"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh," (QS Al-Ahzab : 7).
Kualifikasi Nabi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah. Beliau tanpa pernah menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat, dan masyarakat umum untuk kembali menyembah dan mentaati Allah dan RasulNya. Terbukti, hampir 1000 tahun usianya, tetapi jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya.
Nabi Ibrahim termasuk rasul ulul azmi, di antaranya karena kepatuhan dan kesabaran serta keteguhannya dalam berdakwah. Sejak masih bayi, Ibrahim dipelihara dalam keadaan genting yang disebabkan oleh tirani Namruz yang membunuhi anak laki-laki. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala, termasuk orang-orang terdekatnya. Bahkan ia harus menerima siksaan yang mahapedih, yaitu dibakar dan diusir dari kampung halamannya.
Nabi Musa juga termasuk rasul ulul azmi. Beliau termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Fir’aun dan pengikutnya. Selain itu, beliau mampu bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Bagaimana tidak, ketika beliau akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah patung anak sapi. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup menghalangi, bahkan hendak dibunuh. Namun demikian, Musa pernah tidak dapat bersabar ketika belajar berguru kepada Khidir.
Nabi Isa termasuk rasul ulul azmi. Banyak hal yang menunjukkan bahwa beliau memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan risalah Allah. Terutama ketika beliau harus menghadapi fitnah yang disebar kaum Yahudi dan pengkhianatan muridnya. Selain itu, beliau juga harus memberi pengertian tentang status ibunya yang melahirkan tanpa adanya seorang suami.
Para Rasul yang termasuk Ulul 'Azmi adalah Rasul yang memiliki kesabaran dan ketabahan dalam menyebarkan agama Islam dan menyampaikan wahyu Allah kepada kaumnya. Para Rasul tersebut selalu bersabar walaupun mendapat tantangan (cemoohan dan siksaan) dari kaumnya. Dari kisah riwayat Nabi dan Rasul, kita bisa lihat bahwa Nabi Ayub AS walaupun sangat penyabar tapi kesabaran beliau adalah dalam menghadapi cobaan terhadap dirinya sendiri berupa hilangnya harta dan kesehatan (mendapat musibah penyakit), jadinya berbeda dengan para Rasul Ulul 'Azmi yang 5, dimana kesabaran mereka adalah kesabaran dalam menghadapi tantangan dari kaumnya ketika menyampaikan wahyu Allah dan menyebarkan agama Islam.
Sesungguhnya jumlah Nabi dan Rosul yang tergolong ulul 'azmi banyak pendapat dikalangan ulama, yang mashur memang seperti pertanyaan di atas, berikut sedikit keterangan mengenai beberapa pendapat ulama, alasannya serta asbaab nuzulnya :
َاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ } أي: على تكذيب قومهم لهم. وقد اختلفوا في تعداد أولي العزم على أقوال، وأشهرها أنهم: نوح، وإبراهيم، وموسى، وعيسى، وخاتم الأنبياء كلهم محمد صلى الله عليه وسلم، قد نص الله على أسمائهم من بين الأنبياء في آيتين من (2) سُورَتَي "الأحزاب" و "الشورى"، وقد يحتمل أن يكون المراد بأولي العزم جميع الرّسُل، وتكون { مِنَ } في قوله: { مِنَ الرُّسُلِ } لبيان الجنس، والله أعلم.
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka”.(QS. 46:35). Artinya atas pendustaan kaum para utusan pada mereka.
Para Ulama berbeda dalam jumlah hitungan yang tergolong Ulul ‘Azmi pada beberapa pendapat pendapat yang lebih masyhur para utusan yang tergolong Ulul ‘Azmi adalah : Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi Isa As dan Nabi Muhammad SAW. Seperti keterangan yang dilansir dalam surat Al-Ahzaab dan surat As-Syuuro, Dan bias jadi yang dimaksud Ulul ‘Azmi adalah semua utusan Allah dengan menjadikan lafadz MIN pada kalimat MINARRUSULI berfaedah bayan li aljinsi, wallaahu a’lam.
Sementara dalam Tafsiir Ibnu Katsir VII/305, dijelaskan sebagai berikut:
فاصبر كما صبر أولو العزم من الرسل } أولو الثبات والجد منهم فإنك من جملتهم و { من } للتبيين وقيل للتبعيض و { أولو العزم } منهم أصحاب الشرائع اجتهدوا في تأسيسها وتقريرها وصبروا على تحمل مشاقها ومعاداة الطاعنين فيها ومشاهيرهم : نوح وإبراهيم وموسى وعيسى عليهم السلام وقيل الصابرون على بلاء الله كنوح صبر على أذى قومه كانوا يضربونه حتى يغشى عليه وإبراهيم على النار وذبح ولده والذبيح على الذبح ويعقوب على فقد الولد والبصر ويوسف على الجب والسجن وأيوب على الضر وموسى قال له قومه { إنا لمدركون * قال كلا إن معي ربي سيهدين } وداود بكى على خطيئته أربعين سنة وعيسى لم يضع لبنة على لبنة
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka”.(QS. 46:35). Artinya para utusan yang memiliki keteguhan dan kegigihan dan engkau (Muhammad) masuk didalamnya, MIN berfaedah bayan dan ada yang berpendapat berfaedah tab’iid.
Arti Ulul ‘Azmi adalah mereka-mereka yang memiliki hokum syariat yang memiliki kegigihan dalam mendasarkan dan menerangkannya, memiliki kesabaran menanggung penderitaan, pendapat paling mashur, mereka adalah : Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi Isa As.
Ada pendapat yang menyatakan Ulul ‘Azmi adalah mereka yang sabar menerima penderitaan dan cobaan dari Allah seperti halnya Nabi Nuh As yang sabar menerima aniaya kaumnya (kaum Nabi Nuh pernah memukulinya hingga pingsan), Nabi Ibrahim As saat diuji dibakar dan diperintahkan menyembelih putranya, dan nabi ismail As saat ikhlas disembelih, Nabi Ya’qub As saat kehilangan putra dan penglihatannya, Nabi Yusuf As saat terbuang dalam sumur dan mendekam dalam penjara, Nabi Ayyub As saat ditimpa penyakit, Nabi musa As saat diburu Fir’au dan kaumnya berkata : berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".
Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku" (QS. 26: 61-62), Nabi Daud As saat menangisi kesalahannya selama 40 tahun dan Nabi Isa As tidak diletakkan pada bangunan (saat terlahir).
Dan dalam Tafsir Baidhowi I/186 juga dijelaskan sebagai berikut:
وقال بعضهم: الأنبياء كلهم أولو عزم إلا يونس بن متى، لعجلة كانت منه، ألا ترى أنه قيل للنبي صلى الله عليه وسلم: "ولا تكن كصاحب الحوت"؟ .
وقال قوم: هم نجباء الرسل المذكورون في سورة الأنعام، وهم ثمانية عشر، لقوله تعالى بعد ذكرهم: "أولئك الذين هدى الله فبهداهم اقتده"( الأنعام-90 ) .
وقال الكلبي: هم الذين أمروا بالجهاد وأظهروا المكاشفة مع أعداء الدين.
وقيل: هم ستة: نوح، وهود، وصالح، ولوط، وشعيب، وموسى، عليهم السلام، وهم المذكورون على النسق في سورة الأعراف والشعراء.
وقال مقاتل: هم ستة: نوح، صبر على أذى قومه، وإبراهيم، صبر على النار، وإسحاق صبر على الذبح، ويعقوب، صبر على فقد ولده وذهاب بصره، ويوسف، صبر على البئر والسجن، وأيوب، صبر على الضر.
وقال ابن عباس وقتادة: هم نوح، وإبراهيم، وموسى، وعيسى، أصحاب الشرائع، فهم مع محمد صلى الله عليه وسلم خمسة.
قلت: ذكرهم الله على التخصيص في قوله: "وإذ أخذنا من النبيين ميثاقهم ومنك ومن نوح وإبراهيم وموسى وعيسى ابن مريم"( الأحزاب-7 ) ، وفي قوله تعالى: "شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا"( الشورى-13 ) .
Sebagian Ulama berpendapat bahwa Semua Nabi adalah Ulul ‘Azmi kecuali Yunus Bin mattaa seperti firman Allah pada Nabi Muhammad “Dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). (QS. 68:48).
Sebagian lagi berpendapat Mereka adalah yang terbaik diantara para rosul yang tertutur dalam surat al-An’aam, mereka 18 utusan seperti firman Allah “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Qur'an)". Al Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat. (QS. 6:90).
Imam Kalaby berkata “Mereka adalah yang diperintahkan berjihad dan menampakkan sesuatu pada musuh-musuh agama Allah”
Ada yang berpendapat : mereka berjumlah enam yakni Nabi Nuh As, Nabi Hud As, Nabi Sholih As, Nabi Luth As, Nabi Syu’aib As dan Nabi Musa As, mereka yang ditutur Allah secara teratur dalam surat AL-A’raf dan as-Syu’araa’.
Imam Muqotil berkata “Mereka enam utusan Allah, yakni Nabi Nuh As yang sabar menerima aniaya kaumnya, Nabi Ibrahim As saat diuji dibakar, dan nabi Ishaq As saat ikhlas disembelih, Nabi Ya’qub As saat kehilangan putra dan penglihatannya, Nabi Yusuf As saat terbuang dalam sumur dan mendekam dalam penjara dan Nabi Ayyub As saat ditimpa penyakit.
Imam Ibnu Abbas dan Qotaadah berkata “Mereka adalah Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi Isa As, merekalah para Nabi yang memiliki syariat sehingga bersama Nabi Muhammad SAW jumlahnya menjadi lima.
Seperti yang terdapat pada ayat “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh”, (QS. 33:7) dan ayat “Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: egakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(QS.42:13). (Tafsiir Baghowi VII/270-271).
Ust. Masaji Antoro, Pengasuh Pustaka Ilmu Sunniyah Salafiyah (PISS KTB)
Posting Komentar