Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Kisah Seorang Penggembala Kambing

Kisah Seorang Penggembala Kambing

Di suatu masa dahulu, terdapat seorang alim ulama yang tersohor karena ilmu dan amalannya. Beliau adalah seorang penghafal Al-Quran dan juga penghafal beribu – ribu hadits sahih semenjak kecil. Dan semenjak kecil, beliau telah dikirim oleh kedua orangtuanya untuk menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah selama berpuluh tahun lamanya. Ayahnya juga adalah seorang alim ulama yang pernah mengembangkan agama Islam sampai ke negara selatan Siam.

Ceritanya, ayahnya adalah orang pertama di zaman modern ini yang bukan dari warga Arab Saudi yang diberi penghargaan menjadi imam shalat fardhu di Masjidil Haram, Mekkah. Pada suatu masa, alim ulama tersebut telah jatuh sakit lalu tidak bisa menjadi imam shalat fardhu di suraunya.

Maka tiba – tiba datanglah seorang yang berpakaian buruk sesaat sebelum shalat fardhu dilaksanakan. Alim ulama tersebut telah meminta supaya orang yang berpakaian buruk tersebut untuk menggantikannya menjadi imam. Setelah shalat fardhu selesai, maka orang yang berpakaian buruk tersebut telah memohon untuk mengundurkan diri.

Kelihatan senyuman terukir pada wajah murid – murid alim ulama tersebut karena semasa sembahyang fardhu tadi, orang yang berpakaian buruk tersebut tidak membaca surah fatihah dan surah yang lain dengan tajwid yang betul.

Mereka tidak biasa dengan keadaan seperti itu karena guru mereka, yaitu alim ulama tersebut, adalah seorang yang fasih dalam berbahasa arab serta mempunyai bacaan tajwid yang sungguh baik sekali (maklumlah seorang al-hafiz dan sudah berpuluh tahun belajar di Mekkah).

Alim ulama tersebut bersalaman dan berpelukan dengan orang yang berpakaian buruk tersebut sebelum orang yang berpakaian buruk meninggalkan surau. Setelah itu, alim ulama memanggil seluruh muridnya berkumpul di hadapannya lalu beliau bercerita :

Pernah terjadi di suatu kampung di Timur Tengah dimana terdapat seorang pengembala kambing yang sangat alim, sangat suka merendahkan diri dan suka menolong penduduk kampung sekiranya dimintai pertolongan. Yang aneh, jumlah kambing di dalam kandang sederhana yang besar itu tidak pernah berkurang walau banyak orang datang untuk membeli kambing daripadanya. Belilah seratus ekor sekalipun, setelah kambing-kambing tersebut di bawa keluar dari kandang, yang tinggal di dalam kandang tetap kelihatan sama banyak bilangannya seperti sebelum seratus ekor dibawa keluar dari kandang.

Maka seluruh alim ulama dan penduduk kampung telah beranggapan bahwa pengembala kambing tersebut adalah seorang Wali Allah dan mereka telah bermufakat untuk pergi berjumpa dengan pengembala kambing tersebut dan memohon supaya dia menjadi imam shalat di masjid karena mereka ingin mengambil berkat menjadi makmum kepada pengembala kambing tersebut.

Hasrat mereka telah disetujui oleh pengembala kambing. Sembahyang pun di laksanakan di masjid, dan pengembala kambing telah menjadi imam. Malangnya, semasa membaca surah Al-Fatihah dan surah berikutnya, bacaan beliau tidak sempurna tajwidnya. Maka setelah selesai sembahyang, seluruh penduduk kampung telah pulang ke rumah masing – masing sambil tertawa terbahak – bahak karena mereka berfikiran bahwa tanggapan mereka terhadap pengembala kambing sebelum ini sebagai Wali Allah telah jauh meleset.

Pada malam tersebut, seluruh alim ulama penduduk kampung telah bermimpi, dan mereka mendapat mimpi yang sama. Datang seorang lelaki yang tinggi dan tampan di dalam mimpi mereka dan lelaki tersebut telah mengatakan bahawa seumur hidup mereka bersembahyang, itulah baru kali pertamanya sembahyang mereka telah diterima Allah. Subhaanallaah.

Keesokan harinya, semua alim ulama dan penduduk kampung berkumpul di masjid untuk menunaikan sembahyang subuh dan setelah selesai sembahyang subuh mereka terus menuju ke kandang pengembala kambing. Malangnya, pengembala kambing telah tiada, kandang dan kambingnyapun telah tiada. Bekas kandangpun tiada, seolah – olah kandang kambing tidak pernah wujud!

Setelah selesai menceritakan kisah pengembala kambing, maka kebanyakan anak muridnya telah menangis karena mereka tahu mereka telah membuat kesalahan karena telah mendahului Allah dengan merendahkan amalan makhluk Allah yang lain, sedangkan mereka sendiri tidak tahu akan kedudukan mereka di sisi Allah.



Ahmad Arbii
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger