Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Pahala Sedekah Bagi Orang Yang Telah Wafat

Pahala Sedekah Bagi Orang Yang Telah Wafat

“Sungguh seorang lelaki berkata kepada Nabi SAW : Sungguh Ibuku wafat, dan aku mengira jika ia sempat bicara ia akan bersedekah, maka apakah ada pahala untuknya jika aku bersedekah atas namanya..?, maka bersabda Rasulullah SAW : Betul” (Shahih Bukhari)

Diriwayatkan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari bahwa ini merupakan dalil bahwa seluruh amal – amal ibadah yang dikirimkan kepada yang wafat itu sampai. Demikian pula dalam Syarh Nawawi ala Shahih Muslim, walaupun ada ikhtilaf dalam Madzhab Syafi’i bahwa ayat alqur’an bila dikirimkan tidak sampai. Akan tetapi pendapat yang lebih shahih adalah sampai, demikian dijelaskan oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Nawawi dalam Syarh Nawawi ala Shahih Muslim dan juga didalam Al Majmu yang juga dikarang oleh beliau. 

Dan Al Imam Nawawi menjelaskan bahwa ikhtilaf yang muncul ini bersatu dengan menjadikan semua yang dikirimkan itu (amal pahala kepada yang wafat) jika dikrimkan dengan atas nama doa maka tidak ada ikhtilaf lagi, jumhur seluruh madzhab dan Imam membolehkannya dan mengatakannya sampai karena dibungkus dengan doa. Sebagaimana tahlilan yang sering dibaca oleh kita wahai Allah sampaikan pahala alqur’an yang kami baca, shalawat yang kami baca, tasbih yang kami baca, tahlil yang kami baca, sampaikan kepada ruhnya fulan bin fulan. Kalau dengan kalimat seperti ini, jumhur (pendapat) seluruh Imam dan madzhab sampai pahalanya kepada yang wafat. Hadits – hadits serupa ini banyak, teriwayatkan didalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Maka tentunya ini merupakan jawaban yang jelas dan shariih (jelas tanpa syak), dalil – dalil yang tsigah dan shahih mengatakan pengiriman pahala amal kepada yang wafat itu sampai.

Amal – amal pahala kita tidak disia – siakan oleh Allah SWT dan pahala – pahala orang – orang yang telah wafat, pahala kita bisa kita hadiahkan kepada mereka. Bahkan berkata Al Imam Asy-Syaukani didalam Nailul Authar menjelaskan bahwa doa sampai kepada yang hidup dan yang wafat. Bukan hanya yang wafat saja, kalau dudah dirangkai dengan doa maka kita dengar satu nama seorang yang sangat dalam dalam ilmu haditsnya Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atsaqafi alaihi rahmatullah yaitu seorang muhaddits yang meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits yang diambil oleh Imam Ibn Khudzaimah dan Imam Ibn Hibban didalam Shahih mereka. Ini Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atsaqafi berkata “aku menyembelih 12.000 ekor kambing di hari Idul Adha pahalanya aku hadiahkan untuk Rasulullah SAW dan aku mengkhatamkan 12.000X khatam alqur’an, pahalanya kuhadiahkan untuk Rasulullah SAW”, demikian cinta mereka kepada Sayyidina Muhammad SAW.

Amal – amal baik tidak dilupakan oleh Allah walaupun dari kafir (sebelum mereka masuk Islam). Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasul SAW “ya Rasulullah di masa jahiliyyah dulu aku sering bershadaqah, aku membebaskan budak tapi itu pahalanya tertulis tidak wahai Rasul dan sebelum aku masuk Islam?” maka Rasul menjawab “aslamta ma salam bi khair” semua engkau itu selamat amal – amal pahalamu yang terdahulu itu, tetap tertulis dan dituliskan oleh Allah SWT pahala sedekahnya, pahala baiknya, membantu orang lain dan lain sebagainya itu ditulis oleh Allah, diabadikan tidak dilupakan. Ini makna hadits. Berkata Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan makna hadits ini berikhtilaf (perbedaan pendapat para ulama) dalam menafsirkan makna hadits ini sebagian ulama menafsirkan seperti yang saya sebutkan, amal pahala yang mereka perbuat sebelum masuk Islam diabadikan oleh Allah setelah mereka masuk Islam tetap tercantum. 

Tapi makna yang kedua adalah yang dimaksud oleh Sang Nabi, bukan amal pahala itu ditulis lagi setelah ia masuk Islam tapi yang dimaksud perbuatan – perbuatan baik mereka itu yang membuat Allah memberi mereka hidayah. Jadi mereka yang di luar Islam yang banyak berbuat baik tidak Allah lupakan, Allah tuntun ia sampai akhirnya mengenal Islam dan mendapat hidayah. Sehingga orang – orang yang di luar Islam selama ia berbuat baik dan beraamal yang luhur (amal – amal yang baik), bantu orang lain, banyak berbuat baik maka amal – amal itu akan membuka kasih sayang Illahi hingga mereka tidak wafat terkecuali didalam Islam. Demikian indahnya Allah Jalla Wa Alla yang memuliakan hamba – hambaNya yang berbuat baik bahkan mereka yang diluar Islam pun, Allah jadikan amal – amal baiknya menuntun mereka kepada hidayah. 

Tidak mustahil seorang barangkali tokoh agama non muslim, apakah ia rahib ataukah ia pedande ataukah ia pendeta atau siapapun tidak mustahil ia itu wafat dalam keadaan Islam tanpa ada yang mengetahuinya. Sah tidak keislamannya? Sah di mata Allah, tidak sah di mata manusia. Bagaimana tidak sah di mata manusia namun sah di mata Allah? Seseorang tidak diakui sebagai muslim secara syari’ah jika tidak ada saksi yang mengetahui syahadatnya dengan bahasa arab atau bahasa masing – masing. Ia mengucapkan makna “tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah” itu sudah cukup diakui keislamannya, asal ada 2 orang muslim atau lebih yang menyaksikannya ia jadi muslim. 

Tapi bagaimana muslim yang diakui Allah tapi tidak diakui oleh manusia? Dia tidak mengucapkannya tapi hatinya muslim. Walaupun ia tokoh agama non muslim misalnya sudah di sakaratul maut, hatinya mengakui Lailahailallah Muhammad Rasulullah, muslim ia di mata Allah tapi di mata manusia tetap tidak bisa diterima keislamannya, tidak bisa dikuburkan dikuburan muslimin dan tidak bisa dikuburkan dengan cara yang islami karena ia tidak mengucapkan kalimat syahadat. Tapi di sisi Allah, ia muslim. Oleh sebab itu, betapa banyak orang – orang non muslim itu wafat dalam keadaan muslim sebaliknya betapa banyak orang yang seakan muslim tapi karena dosa – dosanya terlalu banyak, Allah palingkan hatinya dari syahadat di saat sakaratul maut (wa iyya dzubillah). 

Demikian indahnya tuntunan Illahi menghormati perbuatan baik hamba – hambaNya. Jika seorang hamba berbuat baik, Allah hormati perbuatannya.



Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger