Di suatu masa dahulu, terdapat seorang alim ulama yang tersohor karena ilmu
dan amalannya. Beliau adalah seorang penghafal Al-Quran dan juga penghafal
beribu – ribu hadits sahih semenjak kecil. Dan semenjak kecil, beliau telah
dikirim oleh kedua orangtuanya untuk menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah selama
berpuluh tahun lamanya. Ayahnya juga adalah seorang alim ulama yang pernah
mengembangkan agama Islam sampai ke negara selatan Siam.
Ceritanya, ayahnya adalah orang pertama di zaman modern ini yang bukan dari
warga Arab Saudi yang diberi penghargaan menjadi imam shalat fardhu di Masjidil
Haram, Mekkah. Pada suatu masa, alim ulama tersebut telah jatuh sakit lalu
tidak bisa menjadi imam shalat fardhu di suraunya.
Maka tiba – tiba datanglah seorang yang berpakaian buruk sesaat sebelum
shalat fardhu dilaksanakan. Alim ulama tersebut telah meminta supaya orang yang
berpakaian buruk tersebut untuk menggantikannya menjadi imam. Setelah shalat
fardhu selesai, maka orang yang berpakaian buruk tersebut telah memohon untuk
mengundurkan diri.
Kelihatan senyuman terukir pada wajah murid – murid alim ulama tersebut
karena semasa sembahyang fardhu tadi, orang yang berpakaian buruk tersebut
tidak membaca surah fatihah dan surah yang lain dengan tajwid yang betul.
Mereka tidak biasa dengan keadaan seperti itu karena guru mereka, yaitu alim
ulama tersebut, adalah seorang yang fasih dalam berbahasa arab serta mempunyai
bacaan tajwid yang sungguh baik sekali (maklumlah seorang al-hafiz dan sudah berpuluh
tahun belajar di Mekkah).
Alim ulama tersebut bersalaman dan berpelukan dengan orang yang berpakaian
buruk tersebut sebelum orang yang berpakaian buruk meninggalkan surau. Setelah
itu, alim ulama memanggil seluruh muridnya berkumpul di hadapannya lalu beliau
bercerita :
Pernah terjadi di suatu kampung di Timur Tengah dimana terdapat seorang
pengembala kambing yang sangat alim, sangat suka merendahkan diri dan suka
menolong penduduk kampung sekiranya dimintai pertolongan. Yang aneh, jumlah
kambing di dalam kandang sederhana yang besar itu tidak pernah berkurang walau
banyak orang datang untuk membeli kambing daripadanya. Belilah seratus ekor
sekalipun, setelah kambing-kambing tersebut di bawa keluar dari kandang, yang
tinggal di dalam kandang tetap kelihatan sama banyak bilangannya seperti
sebelum seratus ekor dibawa keluar dari kandang.
Maka seluruh alim ulama dan penduduk kampung telah beranggapan bahwa
pengembala kambing tersebut adalah seorang Wali Allah dan mereka telah
bermufakat untuk pergi berjumpa dengan pengembala kambing tersebut dan memohon
supaya dia menjadi imam shalat di masjid karena mereka ingin mengambil berkat
menjadi makmum kepada pengembala kambing tersebut.
Hasrat mereka telah disetujui oleh pengembala kambing. Sembahyang pun di laksanakan
di masjid, dan pengembala kambing telah menjadi imam. Malangnya, semasa membaca
surah Al-Fatihah dan surah berikutnya, bacaan beliau tidak sempurna tajwidnya.
Maka setelah selesai sembahyang, seluruh penduduk kampung telah pulang ke rumah
masing – masing sambil tertawa terbahak – bahak karena mereka berfikiran bahwa
tanggapan mereka terhadap pengembala kambing sebelum ini sebagai Wali Allah
telah jauh meleset.
Pada malam tersebut, seluruh alim ulama penduduk kampung telah bermimpi, dan
mereka mendapat mimpi yang sama. Datang seorang lelaki yang tinggi dan tampan
di dalam mimpi mereka dan lelaki tersebut telah mengatakan bahawa seumur hidup
mereka bersembahyang, itulah baru kali pertamanya sembahyang mereka telah
diterima Allah. Subhaanallaah.
Keesokan harinya, semua alim ulama dan penduduk kampung berkumpul di masjid
untuk menunaikan sembahyang subuh dan setelah selesai sembahyang subuh mereka
terus menuju ke kandang pengembala kambing. Malangnya, pengembala kambing telah
tiada, kandang dan kambingnyapun telah tiada. Bekas kandangpun tiada, seolah –
olah kandang kambing tidak pernah wujud!
Setelah selesai menceritakan kisah pengembala kambing, maka kebanyakan anak
muridnya telah menangis karena mereka tahu mereka telah membuat kesalahan
karena telah mendahului Allah dengan merendahkan amalan makhluk Allah yang
lain, sedangkan mereka sendiri tidak tahu akan kedudukan mereka di sisi Allah.
Ahmad Arbii
Posting Komentar