قطع السائرين له والواصلين إليه عن رؤية أعمالهم وشهود أحوالهم أما السائرون
فلأنهم لم يتحققوا الصدق مع الله فيها . وأما الواصلون فلأنه غيبهم بشهوده عنها
"Allah
menghindarkan orang-orang yang menuju-Nya dan juga orang-orang yang sampai
kepada-Nya dari melihat amal mereka dan menyaksikan keadaan mereka. Yang
demikian, bagi orang-orang yang tengah menuju kepada-Nya adalah karena mereka
belum benar-benar yakin dalam amal mereka (apakah amalnya baik atau buruk). Dan
bagi orang-orang yang telah sampai kepada-Nya adalah karena mereka sibuk
menyaksikan-Nya".
Dalam
hikmah ini Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa As-Sairin (orang-orang yang baru
menuju Allah) tidak pernah melihat amal mereka. Hal ini karena mereka belum
benar-benar yakin dalam amal mereka. Begitu juga Al-Washilin (orang yang telah
sampai kepada Allah). Mereka tidak pernah melihat amalnya karena yang dia tuju
hanyalah Allah swt. Lalu apakah wushul itu ada finishnya, padahal dalam
Al-Qur'an surat Al-Hijr telah dijelaskan :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ
الْيَقِينُ (99)
99. Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal).
Al-Washilin
bukanlah orang yang berhenti dan tidak beribadah lagi, tapi dia adalah orang
yang telah lama beribadah dan membersihkan nafsunya. Dia telah menempuh jarak
yang sangat jauh sehingga kegelapan nafsu menjadi hilang dan hanya cahaya hati
lah yang nampak. Dia selalu berusaha beribadah karena terkadang kegelapan
tersebut datang kembali dan cahaya yang telah muncul terkadang hilang lagi.
Mereka inilah yang mendapatkan hidayah oleh Allah untuk menuju jalan yang
benar. Dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut : 69 telah disebutkan :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)
69.
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan
kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Memang
dalam hidup ini ada sebab dan ada musabbab. Kita bisa kenyang karena telah
makan, dan kita bisa memotong karena ada pisau. Namun Al-Washilun tidak
memandang sebab-sebab tersebut karena semua itu adalah dari Allah swt. Dulu dia
dikuasai oleh nafsu tapi sekarang sudah terbebas. Inilah yang disebut dengan
Al-Wasilun. Dia bukannya berhenti dalam beribadah tapi justru selalu beribadah
sampai mati. Bukan berarti kalau sudah sampai pada makam yang tinggi dia tidak
lagi beribadah dan berani menerjang keharaman.
Adapun
As-Sairin adalah orang yang berjalan menuju Allah melalui tazkiyyatun nafsi
(membersihkan nafsu) dengan mujahadah-mujahadah. Orang yang baru dalam
perjalanan terkadang jalannya terang dan terkadang gelap. Al-Wasilun dan
As-Sairun tidak memandang amalnya karena mereka tidak meyakini apakah amal yang
dikerjakan itu baik dan sesuai dengan kehendak Allah.
Kalau
ada orang yang menganggap bahwa dia selalu melakukan amal baik dan semua
perintah Allah telah dilakukan maka itu merupakan penyakit ujub yang harus
dihindari. Orang yang semakin dekat dengan Allah maka dia akan merasa bahwa dia
tidak mampu untuk memenuhi hak-hak Allah. Amal yang telah dilakukan selalu
terasa sedikit dan kurang. Dan dia juga merasa bahwa dia bukanlah orang yang
dekat kepada Allah swt.
Imam
Junaid Al-Baghdady pernah berkata :
لا
يصفو لاحد قدم في العبودية حتي تكون الافعال كلها عنده رياء واحواله كلها عنده
دعاوى
Imam
Junaid selalu mujahadah dan wushul kepada Allah sehingga dia merasa bahwa semua
amalnya adalah riya' dan keramat-keramatnya adalah da'awy (pendakwaan yang
tidak ada artinya). Orang yang berhasil menuju derajat hakiki adalah orang yang
bisa seperti Imam Junaid ini.
Al-Washilun
dan As-Sairun semakin dekat kepada Allah maka dia merasa bahwa dia belum wushul
kepada Allah karena bisa saja semua derajatnya adalah cobaan dari Allah swt.
Jadi dia merasa takut karena semua keistimewaan adalah dari Allah. Oleh karena
itu tidak ada yang diingatnya kecuali hanya Allah swt semata.
Jika
mereka tidak melihat amal mereka lalu bagaimana mereka beribadah? Apakah ibadah
mereka tidak sesuai dengan syari'ah?
Semua
wali Allah pasti beramal secara sah dan sesuai dengan syari'at namun amal
tersebut tidak dipandang oleh mereka karena semua adalah anugrah dari Allah
swt. Oleh karena Imam Ahmad Ar Rifa'I pernah berkata :
الاولياء
يستترون كاستتار المرءة من دم الحيض
"wali-wali
Allah tidaklah menampakkan karamahnya sebagimana perempuan yang menutupi darah
haidnya".
Kajian Kitab Hikam oleh KH.
Muhammad Wafi, Lc, M.Si
Posting Komentar