Kata-kata ibarat pedang. Lincahnya menggunakan karena terbiasa. Runcingnya ujung karena terasah. Tajamnya ayunan di setiap sisi karena ilmu dan hidupnya jiwa.
Kata-kata dalam bahasa Inggris, tersusun dari huruf WORDS. Tinggal menaruh huruf "S" ke barisan terdepan maka akan tersusun kata SWORD yang berarti "pedang".
Sekali lagi, kata adalah pedang. Bahkan tajamnya bias melebihi seribu pedang. Kata-kata mempu mendatangkan penyakit. Ia juga bisa mematikan. Dengan kata-kata, seseorang akan terkesima. Dengannya pula, pikiran seseorang akan berubah.
Jadi, kata-kata dapat membawa gejolak peubahan. Oleh karena itu, perhatikanlah ke arah mana "pedang kata" kita membawa gejolak perubahan.
Saya pernah dinasihati oleh seorang penulis senior nasional. Saya menghormati beliau sebagai guru sekaligus pembawa perubahan positif dalam diri saya. Mudah-mudahan beliau juga mau menerima saya sebagai muridnya.
Memang perkenalan kami tidak secara langsung. Namun, saya sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan karyanya. Saya salut dengan goresan penanya yang begitu tajam. Saya berkenalan dengan beliau melalui buku-buku karangannya, khususnya yang membahas tentang tema kepenulisan. Inilah sebagian manfaat dan keuntungan sebuah buku. Buku akan memperkenalkan kepada kita para tokoh besar yang sempat mengonsepkan pikirannya ke dalam bentuk tulisan.
Tak hanya itu, buku yang baik dapat membawa perubahan yang baik pula. Membaca buku yang baik itu bagaikan mengadakan percakapan dengan para cendikiawan yang paling cemerlang dari masa lampau (yakni para penulis buku itu). Ini semua bahkan merupakan percakapan berbobot, lantaran dalam buku-buku itu mereka menuangkan gagasan mereka yang terbaik semata.
Tidak berlebihan bahwa membaca buku merupakan kegiatan untuk menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri.
Dan begitu banyaknya kelebihan dan manfaat dari membaca, tentunya tidak semua buku - yang merupakan kumpulan mozaik pemikiran manusia - itu baik. Sabaliknya, ibarat makanan, buku juga ada yang beracun. Oleh sebab itu, membaca yang benar adalah membaca yang disertai dengan kegiatan mencerna dan memahami. Di tambah lagi, sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita memasang filter untuk menyaring racun-racun pemikiran yang menyeleweng dari ajaran agama. Semoga Allah senantiasa menjaga iman kita serta membersihkan kita dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang.
Saya pernah membaca sebuah puisi yang mengisahkan kedahsyatan makhluk yang bernama buku. Puisi ini ditulis oleh seorang bocah yang bernama Abdurrahman Faiz. Saya sebut bocah sebab dia masih berusia kurang lebih 7 tahun. Kegemarannya melahap buku telah memaksanya untuk membuat puisi berikut ini;
Buku yang kubaca/
Selalu memberi sayap-sayap baru/
Membawaku terbang ke taman-taman pengetahuan paling menawan/
Melintasi waktu dan peristiwa/
Berbagi cerita cinta/
Menyapa semua tokoh yang ingin kujumpai/
Sambil bermain di lengkung pelangi/
Akhirnya, kembali ke pesan dari penulis senior di atas. Pesan ini berhubungan dengan "kata". Pesan ini sekaligus menjadi hidangan penutup dari tulisan saya. Beliau berpesan lewat tulisannya;
"Cermatlah memilih kata. Karena ia dapat mengubah kegembiraan menjadi genangan air mata, atau, menghapus kesedihan menjadi senyuman bahagia." Wallahu a'lam.
Semoga Allah membersihkan niat saya dalam menulis. Semoga Allah mengampuni kecerobohan kita di dalam menggunakan kata. Sebab, tak ada perkataan kecuali kita akan dimintai pertanggungjawaban atasnya.
Dzikri Fauqi Agbas
Posting Komentar