Sebagaimana telah difahami, bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang dewasa. Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan-perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak mutlak, dan masih bisa diperdebatkan. Masa remaja tersebut adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana lingkungan sangat berperan. Kalau kita perhatikan ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja yaitu:
Pertama, Lingkungan keluarga.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga, khususnya orang tua, akan sangat memberi bekasan yang luar biasa. Dalam keluarga yang bahagia dan sejahtera serta memiliki tauladan keislaman yang baik dari orang tua, insya Allah, remaja akan tumbuh dengan rasa aman, berakhlak mulia, sopan-santun dan taat melaksanakan ajaran agamanya. Sebaliknya, dalam keluarga yang kurang harmonis, keteladanan orang tua tidak ada dan kering dari kehidupan yang islami, maka anak remaja akan semakin mudah untuk tumbuh menyimpang.
Selain pendidikan agama, remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi.
Kedua, Lingkungan sekolah
Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya.
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa, “Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka “.
Ketiga, Lingkungan teman pergaulan
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan, “Kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya”.
Karena itu, dalam menghadapi faktor lingkungan teman pergaulan, remaja harus diarahkan dan dibina. Keberadaan wadah-wadah pembinaan remaja, misalnya Remaja Masjid/ musholla, semakin mendesak untuk dihadirkan. Remaja Masjid/ musholla di harapkan mampu memberi lingkungan pergaulan yang islami bagi remaja-remaja muslim. Mereka bergaul, bermain, berorganisasi dan mengembangkan kreativitas dan kepribadiannya dalam nuansa-nuansa Islam. Mereka secara langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk menda’wahkan Islam, sehingga menjadi generasi muda muslim yang siap menerima amanah dalam mensyi’arkan agamanya.
Keempat, Lingkungan dunia luar
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.
Saat ini, virus “American dream”, yaitu kecenderungan sebagian warga Amerika untuk hidup terkenal (populer), sedang mewabah dunia. Mereka melakukan segala cara. Yang punya kelebihan, dia manfaatkan kelebihannya, sedang yang tidak punya kelebihan, pokoknya asal “tampil beda”, agar diekspos oleh mass media, sehingga mereka menjadi terkenal. Akibatnya, dunia dilanda budaya riya’ atau pamer, yaitu budaya ingin dipuji, dikagumi dan dianggap top oleh orang lain atau budaya menonjolkan diri dengan cara apapun. Sehingga banyak kita jumpai orang-orang yang berperilaku aneh-aneh, berusaha agar menjadi pusat perhatian. Sebagai contoh, misalnya di kalangan remaja yang sudah terjangkiti, kita jumpai remaja yang berdandan model urakan, telanjang, yang tidak lain merupakan cerminan dari sikap riya’ itu tadi. Celakanya, sikap-sikap yang demikian itu mudah sekali untuk ditiru oleh remaja.
Namun, perkembangan global akhir abad dua puluh ini juga membawa angin perubahan positif. Masyarakat dunia semakin peduli terhadap kehidupan yang religius, terutama di lingkungan umat Islam. Semenjak dicanangkannya abad ke-15 Hijriyyah sebagai abad kebangkitan Islam, proses islamisasi semakin menampakkan hasilnya. Fenomena kebangkitan Islam dapat kita lihat dimana-mana, seperti misalnya maraknya upaya untuk memakmurkan Masjid/ musholla, penggunaan jilbab di kalangan muslimat, pertumbuhan ekonomi syariah, peningkatan kuantitas umat Islam di Eropa dan Amerika yang cukup cepat, konferensi dan peringatan keislaman, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja cukup menggembirakan dalam kaitannya dengan upaya menghadirkan lingkungan yang lebih islami bagi remaja.
Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, sehingga kita jumpai remaja berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya. Peniruan terhadap figur-figur tertentu dan menemukan tokoh-tokoh idola yang digandrungi, seperti guru, ulama, pahlawan, bintang film atau penyanyi dan lain sebagainya, merupakan salah satu bentuk pencarian itu. Dalam beberapa kejadian, dapat kita temukan penyimpangan dari upaya pernyataan identitas diri, dimana kita temukan adanya kelompok remaja yang membentuk kelompok (gang) dengan menonjolkan aktivitas penggunaan narkotika, minuman keras, kebut-kebutan, perkelahian pelajar bahkan free seks, naudzubillaahi mindzalik.
Dalam menemukan identitas diri, remaja banyak mendapat informasi, baik dari media cetak, dengar maupun audio visual, seperti koran, majalah, radio, televisi, Bioskop, VCD, DVD dan internet. Berkaitan dengan televisi, sampai saat ini televisi masih dituduh sebagai salah satu penyebab perilaku menyimpang remaja. Hal ini dikarenakan banyak tayangan televisi yang mendorong perilaku menyimpang remaja, khususnya TV swasta, banyak yang tidak lagi mengindahkan moral dan etika religius. Jurnal FOKUS edisi no. 70, th. 1996 menyebutkan, “Film-film yang diputar TV swasta adalah film-film yang sepenuhnya selera Barat. Celakanya lagi belakangan terdapat sejumlah opera sabun. Selain menampilkan (paling tidak mengesankan) adegan kumpul kebo, film-film demikian tidak memiliki tokoh-tokoh berbudi baik yang dapat ditiru. Artinya, tidak ada yang bisa dipelajari, apalagi dicontoh, oleh anak-anak dari opera-opera sabun tersebut". Bahkan di era reformasi ini, dunia pertelevisian Indonesia marak dengan dengan tayangan-tayangan berbau pornografi yang melecehkan wanita, gosip yang menyebarkan ghibah dan fitnah maupun mistik yang mengarah pada kemusyrikan. Juga tidak kalah berbahayanya, adalah maraknya penjualan VCD porno di pasaran gelap, bahkan ada yang terang-terangan. Semuanya itu, menunjukkan perlunya Indonesia memiliki Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi.
Sekarang ini, dunia maya (internet) telah menjadi lingkungan luar tersendiri bagi umat manusia, tak terkecuali bagi remaja. Melalui internet, banyak hal positif dan negatif dapat mempengaruhi remaja. Berbagai situs website dimunculkan, bermacam informasi dihadirkan, berbagai kemudahan ditawarkan dan berbagai pengaruh aneka warna pergaulan, bangsa, ide, komunitas dan lain sebagainya dapat merambah kehidupan remaja. Masuk melalui layar komputer, mempengaruhi kehidupan mereka dan muncul dalam aneka perilaku.
Sebenarnya, lingkungan yang dibutuhkan oleh remaja adalah lingkungan yang islami, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, teman pergaulan maupun dunia luar. Lingkungan yang mendukung perkembangan imaji mereka secara positif dan menuntun mereka pada kepribadian yang benar. Lingkungan yang islami akan memberi kemudahan dalam pembinaan remaja. Pembinaan remaja dalam Islam bertujuan agar remaja tersebut menjadi anak yang shalih; yaitu anak yang baik, beriman, berilmu, berketerampilan dan berakhlak mulia. Anak yang shalih adalah dambaan setiap orangtua muslim yang taat. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila anak Adam mati, maka semua amalnya terputus, kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim)
Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan berbagai cara dan sarana, salah satunya melalui Remaja Masjid/ musholla. Yaitu suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid/ musholla sebagai pusat aktivitas. Remaja Masjid/ musholla merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang terbaik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreatitivitas.
Remaja Masjid/ musholla merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan berkembang, namun kehadirannya tidaklah muncul begitu saja. Berawal dari usaha-usaha menyelenggarakan kegiatan kemasjid/ mushollaan, lalu timbul kesadaran perlunya organisasi yang permanen, dan akhirnya dibentuklah Remaja Masjid/ musholla. Saat ini, Remaja Masjid/ musholla telah menjadi salah satu wadah favorit kegiatan remaja muslim. Umumnya di kota-kota besar dapat dijumpai. Meskipun masih ada hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah semakin lebih bisa menerima kehadirannya. Remaja Masjid/ musholla telah menjadi fenomena bagi kegairahan para remaja muslim dalam mengkaji dan menda'wahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya, da’wah Islam yang dilakukan generasi muda bukanlah hal yang baru, Allah subhanhu wa ta’ala memberitahukan perjuangan mereka dalam Al Quraan.
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".” (QS 18:13-14, Al Kahfi)
Remaja Masjid/ musholla membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mencapai keridlaan-Nya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid/ musholla yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana. Mereka menyusun Program Kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada:
1. Keislaman
Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan pemahaman tentang Islam secara lebih luas dan mendalam. Diikuti dengan aktivitas da’wah islamiyyah, yang dilakukan secara sistematis dan dapat diterima anggota dan masyarakat pada umumnya, seperti kegiatan-kegiatan rutin, pengajian hari besar agama, dan sebagainya.
2. Pengetahuan Tentang Mengelola Masjid/ Musholla
Menjadikan Masjid/ musholla sebagai pusat aktivitas sebagai bentuk implementasi dari reaktualisasi fungsi dan peran Masjid/ musholla dalam kehidupan masyarakat Islam.
3. Keremajaan
Menjadikan remaja muslim sebagai menjadi subyek organisasi dan sekaligus menjadi obyek da’wah.
4. Keterampilan
Belajar, berlatih dan mempraktekan keterampilan, baik keterampilan teknis, kemanusiaan maupun konsepsional. Keterampilan tersebut juga dapat berupa seni islami antara lain adalah seni rebana, marawis, nasyid, dan sebagainya.
5. Keilmuan
Memperdalam ilmu pengetahuan secara luas, baik yang berkaitan dengan Islam secara langsung maupun ilmu-ilmu umum, seperti ekonomi, sosial, budaya, seni, teknologi dan lain sebagainya.
Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi-fungsi organisasi yang disesuaikan dengan Program Kerja dan aktivitas yang akan diselenggarakan, di antaranya:
1. Administrasi dan Kesekretariatan
Bidang ini mengelola administrasi organisasi dan sarana pendukungnya. Kegiatan surat menyurat, kesekretariatan, perencanaan pertemuan, regristerasi, inventarisasi, dokumentasi dan lain sebagainya merupakan aktivitas rutin yang dilakukan.
2. Keuangan
Bidang ini mengelola seluruh keuangan organisasi, baik dalam penerimaan, pencatatan, penyimpanan, pengeluaran maupun distribusinya.
3. Pembinaan Anggota
Bidang ini memiliki tugas utama untuk membina anggota agar memiliki aqidah yang kuat, ibadah benar, pemahaman Islam yang baik, berilmu, berketerampilan dan aktiv memakmurkan Masjid/ musholla. Beberapa aktivitas yang dilakukan, misalnya pengajian remaja dan kegiatan lainnya yang melibatkan remaja.
4. Perpustakaan dan Informasi
Bidang ini mengelola perpustakaan dan menyebarkan informasi khususnya kepada anggota, di antaranya melalui Majalah Dinding, Buletin Da’wah, maupun melalui media dakwah yang lain seperti blog dan website.
5. Kesejahteraan Umat
Bidang ini disamping beraktivitas untuk intern organisasi juga untuk kepentingan masyarakat sekitar Masjid/ musholla. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain adalah membantu Pengurus Masjid/ musholla dalam menyelenggarakan Shalat Jum’at, Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, bakti sosial, peringatan hari besar keagamaan, dan lain sebagainya.
6. Kewanitaan
Bidang ini khusus menangani dan membina anggota wanita. Aktivitas dijalankan dengan menyelenggarakan pengajian keputrian, ketrampilan wanita, pelatihan khusus wanita, diskusi, seminar, lokakarya, dan lain sebagainya.
Pada masa sekarang, keberadaan Remaja Masjid/ musholla semakin terasa diperlukan, terutama untuk mengorganisir kegiatan da'wah yang dilakukan oleh para remaja muslim yang memiliki keterikatan dengan Masjid/ musholla. Dengan adanya Remaja Masjid/ musholla, insya Allah, kreativitas remaja muslim dapat disalurkan dan dikembangkan. Selain itu, terjadinya kenakalan remaja juga dapat dikurangi. Remaja Masjid/ musholla yang terorganisir dengan baik, bukan saja akan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya, namun juga akan memberi bekal yang baik bagi masa depan mereka, terutama bekal taqwa. Sehingga, hadirnya generasi muslim yang terbaik, yang beriman, berilmu pengetahuan, beramal shalih dan mampu ber’amar ma’ruf nahi munkar, insya Allah, dapat menjadi kenyataan.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS 3:110, Ali ‘Imran) .
Beberapa diambil dari i-Masjid, Buku "Remaja Harapan dan Tantangan” karya Prof. Zakiah Daradjat, dan 300 Hadits Bekal Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim
Pertama, Lingkungan keluarga.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga, khususnya orang tua, akan sangat memberi bekasan yang luar biasa. Dalam keluarga yang bahagia dan sejahtera serta memiliki tauladan keislaman yang baik dari orang tua, insya Allah, remaja akan tumbuh dengan rasa aman, berakhlak mulia, sopan-santun dan taat melaksanakan ajaran agamanya. Sebaliknya, dalam keluarga yang kurang harmonis, keteladanan orang tua tidak ada dan kering dari kehidupan yang islami, maka anak remaja akan semakin mudah untuk tumbuh menyimpang.
Selain pendidikan agama, remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi.
Kedua, Lingkungan sekolah
Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya.
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa, “Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka “.
Ketiga, Lingkungan teman pergaulan
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan, “Kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya”.
Karena itu, dalam menghadapi faktor lingkungan teman pergaulan, remaja harus diarahkan dan dibina. Keberadaan wadah-wadah pembinaan remaja, misalnya Remaja Masjid/ musholla, semakin mendesak untuk dihadirkan. Remaja Masjid/ musholla di harapkan mampu memberi lingkungan pergaulan yang islami bagi remaja-remaja muslim. Mereka bergaul, bermain, berorganisasi dan mengembangkan kreativitas dan kepribadiannya dalam nuansa-nuansa Islam. Mereka secara langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk menda’wahkan Islam, sehingga menjadi generasi muda muslim yang siap menerima amanah dalam mensyi’arkan agamanya.
Keempat, Lingkungan dunia luar
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.
Saat ini, virus “American dream”, yaitu kecenderungan sebagian warga Amerika untuk hidup terkenal (populer), sedang mewabah dunia. Mereka melakukan segala cara. Yang punya kelebihan, dia manfaatkan kelebihannya, sedang yang tidak punya kelebihan, pokoknya asal “tampil beda”, agar diekspos oleh mass media, sehingga mereka menjadi terkenal. Akibatnya, dunia dilanda budaya riya’ atau pamer, yaitu budaya ingin dipuji, dikagumi dan dianggap top oleh orang lain atau budaya menonjolkan diri dengan cara apapun. Sehingga banyak kita jumpai orang-orang yang berperilaku aneh-aneh, berusaha agar menjadi pusat perhatian. Sebagai contoh, misalnya di kalangan remaja yang sudah terjangkiti, kita jumpai remaja yang berdandan model urakan, telanjang, yang tidak lain merupakan cerminan dari sikap riya’ itu tadi. Celakanya, sikap-sikap yang demikian itu mudah sekali untuk ditiru oleh remaja.
Namun, perkembangan global akhir abad dua puluh ini juga membawa angin perubahan positif. Masyarakat dunia semakin peduli terhadap kehidupan yang religius, terutama di lingkungan umat Islam. Semenjak dicanangkannya abad ke-15 Hijriyyah sebagai abad kebangkitan Islam, proses islamisasi semakin menampakkan hasilnya. Fenomena kebangkitan Islam dapat kita lihat dimana-mana, seperti misalnya maraknya upaya untuk memakmurkan Masjid/ musholla, penggunaan jilbab di kalangan muslimat, pertumbuhan ekonomi syariah, peningkatan kuantitas umat Islam di Eropa dan Amerika yang cukup cepat, konferensi dan peringatan keislaman, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja cukup menggembirakan dalam kaitannya dengan upaya menghadirkan lingkungan yang lebih islami bagi remaja.
Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, sehingga kita jumpai remaja berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya. Peniruan terhadap figur-figur tertentu dan menemukan tokoh-tokoh idola yang digandrungi, seperti guru, ulama, pahlawan, bintang film atau penyanyi dan lain sebagainya, merupakan salah satu bentuk pencarian itu. Dalam beberapa kejadian, dapat kita temukan penyimpangan dari upaya pernyataan identitas diri, dimana kita temukan adanya kelompok remaja yang membentuk kelompok (gang) dengan menonjolkan aktivitas penggunaan narkotika, minuman keras, kebut-kebutan, perkelahian pelajar bahkan free seks, naudzubillaahi mindzalik.
Dalam menemukan identitas diri, remaja banyak mendapat informasi, baik dari media cetak, dengar maupun audio visual, seperti koran, majalah, radio, televisi, Bioskop, VCD, DVD dan internet. Berkaitan dengan televisi, sampai saat ini televisi masih dituduh sebagai salah satu penyebab perilaku menyimpang remaja. Hal ini dikarenakan banyak tayangan televisi yang mendorong perilaku menyimpang remaja, khususnya TV swasta, banyak yang tidak lagi mengindahkan moral dan etika religius. Jurnal FOKUS edisi no. 70, th. 1996 menyebutkan, “Film-film yang diputar TV swasta adalah film-film yang sepenuhnya selera Barat. Celakanya lagi belakangan terdapat sejumlah opera sabun. Selain menampilkan (paling tidak mengesankan) adegan kumpul kebo, film-film demikian tidak memiliki tokoh-tokoh berbudi baik yang dapat ditiru. Artinya, tidak ada yang bisa dipelajari, apalagi dicontoh, oleh anak-anak dari opera-opera sabun tersebut". Bahkan di era reformasi ini, dunia pertelevisian Indonesia marak dengan dengan tayangan-tayangan berbau pornografi yang melecehkan wanita, gosip yang menyebarkan ghibah dan fitnah maupun mistik yang mengarah pada kemusyrikan. Juga tidak kalah berbahayanya, adalah maraknya penjualan VCD porno di pasaran gelap, bahkan ada yang terang-terangan. Semuanya itu, menunjukkan perlunya Indonesia memiliki Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi.
Sekarang ini, dunia maya (internet) telah menjadi lingkungan luar tersendiri bagi umat manusia, tak terkecuali bagi remaja. Melalui internet, banyak hal positif dan negatif dapat mempengaruhi remaja. Berbagai situs website dimunculkan, bermacam informasi dihadirkan, berbagai kemudahan ditawarkan dan berbagai pengaruh aneka warna pergaulan, bangsa, ide, komunitas dan lain sebagainya dapat merambah kehidupan remaja. Masuk melalui layar komputer, mempengaruhi kehidupan mereka dan muncul dalam aneka perilaku.
Sebenarnya, lingkungan yang dibutuhkan oleh remaja adalah lingkungan yang islami, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, teman pergaulan maupun dunia luar. Lingkungan yang mendukung perkembangan imaji mereka secara positif dan menuntun mereka pada kepribadian yang benar. Lingkungan yang islami akan memberi kemudahan dalam pembinaan remaja. Pembinaan remaja dalam Islam bertujuan agar remaja tersebut menjadi anak yang shalih; yaitu anak yang baik, beriman, berilmu, berketerampilan dan berakhlak mulia. Anak yang shalih adalah dambaan setiap orangtua muslim yang taat. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila anak Adam mati, maka semua amalnya terputus, kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim)
Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan berbagai cara dan sarana, salah satunya melalui Remaja Masjid/ musholla. Yaitu suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid/ musholla sebagai pusat aktivitas. Remaja Masjid/ musholla merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang terbaik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreatitivitas.
Remaja Masjid/ musholla merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan berkembang, namun kehadirannya tidaklah muncul begitu saja. Berawal dari usaha-usaha menyelenggarakan kegiatan kemasjid/ mushollaan, lalu timbul kesadaran perlunya organisasi yang permanen, dan akhirnya dibentuklah Remaja Masjid/ musholla. Saat ini, Remaja Masjid/ musholla telah menjadi salah satu wadah favorit kegiatan remaja muslim. Umumnya di kota-kota besar dapat dijumpai. Meskipun masih ada hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah semakin lebih bisa menerima kehadirannya. Remaja Masjid/ musholla telah menjadi fenomena bagi kegairahan para remaja muslim dalam mengkaji dan menda'wahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya, da’wah Islam yang dilakukan generasi muda bukanlah hal yang baru, Allah subhanhu wa ta’ala memberitahukan perjuangan mereka dalam Al Quraan.
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".” (QS 18:13-14, Al Kahfi)
Remaja Masjid/ musholla membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mencapai keridlaan-Nya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid/ musholla yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana. Mereka menyusun Program Kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada:
1. Keislaman
Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan pemahaman tentang Islam secara lebih luas dan mendalam. Diikuti dengan aktivitas da’wah islamiyyah, yang dilakukan secara sistematis dan dapat diterima anggota dan masyarakat pada umumnya, seperti kegiatan-kegiatan rutin, pengajian hari besar agama, dan sebagainya.
2. Pengetahuan Tentang Mengelola Masjid/ Musholla
Menjadikan Masjid/ musholla sebagai pusat aktivitas sebagai bentuk implementasi dari reaktualisasi fungsi dan peran Masjid/ musholla dalam kehidupan masyarakat Islam.
3. Keremajaan
Menjadikan remaja muslim sebagai menjadi subyek organisasi dan sekaligus menjadi obyek da’wah.
4. Keterampilan
Belajar, berlatih dan mempraktekan keterampilan, baik keterampilan teknis, kemanusiaan maupun konsepsional. Keterampilan tersebut juga dapat berupa seni islami antara lain adalah seni rebana, marawis, nasyid, dan sebagainya.
5. Keilmuan
Memperdalam ilmu pengetahuan secara luas, baik yang berkaitan dengan Islam secara langsung maupun ilmu-ilmu umum, seperti ekonomi, sosial, budaya, seni, teknologi dan lain sebagainya.
Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi-fungsi organisasi yang disesuaikan dengan Program Kerja dan aktivitas yang akan diselenggarakan, di antaranya:
1. Administrasi dan Kesekretariatan
Bidang ini mengelola administrasi organisasi dan sarana pendukungnya. Kegiatan surat menyurat, kesekretariatan, perencanaan pertemuan, regristerasi, inventarisasi, dokumentasi dan lain sebagainya merupakan aktivitas rutin yang dilakukan.
2. Keuangan
Bidang ini mengelola seluruh keuangan organisasi, baik dalam penerimaan, pencatatan, penyimpanan, pengeluaran maupun distribusinya.
3. Pembinaan Anggota
Bidang ini memiliki tugas utama untuk membina anggota agar memiliki aqidah yang kuat, ibadah benar, pemahaman Islam yang baik, berilmu, berketerampilan dan aktiv memakmurkan Masjid/ musholla. Beberapa aktivitas yang dilakukan, misalnya pengajian remaja dan kegiatan lainnya yang melibatkan remaja.
4. Perpustakaan dan Informasi
Bidang ini mengelola perpustakaan dan menyebarkan informasi khususnya kepada anggota, di antaranya melalui Majalah Dinding, Buletin Da’wah, maupun melalui media dakwah yang lain seperti blog dan website.
5. Kesejahteraan Umat
Bidang ini disamping beraktivitas untuk intern organisasi juga untuk kepentingan masyarakat sekitar Masjid/ musholla. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain adalah membantu Pengurus Masjid/ musholla dalam menyelenggarakan Shalat Jum’at, Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, bakti sosial, peringatan hari besar keagamaan, dan lain sebagainya.
6. Kewanitaan
Bidang ini khusus menangani dan membina anggota wanita. Aktivitas dijalankan dengan menyelenggarakan pengajian keputrian, ketrampilan wanita, pelatihan khusus wanita, diskusi, seminar, lokakarya, dan lain sebagainya.
Pada masa sekarang, keberadaan Remaja Masjid/ musholla semakin terasa diperlukan, terutama untuk mengorganisir kegiatan da'wah yang dilakukan oleh para remaja muslim yang memiliki keterikatan dengan Masjid/ musholla. Dengan adanya Remaja Masjid/ musholla, insya Allah, kreativitas remaja muslim dapat disalurkan dan dikembangkan. Selain itu, terjadinya kenakalan remaja juga dapat dikurangi. Remaja Masjid/ musholla yang terorganisir dengan baik, bukan saja akan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya, namun juga akan memberi bekal yang baik bagi masa depan mereka, terutama bekal taqwa. Sehingga, hadirnya generasi muslim yang terbaik, yang beriman, berilmu pengetahuan, beramal shalih dan mampu ber’amar ma’ruf nahi munkar, insya Allah, dapat menjadi kenyataan.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS 3:110, Ali ‘Imran) .
Beberapa diambil dari i-Masjid, Buku "Remaja Harapan dan Tantangan” karya Prof. Zakiah Daradjat, dan 300 Hadits Bekal Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim
Posting Komentar