Nabi Muhammad saw. bersabda, ”Barangsiapa menempuh jalan yang di dalamnya ia menuntut ilmu, maka Allah menempuhkannya jalan ke surga.” (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Jo (sebut saja namanya begitu) lemas. Wajahnya pucat pasi. Mau tak percaya, tapi itulah hasil try out di SMP-nya. Dia tidak lulus karena ada nilai di bawah standar nilai kelulusan UAN. Tidak Jo saja. Masih banyak yang bernasib sama. Memang, pelajaran yang diujikan bagai momok. Keempatnya adalah bahasa Indonesia (BI), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), bahasa Inggris (ING), dan MTK. Umumnya, siswa KO di dua pelajaran terakhir.
Jika ditelisik lebih lanjut, mungkin kegagalan siswa dalam try out maupun UAN itu minimal disebabkan 4 faktor berikut.
Pertama, siswa kurang istiqamah belajarnya. Mereka belajar secara SKS (sistem kebut semalam), artinya baru belajar hingga semalam suntuk untuk persiapan menghadapi UAN esoknya. Mana mungkin maksimal hasilnya? Seharusnya, siswa bersiap diri jauh sebelumnya. Tujuannya, me-recall (mengingat-ingat) dan me-recite (mengulang-ulang) inti sari pelajaran kelas 1 dan 2. Inilah yang paling sulit sebab materinya sudah tertimbun lama di otak. Maka, tidak bisa dilakukan secara instan.
Kedua, siswa kurang memiliki siasat jitu dalam mengerjakan soal. Umumnya, mereka menjawab soal secara urut dari nomor satu hingga terakhir. Itu bagai tikus masuk perangkap. Karena, belum tentu soal nomor 1 lebih mudah daripada nomor 2 dan seterusnya. Bisa saja soal nomor 30 lebih mudah. Akibat terjebak, otak siswa sudah terforsir di soal awal. Daya pikir pun kendur ketika mengerjakan soal berikutnya. Mestinya, siswa sadar bahwa mengerjakan soal dengan durasi per soal 2 menit untuk BI dan ING serta 4 menit untuk MTK itu memang harus cepat, tepat, dan taktis. Maka, perlu taktik jitu, yaitu kerjakan dulu soal yang mudah yang paling butuh waktu 1 menit. Kelebihan waktu inilah yang bisa digunakan mengerjakan soal yang sulit yang memang perlu waktu lebih lama.
Selain itu, siswa alergi menghadapi BI dan ING yang berteks panjang. Mereka tak terbiasa membaca. Maka, begitu melihat tulisan yang panjang, langsung mati kutu. Padahal, kedua pelajaran itu menuntut keahlian membaca cepat dan efektif. Dari 60 soal, 40%-nya berupa teks panjang. Otomatis perlu waktu lama untuk membaca, mencerna isi, dan menjawabnya dengan benar. Sementara, waktunya mepet sekali.
Untuk itu, sebaiknya siswa membiasakan membaca koran setiap hari agar terlatih membaca teks yang panjang. Makin banyak membaca, pasti alergi akan sirna sendiri. Disamping itu, perlu menyiasatinya dengan jitu. Caranya, langsung baca pertanyaannya, baru membaca teks untuk mencari jawabannya. Jika di paragraf pertama sudah ditemukan, maka tidak perlu lagi dibaca semua. Dengan demikian, waktu bisa dihemat.
Ketiga, siswa kurang sabar dalam menuntut ilmu. Mereka tak tahan menghadapi beratnya cobaan "ngangsu kaweruh". Harus berangkat sekolah pagi-pagi, bahkan belum sempat sarapan. Pulang pun harus rela disengat sinar mentari yang tak kenal kompromi. Belum lagi PR yang menumpuk yang harus dikerjakan pada malamnya. Semua datang bertubi-tubi. Sayangnya, mereka hanya berkeluh kesah, bukan berusaha. Mereka maunya yang enak-enak. Pulang pagi. Libur nasional. Nyontek waktu ulangan. Santai dan santai. Mental negatif ini sangat merugikan siswa sendiri. Itu paling terasa menjelang UAN karena saat itu dituntut serius terus-menerus. Ketahanan fisik dan psikis mesti prima. Kesabaran betul-betul ditempa.
Keempat, siswa kurang berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT. Mereka berusaha secara lahiriah saja, tanpa batiniah. Sibuk les ke sana kemari tiap hari, tapi Allah tak dipeduli. Lupa memasrahkan hasil jerih payahnya kepada Sang Khaliq dan malah menggantungkan kongkalikong orangtua dengan oknum sekolah. Bukannya menyerahkan hasil daya upayanya kepada Yang Maha Berkehendak, tapi malah menyerahkan suap kepada pejabat bermoral bejat. Na’uudzubillaah!
Akhirnya, kita sangat berharap mereka yang terlibat dan UAN, khususnya siswa, mau membenahi 4 kekurangan tadi. Bertekad bulatlah memperjuangkan UAN dengan kekuatan Iman. Semoga Allah SWT berkenan menurunkan rahmat-Nya berupa ”lulus UAN”. Amin.
Pengirim : Syaiful Asyhad
Posting Komentar