia. Melainkan juga menolak rukun Islam. Dari laporan Vivanews disebutkan, mereka diajari presiden NII, Panji Gumilang alias Abu Toto alias Abu Maarif, untuk tidak usah pergi ke Mekah kalau berhaji. Melainkan cukup di kantornya, di Indramayu. Kantornya itupun dinamai pondok pesantren Az-Zaytun.

"Ibadah Haji dalam NII itu adalah perkumpulan NII dari seluruh Indonesia. Semua petinggi kumpul di Indramayu," kata Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center yang juga anggota NII sejak 2.000 sampai 2002, dalam perbincangan dengan Vivanews.com, Kamis (28/4).

Tak hanya berbeda tempatnya, masa haji mereka ditetapkan setiap tanggal 1 Muharram. Padahal umat Islam sedunia berhaji pada 9 Zulhijah.

Dalam berhaji bagi Islam ada beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu antara lain, Tawaf atau tahapan berhaji dengan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali.

"Kalau di NII, tawaf ini cukup berkeliling pondok pesantran Al Zaytun yang seluas 1.200 hektar. Saat naik haji di NII, kami ditunjukkan kebanggaan Al Zaytun dengan kata-kata, inilah Islam," terang Ken.

Kemudian, lanjut Ken, yang lebih bobrok lagi saat prosesi melempar jumroh. Dalam Islam, dilakukan dengan melempar tujuh buah kerikil ke arah tiga tiang di kota Mina, Arab Saudi.

Di NII, lanjut Ken, melempar jumroh dengan tujuh buah sak semen. Tapi dalam bentuk uang. lagi-lagi uang.

“Menurut petinggi NII, kalau pakai kerikil, Islam tak bisa maju," kata Ken.

Dari jumrah tujuh sak semen itu mengalir dana ratusan juta. Ada yang menyumbang lebih dari harga tujuh sak semen.

Ajaran lainnya, anggota NII boleh tidak sholat. Karena sholat hanya wajib jika Indonesia sudah menjadi negara Islam. Dan jika anggota merasa berdosa jika tidak sholat, bisa diganti dengan membayar infaq. Lagi-lagi UUD. Ujung-ujungnya duit.

4. Ayat Andalan untuk Merekrut

Ken Setiawan, mantan anggota senior NII seperti dikutip Vivanews mengatakan, proses pindah dari warga negara Indonesia menjadi warga NII tidak memakan waktu lama. Cuma sepekan.

Lelaki asal Kebumen ini mengatakan, ada satu ayat yang selalu menjadi andalan para prekrut NII untuk mencuci otak para target.

Kata-kata pertama yang mengantar ke pembicaraan NII adalah surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya, "Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku". Tak lama setelah itu, Ken ditanya kesiapannya untuk membela dan menegakkan Negara Islam Indonesia.

Namun ia heran, tempat pengambilan sumpah (disebut bai’at) di sebuah gedung di belakang kantor Badan Intelijen Negara (BIN). Yaitu di kawasan Volvo.

5. Terkait Kekuasaan dan Intelijen?

Imam Supriyanto, mantan pejabat NII menerangkan, uang yang dikumpulkan oleh NII miliaran rupiah per bulan. Sebagian pernah disimpan di Bank Century atas nama Abu Maarif yang merupakan nama alias Panji Gumilang.

"Saat saya keluar tahun 2007 itu ratusan miliar. Katanya uang itu untuk mendirikan lembaga pendidikan formal," kata Imam.

Dia bercerita, saat masa itu (1997-2003) yang mejadi imam negara adalah Syamsul Alam, tak lain adalah Panji Gumilang sendiri. Namun setelah, ia keluar dari NII KW 9 tahun 2007, ia tak tahu lagi keberadaan dana tersebut.

"Setelah keluar saya nggak tahu lagi dana itu, termasuk saat gonjang-ganjing kasus Century," kata Imam.

Ma'had Al Zaytun memiliki ponpes megah di Indramayu, Jabar. Lembaga pendidikan yang sering dijenguk pejabat negara, termasuk petinggi intelijen ini, menamakan diri Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian.

Muhammad Shodiqin, mantan PNS era Soeharto mengatakan, waktu KABAKIN (sebelum BIN) dipegang AM Hendropriyono, mantan jenderal TNI AD itu malah begitu melindungi Ma'had Al-Zaitun, termasuk para penguasa orba waktu itu.

“Sulit sekali untuk tidak mengaitkan BIN di belakang NII. Apalagi terkesan adanya pembiaran ajaran NII ini, tuturnay dalam akun facebook saat berdialog dengan mantan Menristek Muhammad AS Hikam.

Sementara itu, di grup facebook yang membahas masalah NII, berbagai orang memberikan komentar.

Ali Ahmad Hamdani, guru madrasah di Genuk, Semarang: “NII bintang baru setelah Briptu Norman”.

Akil Scootera: “NII organisasi bawah tanah eks peninggalan orde baru.

Maz Nanang Sulaimanizt: ”Kenapa banyak orang tua mau memondokkan anaknya di Pesantren Az-Zaytun?. Padahal masuknya harus bayar senilai seekor sapi jantan gemuk.”

Al-Faqir Sufyan Asy'ari: “Ada yg mensinyalir permainan intelejen serta elit politik di dalam NII, sehingga sulit banget diberangus”.

Thobib Njajar: “Negara dalam negara berarti makar...harus di tindak”.

Mamad Ipul: “ada yang membutuhkan dukungan untuk 2014 dg jaringan besar NII yang ada di mana-mana”.

Ziezhee Zionitz El-Catiry: “Sekiranya di situ terdapat maksud terselubung pemerintah di balik niatan memelihara mereka (NII), laiknya kasusyang sudah-sudah..”.

Salafudin Suja: “Mereka sering di manfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan kekuasaan dan politik”.

Mbah Lurah: “Mungkin orang-orang yang ada dalam NII tidak mau jadi rakyat yang menghargai rakyat... Elit polit̉ik, pejabat pemerintah hnya mengurusi hal-hal yang menguntungkan kelompok dan pribadi... Nasionalisme perlu di pertanyakan untuk mereka.

Haries Khelmy: “Subhsnnallah, Al Zaitun khabarnya didonasi dari negeri tetangga /dan dari jazirah arab.”

Tuso Lake'onggu: “Mungkin memang dipelihara oleh pemerintah untuk antisipasi bila ada tuntutan lengser keprabon seperti yangg dlakukan oleh M Khadafi...!!!

Heru Setiawan: “Banyak pula pembesar-pembesar orde baru yg punya andil dalam pendirian al-syaiton (cemoohan untuk Al-Zaitun)”.

Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengaku heran mengapa pemerintah melalui kekuatan intelijen tak mampu melihat gerakan masif NII. Luputnya gerakan ini dari pengamatan tentu patut dipertanyakan. "Menurut saya tidak masuk akal, sampai bisa merekrut puluhan ribu orang tanpa tidak terdeteksi dari awal. Pemerintah harus memberi jawaban dalam langkah konkrit," tuturnya. "NII itu tak berdiri sendiri. Berkembangnya gerakan sekterianisme, radikalisme, ini kok dibiarkan saja?"

Didin, mahasiswa IAIN Walisongo yang aktif di jurnalistik umum mengatakan, NII berusaha mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan dakwah kepada orang lemah iman dengan pengetahuan agama minimalis, namun banyak duitnya. Faham mereka bebas sholat, bebas berzina, bebas menipu dan merampok. jelas menentang Pancasila.

Semoga permasalahan NII ini cepat terselesaikan. Jelas sudah NII akan mengundang murkanya Allah karena mereka telah menginjak-injak syariat agama islam yang haq. Mari kita waspada dan terus waspada terhadap gerakan-gerakan kejahatan berkedok agama di Republik Indonesia ini, serta melaporkannya kepada pihak berwenang. Wallahu'lam.


Muhammad Ichwan
Adv 1
Share this article :

+ comments + 1 comments

18 Mei 2011 pukul 19.52

NII sepertinya ada hubungan nya dari orang2 non muslim untuk memecah belah umat islam dan agar umat islam tidak mengamalkan ajaran agamnya. salam kenal mas, keren nih blog nya..

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger