Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Puasa Dan Belenggu Setan

Puasa Dan Belenggu Setan


Umat Islam di seluruh dunia tengah menikmati indahnya bulan suci Ramadan. Dimana tiap tahun, Ramadan hadir, senantiasa disemarakkan dengan beragam seremonial keagamaan, mulai dari tarawih, tadarus Alqur’an, kuliah subuh, buka bersama, santuanan fakir miskin dan yatim piatu serta pegajian-pengajian selalu ramai digelar menghiasi hari-hari Ramadan.

Masjid dan surau selalu penuh tanpa ada shaf yang lekang. Bahkan tidak jarang para jama’ahnya berjubel dan berdesak-desakan. Semuanya seakan hanyut dalam kebesaran dan kemuliaan bulan ini. Hati mereka menyatu dalam kelezatan beribadah bulan Ramadan dengan tujuan merengkuh ridho-Nya.

Akan tetapi, pada sisi yang lain kita juga masih melihat beragam bentuk kemaksiatan yang dipertontonkan di masyarakat pada bulan suci ini. Minum-minuman keras, perjudian, pelacuran, pencurian, dan sebagainya. Mereka seolah tidak menghiraukan keuscian bulan Ramadan. Baginya, tidak ada bedanya dengan bulan-bulan yang lain. Kejahatan dan kemungkaran menjadi rutinitas yang tidak pernah bisa ditinggalkan dan telah menjadi bagian hidupnya. Melihat fenomena di atas nampaknya ada hal yang sangat paradoks.

Melirik pada kesucian dan kemuliaan Ramadan, mestinya, bulan ini tidak ternodai oleh hal-hal yang bernuansa kemungkaran, tapi kenyataan di lapangan sangat bertolak belakang padahal kita sering mendengar sebuah hadis Nabi yang berbunyi “Apabila Ramadan datang, niscaya pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu” (HR Bukhari Muslim). Lalu bagaimana konteks hadis itu dengan realita sekarang?

Memang secara sekilas hadis tersebut mengesankan bahwa seakan-akan pada bulan Ramadan tidak ditemukan kemaksiatan sama sekali, alasannya pintu surga telah dibuka, pintu neraka tertutup, sementara setan-setan telah dibelenggu. Akan tetapi, perlu pemahaman yang serius terhadap pemaknaan hadis ini.

Perbedaan pendapatpun tidak dapat terelakkan, sebagian ulama memahami hadis terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka ialah makna sesungguhnya. Artinya, pada bulan Ramadan pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat. Pendapat ini, diunggulkan oleh Al Qurtubi. Alasannya, tidak ada motivasi untuk mengarahkan kepada pemaknaan lain.

Meskipun tidak ada yang masuk dan keluar, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pitu neraka pada bulan Ramadan, mempunyai fungsi tersendiri. Fungsinya antara laian member informasi kepada para malaiakt bahwa bulan Ramadan telah menjelang, memberikan penghormatan akan kebesaran bulan Ramadan, dan memotivasi orang Islam untuk selalu giat beribadah.

Sebagian lain memaknai hadis ini tidak pada makna hakikatnya. Ada pesan tersendiri yang ingin disampaikan oleh Nabi melalui sabdanya itu. Makna yang dikehendaki dari terbukanya pintu surga adalah pada bulan Ramadan selalu dipenuhi dengan beragam ketaatan beribadah yang dapat mengantarkan kepada surga. Pada bulan suci ini rahmat Allah turun dengan derasnya, dicurahkannya pertolongan Allah, dihilangkannya penghalang amal, perbuatan untuk dapat menembus ke langit, dan amal perbuatan lekas diterima.

Sedangkan pesan dari ditutupnya pintu neraka, ialah dicurahkannya ampunan Allah, bersihanya jiwa-jiwa orang yang berpuasa dari dosa-dosa serta terhindar dari motif-motif yang dapat merangsang melakukan tindakan maksiyat dengan cara menahan hawa nafsunya lantaran puasa dapat menjadi benteng dari serangan hawa nafsu.

Tentang dibelenggunya setan, terdapat pemaknaan yang berbeda-beda. Sebagian pendapat mengatakan yang dimaksud setan di sini ialah setan yang mencuri pendengaran tentang berita langit. Ada yang mengartikan setan tidak mempunyai kemampuan untuk menggoda umat Islam karena bulan Ramadan umat Islam telah membentengi dirinya dengan puasa, dzikir, dan baca Alquran. Sehingga, belenggu yang disebutkan dalam hadis bukan dalam arti yang sesungguhnya. Ketidakmampuan setan untuk menggoda manusia itulah merupakan belenggu bagi dirinya. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dibelenggu hanyalah jin atau setan yang jahat, tidak dibelenggu secara keseluruhan.

Fungsi dibelenggunya setan adalah mencegah dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak umat Islam, melemahkan tipu daya setan untuk mengajak kepada kemaksiatan dan menyangkal alasan yang dibuat oleh manusia seandainya ada sebagian dari mereka yang beralasan tidak melakukan taat dan melakukan maksiyat karena pengaruh godaan setan.

Meskipun pada bulan Ramadan setan-setan telah dibelengu, namun kemaksiatan masih merajalela. Hal ini tidak bertentangan dengan hadis di atas. Alasannya, bahwa yang dapat membelenggu setan adalah puasanya, orang-orang yang memenuhi syarat-syarat dan etika puasa. Oleh karenya, bagi orang-orang yang tidak memperhatikan syarat-syarat dan etika puasa atau malahan tidak berpuasa sama sekali, maka baginya setan tidak terbelanggu. Ia masih dapat menggodanya dan menyeretnya dalam lembah kemasiatan dengan mudah. Bisa jadi kemaksiatan masih ada karena setan yang dibelenggunya hanya sebagian, bukan secara keseluruhan.

Meskipun, misalnya semuanya setan telah dibelenggu selama bulan suci ini, toh masih ada penyebab lain yang dapat mendorong manusia untuk berbuat maksiat. Hal itu antara lain hawa nafsu yang jelek, kebiasan-kebiasaan yang buruk, dan setan-setan yang berupa manusia. Jadi, bulan suci ini tidak mampu mengerem manusia dari tindakan-tindakan buruk dengan sendirinya tanpa disertai dengan benteng yang kokoh dari pengaruh hawa nafsu dan godaan-godaan luar lainnya. Mestinya, puasa bisa menjadi wahana untuk selalu mawas diri dari pengaruh hawa nafsu dan godaan-godaan yang lain, karena musuh terbesar kita selain setan adalah hawa nafsu kita sendiri. Ingat, jangan sampai bulan Ramadan ini terkotori dengan kemaksiatan-lemaksiatan yang dapat merusak diri kita, keluarga dan masyarakat secara umum.




Taufiq Aulia Rahman, Penulis adalah Musyrif (Ustadz pembimbing) Ma’had Qudsiyyah Kudus dan Guru MTs Qudsiyyah Kudus
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger