Disebutkan dalam sebuah riwayat ketika wafatnya Khalifah pertama sayyidina Abi Bakr As Shiddiq Ra, maka tercium bau hati yang terbakar dari mulutnya, dan ada dua pendapat tentang hal ini, sebagian pendapat mengatakan bahwa itu disebabkan racun yang ia makan saat ia makan mendahului Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, karena setiap makanan beliau dulu yang memakannya agar tau apakah makanan itu beracun atau tidak, jika beracun maka ia yang akan wafat terlebih dahulu jangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Suatu hari beliau memasukkan makanan yang terdapat racun kedalam mulutnya dan ketika itu Rasulullah berkata: "makanan ini berkata bahwa ia telah dimasukkan racun, jangan dimakan!".
Namun, Abu Bakr As Shiddiq sudah memasukkan kedalam mulutnya agar Rasulullah tidak memakannya lebih dulu jika makanan itu ada racunnya, maka racun itulah yang menyebabkan jantung beliau terbakar. Namun pendapat lain mengatakan bahwa terbakarnya jantung beliau itu karena menahan kerinduan untuk berjumpa dengan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Hal ini terbukti, putrinya sayyidah Aisyah ummul mu'minin Ra berkata bahwa setiap malam selesai sayyidina Abu Bakr shalat tahajjud terdengar seperti suara air mendidih dari tenggorokan beliau karena menahan tangisan rindu untuk berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Yang pertama kali menyusul wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah putrid beliau sayyidah Fathimah Az Zahra' Ra, ketika akan wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggilnya dan berkata: "wahai Fathimah, aku mohon izin kepadamu untuk mangkat", maka menangislah sayyidah Fatimah. "Dan engkaulah orang yang pertama kali akan menyusulku, wahai Fathimah", kata Rasulullah. Maka setelah itu sayyidah Fathimah tersenyum, dan enam bulan kemudian setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sayyidah Fathimah wafat menyusul ayah tercintanya.
Demikian pula wafatnya sayyidina Umar bin Khattab Ra, ketika ia sudah ditusuk dari beberapa arah, ia terengah-engah meminta susu kemudian ia dibawa ke rumahnya dan diberi minum susu, dan susu itu keluar dari perut bekas lukanya, ia tau bahwa sakaratul maut sudah dekat maka ia memanggil putranya sayyidina Abdullah bin Umar dan berkata: "wahai Abdullah, pergilah engkau kepada sayyidah Aisyah ummul mu'minin, dan katakan padanya jika diizinkan aku ingin dikuburkan disebelah makam Rasulullah".
Inilah wasiat terakhir Umar bin Khattab. Maka sayyidina Abdullah menemui sayyidah Aisyah dan diizinkan oleh sayyidah Aisyah karena Rasulullah memang dimakamkan di rumah sayyidah Aisyah RA. Sayyidina Abdullah datang kepada sayyidna Umar dan menemui beliau teresengal-sengal menahan sakaratul maut dan berkata: "wahai putraku Abdullah apa yang sayyidah Aisyah katakan?", maka sayyidina Abdullah bin Umar berkata: "sudah diizinkan wahai Ayah", kemudian sayyidina Umar bersandar dan berkata: "Demi Allah, tidak ada yang lebih aku harapkan daripada dikuburkan di sebelah makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam", demikian yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari. Dan di masa hidupnya beliau selalu berdoa:
اَللّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةَ في بَلَدِ رَسُوْلِك
“ Wahai Allah berilah kepadaku mati syahid di kota utusan-Mu “
Demikian pula wafatnya sayyidina Utsman bin Affan Ra, di hari terakhir dalam hidupnya ia bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang berkata: "Wahai Utsman, apakah engkau mau berbuka bersama kami, jika ia maka kamu berpuasalah esok hari", maka keesokan harinya sayyidina Utsman berpuasa, dan di saat mendekati maghrib datanglah orang ke rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya kemudian menghunuskan pedang ke kepala beliau, dan wafatlah sayyidina Utsman di waktu maghrib memenuhi panggilan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk berbuka bersama puasa bersama beliau.
Demikian pula wafatnya sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw Ra, dalam beberapa hari sayyidina Ali terus berkata: "mana orang yang telah dikatakan oleh Rasulullah bahwa dia akan datang dan memukul kepalaku dengan pedang di saat aku shalat sehingga darahku mengalir?!", karena Rasulullah telah mengabarkan hal itu kepada sayyidina Ali : "Wahai Ali, hari perjumpaanmu denganku adalah ketika seseorang datang kepadamu diwaktu engkau shalat dan memukul kepalamu dengan pedang sampai darah mengalir dan menetes ke jenggotmu, maka di saat itulah engkau akan bertemu denganku", maka sayyidina Ali menanti-nanti orang itu yang akan memukul kepalanya dengan pedang karena ingin segera bertemu dengan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian keadaan mereka para pecinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Juga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra ketika akan wafat ia berwasiat agar di kafannya dimasukkan beberapa helai rambut dan sapu tangan bekas mengelap keringat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, untuk apa? karena tidak mau berpisah dengan Rasulullah, meskipun itu hanyalah rambut tapi itu adalah bagian dari tubuh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, demikian cinta sayyidina Anas bin Malik dan para sahabat lainnya Radiyallahu 'anhum kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan cinta itu terus terwariskan dari zaman ke zaman.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallam diundang makan oleh seorang wanita, budak afrika yang bernama Barirah Ra. Barirah sangat ingin mengundang Rasulullah tetapi tidak pernah berani mengundangnya, karena tidak mempunyai hidangan yang semestinya untuk menyambut Rasulullah, dia termasuk fuqara' yang tidak memiliki apa-apa. Maka suatu hari ia mendapatkan shadaqah berupa syurbah lahmiyyah (bubur daging) yang mana merupakan makanan golongan menengah ke atas di masa itu, dan orang seperti Barirah dalam hidupnya belum pernah mencicipi makanan itu, maka ia disedekahi makanan itu dan sebelum ia mencicipinya ia teringat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan ingin mengundang Rasulullah karena ia mempunyai makanan itu, ia pun mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah jika diundang oleh fuqara' beliau cepat datang, demikian indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasul datang ke rumah Barirah Ra, dan Barirah pun langsung menghidangkan syurbah lahmiyyah itu, dan ketika Rasulullah akan menyentuhnya, seorang sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, ini adalah makanan shadaqah yang diberikan kepada Barirah, sedangkan engkau diharamkan memakan shadaqah wahai Rasulullah".
Maka menunduk malu lah Barirah dan meneteskan air mata, hancur perasaannya karena dia tidak ingat bahwa Rasulullah tidak boleh memakan makanan shadaqah, maka ia menangis malu karena telah menghidangkan makanan yang diharamakan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun Rasulullah adalah orang yang paling cerdik, paling baik dan paling santun, maka beliau berkata: "makanan ini adalah shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, dan Barirah tidak menshadaqahkannya kepadaku tetapi memberikannya kepadaku sebagai hadiah, maka aku boleh memakannya". Rasul pun mengambilnya kemudian memakannya, maka tersenyum cerahlah wajah Barirah Ra. Demikian indahnya akhlak sayyidina Muhammad shallahu 'alaihi wasallam.
Ketika turun terguran dari Allah subhanahu wata'ala untuk orang-orang yang mampu tetapi tidak mempedulikan keluarga dan kerabatnya. Para sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: " Wahai Rasulullah, Abu Thalhah Al Anshari itu adalah orang yang paling kaya di kalangan kaum Anshar, tetapi banyak para kerabatnya yang tidak ia perhatikan", di saat itu Rasulullah hanya diam menunggu waktu yang tepat, sampai turunlah ayat
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ ( آل عمران : 92 )
" Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan dari apa apa dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya " ( QS. Ali Imran : 92 ).
Maka ketika ayat ini turun, datanglah Abu Thalhah kepada Rasulullah dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku mempunyai kebun Bairuha dan aku infakkan untuk Allah subhanahu wata'ala, karena ini adalah harta yang paling aku cintai". Bairuha adalah suatu perkebunan besar yang indah untuk tempat tamasya dekat dengan masjid nabawy, Rasulullah sering beristirahat dan berteduh disitu didalamanya terdapat pohon-pohon rindang, danau dan air, suasananya sejuk. Maka Rasulullah berkata: "Sungguh bairuha ini adalah harta yang sangat mahal wahai Abu Thalhah", maka Abu Thalhah menjawab: "betul wahai Rasulullah, karena telah turun ayat" :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ ( آل عمران : 92 )
Rasulullah tau bahwa Abu Thalhah ini adalah orang yang banyak lupa terhadap para kerabatnya yang tidak mampu padahal dia kaya, maka Rasulullah berkata: "Aku terima kebun ini wahai Abu Thalhah untuk Allah subhanahu wata'ala, dan kusedekahkan karena Allah subhanahu wata'ala, bisakah engkau membantuku untuk membagi-bagikannya kepada orang-orang yang tidak mampu wahai Abu Thalhah?", Abu Thalhah berkata: "baik Rasulullah, aku akan membagikannya kepada orang-orang yang engkau tunjuk", Rasulullah berkata: "para keluarga dan kerabatmu", menangislah Abu Thalhah dan berkata: "wahai Rasulullah, engkau lebih memperhatikan terhadap saudara-saudaraku dibandingkan aku padahal mereka adalah para kerabat dan keluargaku sendiri", demikianlah indahnya budi pekerti nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar