Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Qanaah, Pilihan Hidup Mulia Bag. 1

Qanaah, Pilihan Hidup Mulia Bag. 1


Barangsiapa tidak pandai mensyukuri harta yang sedikit, ia tak akan mampu mensyukuri harta yang banyak. Barangsiapa tidak bisa memanfaatkan ilmu yang sedikit, ia akan lebih tidak mampu memanfaatkan ilmu yang banyak (Al Imam Al Habib Abdullah Al Haddad).

Seseorang yang pandai bersyukur dengan sedikitnya harta, di kemudian hari ia akan lebih “cerdas” bersyukur dengan limpahan harta yang banyak. Rezeqi yang diterima dengan senang hati dan lapang dada, bermuara pada kenikmatan yang tiada terkira. Meski rezeqi tersebut minim, namun karena diterima dengan suka-cita, bakal menjadi nikmat dan kebahagian.Sebaliknya, jika seseorang tiada mempunyai rasa syukur dan terima kasih atas karunia Allah kepada dirinya, sampai kapan pun dirinya tidak pernah merasa puas. Hawa nafsunya terasuki sifat tamak dan rakus. Walaupun gajinya sekian juta tiap bulannya, tapi sikap tamak pada dirinya itulah yang menjadikannya merasa bak orang melarat, miskin yang selalu mengemis.

Tentu berbeda halnya dengan seseorang yang Syâkir (bersyukur) dan Qanû` (orang yang menerima apa-adanya), berapapun kuantitas rizqi yang diperoleh, selalu ia sikapi dengan menghargai serta memanfaatkan dengan sebaik-baikya. Orang yang bersyukur, dengan beberapa lembar uang ribuan, ia memberi nafkah keluarganya mulai : sandang, papan, pangan. Dengan rezeqi yang cukup itu, ia ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan-Nya. Dengan begitu, ia telah menjadi orang “kaya” seketika itu pula.

Itu sebabnya, Nabi Muhammad saw bersabda :

لَيْسَ الغِنىَ بِكَثْرَةِ العَرَضِ إِنَّمَا الغِنىَ غِنىَ النَّفْسِ

“Kekayaan itu tidak terletak pada banyaknya harta, tapi ada pada kekayaan hati.”

Dalam haditsnya lainnya, Nabi saw juga berkata: “Tamak adalah penyakit yang menyebar.”

Pada prinsipnya, orang yang rakus, yang tidak memiliki rasa syukur, selalu berada dalam kemiskinan dan kekurangan. Kefakiran yang ia rasakan itu tidak perlu menunggu lenyapnya harta yang dimiliki. Cukup dengan ketamakan serta kerakusannya itulah yang akhirnya membawa dirinya dalam lembah kehinaan, kenistaan, dan kehilangan harga diri sebagai makhluk yang sempurna.

Renungkanlah ungkapan indah Nabi saw berikut ini :

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى الثَّالِثَ وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ   رواه احمد

“Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah (terisi) dari emas, pasti ia mengingkinkan lembah ketiga; tidak ada yang mengisi perut anak Adam kecuali tanah, serta Allah meneriman taubatnya orang yang mau kembali kepada-Nya.”

Demikian peringatan Nabi Muhammad guna membuat diri kita memiliki sikap Qanâ`ah. Sikap Qanâ`ah-lah yang membuat hati kita kaya akan rasa syukur. Dengan Qana`ah , maqam kita akan jauh melesat menuju maqam ridha, ridha dengan rezeki yang Allah bagikan kepadanya.

Dalam kaitan ini, perlu kita tahu bahwa segala sesuatu sudah ada ukuran dan porsinya, tak terkecuali dalam persoalan pembagian rezeqi. Setiap orang tak akan luput dari rezeqinya; tidak akan tertukar dengan lainnya. Karena itulah, qana`ah bisa menjadi tameng dari sikap rakus harta. Syarat utama seorang yang qanâ`ah rela dengan takdir Allah, rela dengan rezeki-Nya. Habib Abdullah Al Haddad bersyair :

إِنَّ القَناَعَةَ كَنْزٌ لَيْسَ بِالفاَنِيْ * فَاغْنَمْ هُدِيْتَ أُخَيَّ عَيْشَهَا الهَانِيْ

وَعِشْ قَنُوْعاً بِلاَ حِرْصٍ وَلاَ طَمَعٍ * تَعِشْ حَمِيْدًا رَفِيْعَ القَدْرِ وَالشَّأْنِ

Sikap Qana`ah adalah lumbung yang tak pernah ada habisnya
Hai saudaraku, manfaatkan hidup di dunia dengan sikap Qana`ah, niscaya kau terbimbing
Hiduplah sebagai seorang yang bersahaja tanpa rasa tamak dan rakus
Pasti engaku akan hidup dalam keadaam mulia
Di sisi lain, harta adalah kotoran. Anda membeli roti dan memakannya selang beberapa jam akan menjadi kotoran. Baju yang Anda kenakan saat ini mungkin tampak begitu indah, tapi siapa menyangka bahwa sepuluh tahun baju itu telah menjadi barang usang dan gombal. Tubuh yang Anda rawat dengan baik, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun ketika Anda mati menjadi bangkai yang dinikmati oleh cacing-cacing kuburan. Dunia adalah kotoran, seperti dikatakan bahwa “Barangsiapa tujuan hidupnya untuk dunia maka nilai orang tersebut sama dengan kotoran yang keluar dari perutnya.”

Dikisahkan, suatu kali imam Ali dan sahabat-sahabatnya berjalan dan melihat tumpukan sampah di salah satu sudut jalan. Di situ imam Ali berhenti dan berkata, “Inilah sampah bekas barang yang kemarin dibangga-banggakan oleh orang-orang.”

Masih dalam kaitan ini, pernah Rasulullah melihat bangkai kambing diseret oleh penduduk setempat untuk dibuang. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabatnya, “Bagaimana pendapatmu tentang kambing ini?”
“Iya, wahai Rasul, begitu hinanya kambing ini sampai dibuang begitu saja.”

“Allah lebih jijik dengan dunia ini yang kehinaannya melebihi kambing bangkai tersebut,” kata Rasul.

Orang yang melarat adalah orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Kala Anda menyantap tempe jangan berpikir makan sate tapi santaplah makanan sekelas tempe itu dengan memikirkan keadaan saudara-saudara Anda di kolong jembatan yang kadang kala tidak makan seharian penuh.



Forum Santri Salaf (Forsan Salaf)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger