Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin (Tanggapan Untuk Film "The Innocence of Moeslems")

Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin (Tanggapan Untuk Film "The Innocence of Moeslems")

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta” (QS. Al Anbiya: 107).

Ayat di atas menunjukkan bahwa islam merupakan agama sempurna yang memberikan rahmat bagi alam semesta. Rahmat Allah bagi manusia tentu tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia yang telah mengutus rasulnya agar mereka mengambil petunjuk Allah.

Secara bahasa, Islam berasal dari kata aslama, yuslimu islaaman yang berarti Selamat Sentosa. Perubahan dari kata aslama menjadi kata Islam dalam tata bahasa Arab disebut masdar yaitu kata kerja yang dibendakan yang mempunyai arti Tunduk, Patuh dan Pasrah. Adapun orang yang memeluk agama Islam disebut Muslim yang berarti orang yang pasrah, patuh dan tunduk kepada  aturan-aturan Allah SWT.

Oleh karena itu, risalah Islam merupakan panduan dan cara hidup orang Muslim yang meliputi tiga aspek yaitu, aqidah, ibadah dan akhlak. Aqidah adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan umat tentang kepercayaan dimana Alquran mengajarkan akidah tauhid untuk menanamkan keyakinan kepercayaan terhadap Allah SWT.

Ibadah adalah bentuk ketaatan dan ketundukan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama Islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukun Islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.

Sementara akhlak adalah perilaku umat Muslim yang dengan mengacu kepada akhlak Rasulullah Muhammd SAW karena beliau diutus untuk memperbaiki akhlaq. Setiap muslim mengikuti apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Agama Islam adalah ajaran universal yang setiap ketentuannya sesuai dengan sifat fitrah manusiawi yang terdapat pada diri manusia. Inilah yang membuat Islam selalu relevan untuk diamalkan dalam setiap keadaan, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Indonesia sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama yang berbeda-beda, kerapkali terjadi konflik horizontal, baik antar suku, budaya, maupun agama. Mayoritas masih belum terbiasa hidup rukun dalam perbedaan. Klaim kebenaran dan perasaan superior dari suku, budaya, dan agama yang berbeda menjadi penyebab intoleransi hidup. Bahkan satu sama lain cenderung ingin saling mendominasi. 

Latar belakang yang berbeda, tak jarang menciptakan disharmoni dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Sikap anarkis yang dipertontonkan sebagian kelompok Islam menunjukkan dangkalnya pengetahuan tentang islam sebagai agama yang cinta damai. Pemahaman tentang islam yang universal akan memberikan dampak yang positif terhadap kebaragaman yang ada. Dan juga akan melahirkan sikap toleran atas perbedaan yang merupakan sunnatullah. 

Agama Islam mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan. Hal ini akan melahirkan sikap toleran (tasamuh) yang pada akhirnya akan menciptakan manusia-manusia yang beradab. Dalam konteks ini, menciptakan terwujudnya masyarakat yang berdadab adalah bagian dari jihad. Karena itu, penyempitan makna jihad hanya pada perjuangan fisik dan angkat senjata tidaklah tepat. Lebih dari itu, tingkatan jihad yang tertinggi bukanlah perjuangan fisik atau angkat senjata, melainkan jihad melawan hawa nafsu. Hal ini terungkap dalam sabda Nabi Muhammad Saw sepulang dari Perang Badar ketika ditanya oleh sahabatnya. 

“Perang apa yang paling berat setelah ini, ya Rosul?” Tanya sahabat pada Nabi SAW. Nabi SAW menjawab perang terberat adalah memerangi hawa nafsu.

Agama Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW diperuntukkan bagi seluruh umat manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, Islam dikenal sebagai agama yang bersifat universal

Islam adalah agama yang benar berasal dari Allah. Agama yang bersifat universal, tidak terbatas oleh waktu dan tempat tertentu. Lingkup keberlakuan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk seluruh umat manusia, di mana pun mereka berada. Berdasarkan pernyataan ini Islam dapat diterima oleh segenap manusia di muka bumi ini.

Djaelani dalam bukunya “Islam Rahmatan Lil Alamin,” menjelaskan bahwa para ulama memberikan pengertian terhadap keuniversalitasan (rahmatan lil alamin) Islam melalui perspektif definisi Islam yang meliputi; 

pertama, Islam berarti tunduk dan menyerah kepada Allah SWT serta mentaati-Nya yang lahir dari kesadaran dengan tidak dipaksa karena ketundukan yang seperti itu tanpa perhitungan pahala dan dosa.

Kedua, Islam adalah kumpulan peraturan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di dalamnya terkandung peraturan-peraturan tentang aqidah, ahlak, mu’amalat, dan segala berita yang disebut di dalam Alquran dan as-Sunnah adalah perintah agar disampaikan kepada manusia.

Salah satu dari kumpulan peraturan tersebut adalah acuan moral dalam penerapan fiqih mu’amalah ini, yang pada dasarnya kaidah-kaidah tersebut merupakan ciri dari sebuah ke-universalitas-an agama Islam. Hal ini sesuai dengan kaidah dan prinsip dasar Islam untuk mewujudkan cita-cita Islam yang universal, yaitu: Hifdzu Din (memelihara kebebasan beragama), Hifdzu ‘Aql (memelihara kebebasan nalar berpikir), Hifdzu Mal (memelihara/menjaga harta benda), Hifdzu Nafs (memelihara hak hidup), Hifdzu Nasl (memelihara hak untuk mengembangkan keturunan).

Kelima prinsip dasar inilah yang juga menjadikan Islam sebagai garda agama rahmatan lil alamin, yang ajaran serta konsep keagamaan tidaklah ekslusif (tertutup), melainkan bersifat inklusif (terbuka). Lima jaminan dasar inilah yang memberikan penampilan terhadap Islam sebagai agama yang universal, karena jaminan ini tidak hanya diberikan secara parsial terhadap umat manusia yang memeluk agama Islam, melainkan seluruh umat manusia baik secara personal maupun kelompok.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin juga dapat ditelusuri dari ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kemanusian dan keadilan. Dari sisi konsep pengajaran tentang keadilan, Islam adalah satu jalan hidup yang sempurna, meliputi semua dimensi kehidupan. Islam memberikan bimbingan untuk setiap langkah kehidupan perorangan maupun masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik, hukum dan kebudayaan, nasional dan internasional.

Jadi, kalau ada yang menghina Islam, siapaun, darimanapun, berlatar belakang apapun dengan pendidikan dan kepintaran apapun, maka sesungguhnya ia adalah orang yang jauh dari nikmat dan rahmat Tuhan. Wallahu'alam.


Abdul Azis
Adv 1
Share this article :

+ comments + 1 comments

14 April 2013 pukul 05.33

terima kasih tuk infonya

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger