Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Tanya Jawab Bab Lainnya

Tanya Jawab Bab Lainnya


Lain-lain
    Kumpulan tanya jawab lain-lain (Facebook PISS-KTB dan lain-lain)
Tanya: Bagaimana hukum memainkan game online yang berdampak pada kecanduan hingga mengakibatkan kebutaan? Bagaimana juga hukum membuat game yang seperti itu?
Jawab: Haram, dan bagi developer game nya juga haram karena memfasilitasi keharaman (Hasyiyah al Jamil, Fathul Mu'in, Ianah Thalibin, Bughyatul Musytarsyidin)

Tanya: Bagaimanakah cara mensucikan minyak goreng yang terkena najis agar bisa digunakan menggoreng?
Jawab: Menurut qoul ashoh tidak bisa disucikan, tetapi ada ulama (qil) yang mengatakan bisa disucikan. Caranya, tuangkan air dalam kadar yang banyak pada minyak tersebut. Setelah itu, aduk sampai merata kemudian biarkan sejanak agar minyak naik kepermukaan. Langkah terakhir, lubangi bagian bawah wadah minyak agar air mengalir. (Mughni al Muhtaj, Nihayatul Muhtaj)

Tanya: Bagaimana hukum mengikuti kupon undian?
Jawab: Boleh karena tidak ada unsur yang dirugikan, yang tidak boleh itu jika pesertanya dipungut biaya/ kupon tersebut dibeli (al Bajury)

Tanya: Bagaimana hukumnya menuliskan lafadz al Qur'an di Kaos?
Jawab: Dan dimakruhkan menulis Al-Qur'an pada dinding meskipun diding masjid, pada pakaian, pada makanan dan sebagainya. Hukum merobohkan dinding, memakai baju dan memakan makanan yang terdapat tulisan Al-Qur'an adalah boleh. Tidak jadi masalah bila makanan tsb bercampur dgn sesuatu yg ada dalam perut. Adapun menelan kertas yang didalamnya tertulis Asma Allah adalah Haram (Bujairomi alal Khotib). Menulis lafadz Al-Qur'an pada baju hukumnya makruh, namun Boleh dipakai dan dibawa tidur walaupun dalam keadaan junub (al Baijury), Dan juga boleh menyentuh dan memegangnya dalam keadaan hadats (Raudlatutthalibin)

Tanya: Bagaimana hukum mengawetkan hewan, semisal harimau, penyu dll seperti di museum, hukum membeli / menjualnya, serta hukum memajangnya di dalam rumah?
Jawab: Pengawetan hewan boleh tidak ada larangan untuk itu terutama kalau barangnya suci, semisal kulit buaya yang disamak dan sebagainya, hanya saja kalau barangnya kebetulan benda najis maka makruh.
1.Hukum mengawetkan hewan, semisal harimau, penyu, dan lain-lain seperti di museum-museum adalah Boleh, karena ada tujuan atau diambil manfaatnya, sebagaimana boleh kotoran hewan dijadikan pupuk, tapi makruh. Kalau tidak ada tujuan apa-apa sebaiknya dikubur saja atau dibuang.
2.Membeli / menjualnya (jual belinya) tidak sah, karena barangnya / 'ainnya berupa najis. Jadi pakai akad lain yang sah.
3.Memajangnya di rumah atau museum boleh, hanya saja kalau barangnya berupa barang najis maka makruh (Al Majmu', Bujairomi alal Khotib)


Tanya: Bagaimana hukumnya menggunakan pengeras suara (misal: speaker TOA) di masjid/ musholla?
Jawab:  Di dalam Kitab Risalatu Taudlihil halaman 16 dijelaskan
وَالْحَاصِ
لُ مِنْ جَمِيْعِ مَا ذَكَرْنَاهُ وَنَقَلْنَاهُ فِيْ هذَهَ الْوَرِيْقَاتِأَنَّ اسْتِعْمَالَ مُكَبِّرَاتِ الصَّوْتِ فِي الآذَانِ وَغَيْرِهِ مِمَّا يُطْلَبُ فِيْهِ الْجَهْرُ أَمْرٌ مَحْمُوْدٌ شَرْعًا وَهذَا هُوَ الْحَقُّ وَالصَّوَابُ .
Hasil dari semua hal yang telah kami sebutkan dan kami kutipkan dalam lembaran-lembaran ini adalah bahwa mempergunakan pengeras suara dalam adzan dan lainnya dari hal-hal yang dituntut untuk dikeraskan adalah perkara yang dipuji dalam syara'. Dan ini adalah yang hak dan yang benar.

Tanya: Jika sandal kita tertukar saat selesai sholat, boleh kah kita memakai sandal yang hampir sama dengan milik kita itu? 
Jawab: فرع من ضل نعله فى مسجد ووجد غيره لم يجز له لبسه و ان كان لمن اخذ نعله، وله فى هذه الحالة بيعه و اخذ قدر قيمة نعله من ثمنه ان علم انه لمن اخذ نعله، و الا فهو اقطة البجيرمى على الخطيب ٣/١٤١
Barang siapa yang tertukar sandalnya di masjid dan ia menemukan sandal lain, maka ia tidak boleh memakainya walaupun sandal itu milik orang yang mengambilnya. Jika ia tahu dan yakin sandal tersebut adalah sandal dari orang yang mengambil sandalnya, maka ia boleh mengambil dan menjualnya dan jika tidak mengetahuinya maka sandal tersebut dihukumi barang temuan.
 فا ئدة من اللقطة ان يبدل نعله بغيرها فياخذها فلا يحل له استعملها الا بعد تعرضها بشرطه او تحقق اعراص المالك عنها فان علم ان صاحبها تعمد اخذ نعله جاز له بيعها ظفرا بشرطه بغية المسترشدين ٢٢١
Termasuk barang temuan adalah tertukar sandalnya dengan sandal orang lain, maka mengambil dan memakainya tidak dihalalkan kecuali setelah diumumkan sesuai dengan persyaratan atau sudah yakin bahwa si pemiliknya memang telah meninggalkannya. Jika diketahui pemiliknya memang sengaja meninggalkan sandalnya, maka ia boleh menjual sandal tersebut sesuai dengan persyaratan.

Tanya: Saya ingin bertanya mengenai nazar ibadah sunnah, misalnya puasa Senin Kamis, apakah harus dijalankan seterus­nya. Bagaimana bila kemudian orang yang bernazar itu merasa berat untuk me­lakukannya? 
Jawab: Sebelum membahas pertanyaan itu, marilah kita pahami dulu apa sebenarnya nazar itu. Menurut istilah, nazar adalah janji tentang kebaikan yang asalnya tidak wajib menurut syara‘ lalu menjadi wajib sesudah dinazarkan. Jadi, nazar itu untuk hal-hal yang sunnah. Ia tidak ber-ta‘alluq (berkaitan) dengan yang wajib, dan tidak pula dengan yang haram atau makruh. Yang mubah pun tidak menjadi nazar. 
Jika seseorang bernazar minum air putih selama setahun lamanya bila hajatnya terpenuhi, misalnya, ia tidak wajib meme­nuhinya, karena minum air putih setahun atau berapa lama saja hanyalah mubah hukumnya. Melaksanakan nazar yang sah itu hu­kumnya wajib. 
Di dalam Al-Qur’an dise­butkan yang artinya, “Mereka menunai­kan nazarnya.” (QS Ad-Dahr: 7). Sedang­kan di dalam hadits dikatakan, “Barang siapa bernazar akan menaati Allah (me­ngerjakan perintah-Nya), hendaklah ia kerjakan.” (HR Al-Bukhari). 
 Bagaimana dengan bernazar melaku­kan perbuatan maksiat atau terlarang? 
Bernazar yang demikian tidak sah, ka­rena mengerjakan maksiat itu hukumnya haram. Jangankan yang haram, bernazar yang makruh saja tidak boleh dilaksana­kan. Di dalam hadits disebutkan, “Barang siapa bernazar akan mengerjakan mak­siat (larangan Allah), janganlah ia kerja­kan maksiat itu.” (HR Al-Bukhari). 
Berbeda dengan ibadah sunnah, mi­salnya puasa Senin Kamis, kalau dinazar­kan menjadi wajib. Jika seseorang me­ngatakan “Saya bernazar, apabila saya lulus ujian, saya akan berpuasa Senin Kamis”, seandainya ia telah mengerjakan sekali saja, sudah tertunaikan nazarnya itu. Sebab ia tidak mengatakan selama-lamanya. Kecuali ia mengatakan “Saya bernazar puasa Senin Kamis selama hidup”.  

Tanya: Apa hukumnya bersumpah de­ngan selain Allah SWT? 
Jawab: Para ulama berbeda pendapat me­ngenai sumpah dengan orang yang memiliki kehormatan, seperti nabi, wali, dan lain-lain. Sebagian mengatakan, hu­kumnya makruh; sebagian yang lain mengatakan haram.
Pendapat yang masyhur dari madz­hab Imam Ahmad bin Hanbal adalah di­bolehkan sumpah dengan Rasulullah SAW dan ditetapkan adanya pelanggar­an sumpah jika tidak menepatinya, ka­rena itu merupakan salah satu dari dua rukun syahadat, dan karena Allah SWT ber­sumpah dengan kehidupan beliau SAW dalam firman-Nya, “Demi umurmu, sung­guh, mereka terombang-ambing da­lam kemabukan (kesesatan).” – QS Al-Hijr (15): 72.
Ini juga dinukil oleh Ibnu Taimiyah da­lam kitabnya, Majmu’ Al-Fatawa (1: 140).
Tidak ada seorang ulama pun yang mengatakan bahwa sumpah dengan selain Allah SWT merupakan kekafiran, kecuali jika yang dimaksud oleh orang yang bersumpah adalah pengagungan terhadap apa yang disumpahkan seperti halnya pengagungan terhadap Allah, dan tidak ada seorang muslim pun yang melakukan ini.
Para ulama mengatakan, ini juga men­cakup makna yang dimaksud oleh hadits, “Siapa yang bersumpah dengan selain Allah, sesungguhnya dia telah menyekutukan.” Disampaikan oleh Abu Dawud (3251) dan At-Tirmidzi (1535) dari Ibnu Umar RA. (Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumaith)

Tanya: Apa sih makna, "Syaiun Lillahi" dalam kalimat Syaiunlillahi lahumul fatihah? 
Jawab: Memang ada, terdapat dalam sebuah keterangan kitab yang menjelaskan bahwa SYAIUN LILLAAH setelah membaca AL-FATIHAH. Artinya Pengakuan seorang hamba bahwa yang merealisasikan segala keinginannya hanyalah Allah Ta’ala.
 معني قول بعض الناس عفب الدعاء شئ لله لهم الفاتحة... و معني شئ لله مطلوبنا ومقصودنا شئ لله اي يستمد لوجه الله ابتغاء واستمدادا لا لغيره ولا من غيره ففيها اعتراف بان الذي يسوق المطالب ويحقق المأرب هو الله تعالي الخ 
Dan makna syaiun lillaahi adalah tujuan dan kehendak kami sesuatu dari Allah artinya ia memohon pada Dzat Allah dengan mengharap ridho dan bantuan hanya dari Allah, tidak pada dan dari selain Allah, didalamnya mengandung pengakuan bahwa yang merealisasikan keinginan-keinginan dan mewujudkan kebutuhan-kebutuhannya adalah Allah Ta’ala semata. Qurrah al-‘Ain Bi Fataawa as-Syaikh Isma’iil az-Zain Hal. 211. Wallaahu A'lamu Bis showaab. 

Tanya: Bolehkah membunuh kucing dan anjing? 
Jawab: Menurut Ibn Hajar tidak boleh membunuh kucing meskipun ia dianggap menjadi hama/perusak sedang menurut al-Qadhi Husain membolehkannya bila ia memang menjadi hama/perusak dengan ketentuan ia sedang tidak bunting.
 وَسُئِلَ رَحِمَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِمَا صُورَتُهُ ذَكَرَ ابن الْعِمَادِ مَسَائِلَ تَتَعَلَّقُ بِالْهِرِّ فما حَاصِلُهَا فَأَجَابَ نَفَعَنَا اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِ وَبَرَكَتِهِ بِقَوْلِهِ الْحَاصِلُ في ذلك أَنَّهُ لَا يَجُوزُ قَتْلُ الْهِرِّ وَإِنْ أَفْسَدَ على الْمَنْقُولِ الْمُعْتَمَدِ بَلْ يَجِبُ على دَافِعِهِ أَنْ يُرَاعِي التَّرْتِيبَ وَالتَّدْرِيجَ في الدَّفْعِ بِالْأَسْهَلِ فَالْأَسْهَلِ كما يُرَاعِيهِ دَافِعُ الصَّائِلِ وقال الْقَاضِي حُسَيْنٌ رَحِمَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَجُوزُ قَتْلُهُ ابْتِدَاءً إذَا عُرِفَ بِالْإِفْسَادِ قِيَاسًا على الْفَوَاسِقِ الْخَمْسَةِ نعم يَجُوزُ قَتْلُهُ على الْأَوَّلِ الْمُعْتَمَدِ في صُورَةٍ وَهِيَ ما إذَا أَخَذَ شيئا وَهَرَبَ وَغَلَبَ على الظَّنِّ أَنَّهُ لَا يُدْرِكُهُ فَلَهُ رَمْيُهُ بِنَحْوِ سَهْمٍ لِيَعُوقَهُ عن الْهَرَبِ وَإِنْ أَدَّى إلَى قَتْلِهِ وَمَحَلُّهُ إنْ لم يَكُنْ أُنْثَى حَامِلًا وَإِلَّا لم يَجُزْ رَمْيُهَا مُطْلَقًا رِعَايَةً لِحَمْلِهَا إذْ هو مُحْتَرَمٌ لم يَقَعْ منه جِنَايَةٌ فَلَا يُهْدَرُ بِجِنَايَةِ غَيْرِهِ وَأَمَّا تَخْرِيجُ الْبَغَوِيِّ لِذَلِكَ في فَتَاوِيهِ على تَتَرُّسِ الْمُشْتَرَكِينَ بِالْمُسْلِمِينَ فَيُجَابُ عنه بِأَنَّ تِلْكَ حَالَةُ ضَرُورَةٍ يَتَرَتَّبُ عليها فَسَادٌ عَامٌّ فَلَا يُقَاسُ عليها ما نَحْنُ فيه لِأَنَّ فَسَادَهُ خَاصٌّ وَالْأُمُورُ الْعَامَّةُ يُغْتَفَرُ لِأَجَلِهَا ما لَا يُغْتَفَرُ لِأَجْلِ الْأُمُورِ (Al-Fataawaa al-Fiqhiyyah al-Kubraa IV/240) 
Dibolehkannya membunuh anjing dengan syarat anjingnya galak, bila tidak galak tidak boleh dibunuh baik anjingnya bermanfaat atau tidak.
  (فرع) قال أصحابنا الكلب العقور والكلب يقتلان للحديث الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (خمس يقتلن في الحل والحرم منها الكلب العقور) قال أصحابنا وإن لم يكن الكلب عقورا ولا كلبا لم يجر قتله سواء كان فيه منفعة أم لا وسواء كان أسود أم لا وهذا كله لا خلاف فيه بين أصحابنا وممن صرح به القاضى حسين وإمام الحرمين قال إمام الحرمين الامر بقتل الكلب الاسود وغيره كله منسوخ فلا يحل قتل شئ منها اليوم لا الاسود ولا غيره إلا الكلب والعقور (Al-Majmuu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab V/235) 

Tanya: Bagaimana asal usul qira'ah sab'ah dan asroh? 
Jawab: Perlu diketahui, informasi tentang qira'ah diperoleh melalui 2 cara, melalui pendengaran dari Nabi oleh sahabat mengenai bacaan ayat-ayat Al-Qur'an yang kemudian ditiru dan diikuti tabi'in dan generasi seterusnya. 
Cara lain yaitu melalui riwayat yang diperoleh melalui hadits-hadits yang disandarkan kepada Nabi atau para sahabat. 
 1. Perbedaan syakl, harakat atau huruf. Qur'an zaman dulu tidak menggunakan syakl dan harokat, maka imam-imam qira'ah membantu memberikan bentu-bentuk qira'ah. 
2. Nabi sendiri melantunkan berbgai versi Qira'ah di depan para sahabat. Seperti Nabi pernah membaca rafrafin dengan rafaarifin. 
3. Adanya pengakuan nabi (taqrir) terhadap berbagai versi qira'ah para sahabat. Seperti kata hiina dalam surat yusuf ayat 35 ada diantara sahabat membacanya 'iina. 
4. Perbedaan riwayat dari para sahabat nabi menyangkut bacaan ayat-ayat tertentu. 
5. Perbedaan dialek (lahjah) dari berbagai unsur etnik di masa nabi. 
[Sejarah Ulumul Qur'an, M. Quraish Shihab et. all, hlm 99-100] 

Tanya: Bagaimana hukumnya bermain sulap? 
Jawab: Bila menimbulkan kerugian hukumnya haram, bila tidak, Ulama berbeda pendapat. 
( قَوْلُهُ : ، وَالشَّعْبَذَةُ ) هِيَ إظْهَارُ الْأُمُورِ الْعَجِيبَةِ بِوَاسِطَةِ تَرْتِيبِ آلَاتٍ هَنْدَسِيَّةٍ وَخِفَّةِ الْيَدِ ، وَالِاسْتِعَانَةِ بِخَوَاصِّ الْأَدْوِيَةِ ، وَالْأَحْجَارِ وَفِي التَّحْرِيمِ إنْ لَمْ يَتَرَتَّبْ عَلَيْهَا مَفْسَدَةٌ خِلَافٌ 
Permainan sulap adalah bentuk permainan yang dapat menampakkan hal-hal mengagumkan dengan memakai sarana alat-alat tertentu dan kecepatan tangan , sebagai media untuk memudahkan penjualan obat-obatan, dan bebatuan. Bila menimbulkan kerugian (kerusakan), Ulama berbeda pendapat dalam hukum keharamannya (Syarh bahjah wardiyyah juz XVII hal.350) oleh Ust. Masaji Antoro 

Tanya: Bagaimana hukumnya otopsi dan membedah mayat untuk kepentingan studi? 
Jawab: Otopsi diperbolehkan, sebatas ada sebab-sebab yang membolehkan dilakukan otopsi pada mayit. Sebab-sebab tersebut adalah : 
1. Ada kecurigaan dalam kasus pembunuhan. 
2. Bertujuan untuk mendapat kesimpulan yang valid terkait dengan pidana pembunuhan. 
3. Bertujuan untuk kepentingan bukti hukum diperadilan, ketika bukti yang lain lemah. 
4. Mendapat persetujuan ahli waris. 
5. Otopsi dilakukan dokter yang ahli/professional. 
6. Mendapat izin dari qadhi syar’i. 
7. Mayit sudah nyata-nyata telah mati. 
Sedangkan membedah jenazah untuk kepentingan studi hukumnya adalah haram kecuali bagi jenazah kafir atau murtad.
 الفقه الإسلامى ج 3 ص 522 حاشية البجيرمى ج 2 ص 268 فتوى يسألونك ص 258-259 كاشفة السجا ص 96 الفقه الإسلامى الجزء الثالث ص: 521-522 دار الفكر (Mbah Jenggot PISS KTB) 

Tanya: Gimana hukumnya menerima donor darahnya orang non muslim? 
Jawab: Hukum donor darah sama dengan berobat menggunakan suatu yang najis, boleh jika dalam keadaan darurat artinya tidak bisa diselamatkan nyawanya kecuali dengan donor darah atau dapat mempercepat penyembuhan dan tidak ada cara atau obat selainnya. فتاوى الشرعية للشيخ حسنين مخلوف /
195 (مسألة 89) هل يجوز شرعا الإنتفاع بدم الإنسان بنقله من الصحيح الى المريض لإنقاذ حياته ؟ (الجواب) الدم وان كان محرما بنص القرآن الا ان الضرورة الملجئة الى التداوي به تبيح الإنتفاع به في العلاج ونقله من شخص لآخر، وقد ذهب جمع من الفقهاء الى جواز التداوي بالمحرم والنجس اذا لم يكن هناك ما يسدّ مسدّه من الأدوية المباحة الطاهرة، فاذا راى الطبيب المسلم الحاذق ان انقاذ حياة المريض متوقف على الإنتفاع بالدم، جاز التداوي به شرعا، والضرورة تبيح المحظورات، وما جعل عليكم في الدين من حرج، والله اعلم. 
Alangkah bijaknya jika kita bisa memilih darah yang akan kita masukkan ke tubuh kita dari darah orang yang muslim dan taat. (Mbah Jenggot PISS KTB). 

Tanya: Hukum mengumandangkan takbir (takbiran) di hari-hari biasa itu gimana? 
Jawab: Makruh
 وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوْبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ العِيْدِ إِلىَ أَنْ يَدْخُلَ الإِمَامُ فيِ الصَّلاَةِ وَفيِ الأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الفَرَائِضِ مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلىَ العَصْرِ مِنْ آخِرِ أَياَّمِ التَّشْرِيْقِ (كفاية الأخيار جزء 1 ص 150) 
Artinya :Hendaknya orang bertakbir semenjak terbenam Matahari di malam Idul-Fitri sampai dengan pagi harinya, tepatnya yaitu sampai Imam Idul-Fitri melakukan shalatnya. Dan takbir Idul-Adha (selain malamnya) adalah setelah shalat fardu adalah semenjak subuh hari ‘Arafah (yaitu sehari sebelum lebaran tepatnya tanggal 9 Dzulhijjah) sampai dengan Asar akhir hari Tasyriq. (hari Tasyriq adalah tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah) (Syamilah - Kifayatul-Akhyar - Juz 1 hal. 150)
 يُسْتَحَبُ التَّكْبِيْرُ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ لَيْلَتَيْ العِيْدِ الفِطْرِ وَالأَضْحَى وَلاَ فَرْقَ فيِ ذَلِكَ بَيْنَ المَساَجِدَ وَالبُيُوْتِ وَالأَسْوَاقِ وَلاَ بَيْنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَعِنْدَ ازْدِحاَمِ الناَّسِ لِيُوَافِقُوْهُ عَلَى ذَلِكَ وَلاَ فَرْقَ بَيْنَ الحاَضِرِ وَالمُساَفِرِ (كفاية الأخيار جزء 1 ص150- 151) 
Artinya :Disunnahkan takbir sebab terbenam Matahari di malam Idul-Fitri dan malam Idul Adha, tidak ada perbedaan dalam hal sunnah takbir, artinya tetap disunnahkan baik di mesjid-mesjid, rumah-rumah atau di pasar-pasar, juga tidak berbeda antara malam atau siang dan saat orang berkumpul atau tidak, agar semua menyesuaikan dan menghidupkan gema takbir, dan juga tidak berbeda antara berada di rumah atau dalam perjalanan. (Syamilah -Kifayatul-Akhyar - Juz 1 hal. 150-151) 

Tanya: Gimana sih hukumnya ngefans (mengidolakan) artis non muslim? 
Jawab: Kalau pengidolaannya berhubungan dengan keyakinan, aqidah dan kemaksiatannya maka tidak boleh tapi bila tidak berhubungan dengan itu semua maka tidak apa-apa.
 إسعاد الرفيق الجزء الثاني صـ 50 ومنها الفرح بالمعصية والرضا بها سواء صدرت منه أو صدرت من غيره من خلق الله لأن الرضا بالمعصية معصية بل هو من الكبائر كما في الزواجر واحذر مصاحبة الأشرار والحمقـى والحاسدين ومن يلوي على الشغـب لما امر الناظم فيما امر بمصاحبة الاخيار وانتخابهم حذرا ايضا منمصاحبة الاخيار لما فيها من الضرر الدنيوي والاخروي لان مشا هدتهم تهون الشر علي القلب وتبطل نفوره عنه والطبع مجبول علي التشبه والاقتداء بالمجالس والمصاحب 
Hindarilah pergaulan dengan orang-orang yang berakhlak buruk, orang dungu, ahli hasut dan orang-orang yang gemar membikin kericuhan. Setelah Kyai nadzim menganjurkan bergaul dan memilih bersahabat dengan orang-orang yang berbudi pekerti baik, beliau melarang untuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi jelek karena pergaulan akan mendatangkan efek negative baik dari segi duniawi maupun ukhrawi sebab melihat salut mereka (saja) memudahkan kejelekan ada dalam hati dan membuat hati sulit menghindar darinya, “tabiat manusia selalu cenderung ingin menyerupai dan mengikuti terhadap teman bergaul” (‘Ilaaj Al-Amroodh ar-Rodiyyah Bi Syar’I al-wasyiyyah al-Hadaadiyyah 214) oleh Ust. Masaji Antoro. 

Tanya: Adakah tips menghilangkan was-was dan risau? 
Jawab: Tips menghilangkannya diantaranya adalah sebagai berikut: 
1. Istiqamah dalam keimanan dan ketaqwaan. Alloh SWT berfirman : "Sesungguhny orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Alloh" kemudian mereka meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun kepadanya (dengan berkata) "Janganlah engkau merasa takut jangan pula bersedih hati, bergembiralah dengan surga yangg telah di janjikn kepadamu (QS.41/30) 
2.Perbanyak istigfar, dari Ibnu Abbas RA, Rosululloh bersabda," Barang siapa melanggengkan istigfar, maka Alloh akan menjadikan dari setiap kesulitan suatu jalan keluar dari setiap kesusahan suatu kebahagiaan (HR.Abu Daud) 
3.Membaca do'a berikut :Allohumma ana abduk ibnu abdik ibnu amatik, fi qobdhotik, nashiyati biyadik, madhin fi hukmik, adlun fi qodhoik. As'aluka bikullis min huwa lak, sammaita biha nafsak, au anzaltahu fi kitabik, au allamtahu ahadan min kholqik, awista'sarta bihi fi ilmil ghoib indak. Antaj'alal qur'ana nuro shodri, wa robi'a qolbi, wa jila'a huzni, wa dzahaba hammi (Al adzkar/104) 

Tanya: Mohon penjelasan dengan larangan tidur setelah ashar! 
Jawab: Terkait dengan waku tidur, disinyalir bahwa tidur siang menimbulkan penyakit akibat kelembaban tubuh, semisal merusak pigmen tubuh, menyebabkan penyakit empedu, menyebabkan kemalasan dan melelahkan syahwat. Dalam hal ini, tidur siang digolongkan menjadi tiga macam: khuluq, khuruq, dan humuq. 
1. khuluq adalah tidur di tengah hari. Disebut khuluq (ahklak) karena itu adalah kebiasaan Rasulullah SAW. 
2. khuruq adalah (perusak) adalah tidur di waktu dhuha. 
3. humuq (kebodohan) adalah tidur di waktu ashar. Seorang ahli syair mengatakan: “sesungguhnya tidur di waktu dhuha adalah dapat menyebabkan kemalasan bagi para pemuda, tidur ashar dapat menimbulkan gila”. (mbah Jenggot PISS KTB) 

Tanya: Adakah bacaan untuk obat sakit gigi? 
Jawab: Baca doa ini tiga kali dengan menaruh tangan pada gigi yang sakit
 بسم الله اللهم أذهب عني شر ما أجد بدعوة نبيك الطيب المبارك المكين عندك 
Bismillaahi Allaahumma Adzhib 'Annii Syarro Maa Ajidu Bi Da'wati Nabiyyika Atthoyyibi Almubaaroki Almakiini 'Indaka (Ya Allah hilangkanlah dariku keburukan dari apa yang ku rasakan dengan permintaan NabiMu yang mempunyai pengaruh dan diberkati disisiMu). 
Doa tersebut berdasarkan hadits ini:
 (حديث مرفوع) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُمَرَ بْنِ جَبَلَةَ ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ النُّعْمَانِ ، عَنْ كَثِيرٍ أَبِي الْفَضْلِ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي أَبُو صَفْوَانَ ، شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ ، قَالَتْ : خَرَجَ عَلَيَّ خُرَّاجٌ فِي عُنُقِي ، فَتَخَوَّفْتُ مِنْهُ ، فَأَخْبَرْتُ بِهِ عَائِشَةَ ، فَقَالَتْ : سَلِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَتْ : فَسَأَلْتُهُ ، فَقَالَ : " ضَعِي يَدَكِ عَلَيْهِ ، ثُمَّ قُولِي ثَلاثَ مَرَّاتٍ : بِسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي شَرَّ مَا أَجِدُ بِدَعْوَةِ نَبِيِّكَ الطَّيِّبِ الْمُبَارَكِ الْمَكِينِ عِنْدَكَ بِسْمِ اللَّهِ ، قَالَتْ : فَفَعَلْتُ ، فَانْحَمَصَ 
(Makarim Al-Akhlaaq hadits no 1039) 

Tanya: Bagaimana hukum sumpah pocong? 
Jawab: Sumpah dalam hukum islam dipergunakan sebagai penguat atas sebuah perkara baik dari pihak yang mendakwa atau yang terdakwa dengan cara menyebut Asma Allah atau sifat-sifat Allah, memang disunatkan saat menjalankan istilah sumpah ini dengan melakukan beberapa hal agar sumpahnya dianggap kuat seperti meletakkan alquran, naik di atas mimbar, dengan semakin memperbanyak Asma dan sifat-sifat Allah dll. 
Berarti bila pelaksanaan sumpah pocong hakikatnya juga dapat berfungsi sebagai penguat atas sumpah seseorang juga sebagai pembebanan lebih bertanggungjawab bagi orang yang bersumpah agar lebih berhati-hati dan jujur dalam sumpahnya, maka hukumnya boleh bahkan di anjurkan.
 (فرع ) يسن تغليظ يمين من المدعى والمدعى عليه وان لم يطلبه الخصم فى نكاح وطلاق و رجعة وعتق ووكلة وفى مال بالغ عشرين دينارا لا فيما دون ذلك لانه حقير فى نظر الشرعى نعم لو رآه الحكيم لنحو جراءة الحليف فعله وتغليظ يكون بالزمان وهو بعد العصروعصر الجمعة اولى بالمكان وهو للمسلمين عند المنبر اه (وقوله ويسن أن يقرأ الخ) عبارة غيره ومن التغليظ ان يوضع المصحف فى حجره ويطلع له سورة برأة ويقال له ضع يدك على ذلك ويقراء قوله تعالى ان الذين يشترون الأية اهـ I'anatut Thalibin juz 4 halaman 317 
( سن تغليظ يمين ) من مدع ومدعي عليه في غير نجس ومال كدم ونكاح وطلاق ورجعة وإيلاء وعتق وولاء ووصاية ووكالة وفي مال ادعى به أو بحقه وبلغ نصاب زكاة نقدا ولم يبلغه ورأى الحاكم التغليظ فيه لجراءة في الحالف بناء على أنه لا يتوقف على طلب الخصم وهو الأصح Fath Alwahaab II/401 

Tanya: Di sebelah utara dan selatan pengimaman (mihrab) masjidku dibangun toilet. Bolehkah yang demikian? 
Jawab: Hukumnya boleh, apabila ada syarat dari wakif (orang yang mewakafkan) atau wakaf bersifat mutlak, artinya : Ada unsur kebiasaan bahwa kalau membangun masjid tentu ada kamar mandinya. dan Apabila tanah tersebut adalah tanah untuk kemaslahatan dan bukan dari wakaf masjid.
 مسألة ي) : اشترى بيتاً ووقفه مسجداً صح ، وأعطى حكمه وحرم عليه وعلى غيره هدمه وتوسيعه إلا لضرورة أو حاجة ، كخوف سقوط جدار ، ودفع حرّ وبرد ، وضيق على نحو المصلين (Bughyat al Musytarsyidin. 64)
 ولا تغيير هيئته كجعل البستان دارا عكسه ما لم يشرط الواقف العمل بالمصلحة وإلا فيجوز تغيير الوقف بحسبها (Nihayat al Zain 273)
 ولايجوز إستبدال الموقوف عندنا وإن خرب خلافا للحنفية وصورته عندهم أن يكون المحل قد آل إلى السقوط فيبدل بمحل آخر أحسن منه بعد حكم حاكم يرى صحته و يمتنع قسمة الموقوف أو تغيير هيئته كجعل البستان دارا وقال السبكي يجوز بثلاثة شروط أن يكون يسيرا لا يغيره مسماه وعدم إزالة شيء من عينه إلا بعض نقض لجانبه آخر وأن يكون فيه مصلحة للوقف , ولو خربت البلد وكان فيها مسجد وعمرت مسجدا بمخل أخر جاز نقل وقفه للمحل الاخر حيث تعذر إجراؤه علي المسجد الاول بأن لم يصل فيه احد (HasyiYah al Syarqawie 178)
 لا يجوز تغيير الوقف عن هيئته فلا يجعل الدار بستاناً ولا حماماً ولا بالعكس ولا يبني في الأرض الموقوفة ولا يتخدها بستانا إلا إذا جعل الواقف إلي المتولي ما يري المصلحة ولو فعل كان متعديا و في فتاوي القفال أنه يجوز جعل حالفتي القصارين للخبازين قال في الشرح الكبير وكأنه احتمل تغيير النوع دون الجنس ولا يجوز دكان المسجد مسجدا (Al Anwar li A’maali al Abraar I/438).  

Tanya: Bagaimana hukum menghias masjid? 
Jawab: Terdapat perbedaan mengenai hal ini dalam berbagai madzhab 
1. Al-Hanafiyah 
Al-Hanafiyah beranggapan bahwa tidak mengapa untuk menghias masjid dengan beragam ukiran dan kaligrafi. Asalkan bukan pada bagian mihrabnya. Alasannya, agar orang yang shalat tidak terganggu konsentrasinya. Yang dimaksud ukiran di masjid adalah membuat hiasan dengan tatahan emas atau perak. Namun bila dana yang digunakan untuk hiasan itu berasal dari harta waqaf secara umum yang niatnya untuk masjid, menurut beliau hukumnya haram. Jadi yang boleh adalah harta dari seseorang yang niatnya memang untuk keperluan perhiasan itu. 
2. Al-Malikiyah 
Al-Malikiyah memakruhkan penghiasan dinding masjid, termasuk atapnya, kayunya dan hijabnya, bila hiasan itu terbuat dari emas atau perak dan bila sampai mengganngu konsentrasi para jamah yang shalat. Namun bila hiasan itu di luar apa yang disebuntukan, tidak ada kemakruhannya. 
3. As-Syafi’iyah 
Mazhab As-Syafi’iyah sebagaimana yang disebuntukan oleh Az-Zarkasyi mengemukakan bahwa mengukir masjid itu hukumnya makruh, terutama bila menggunakan harta waqaf yang diperuntukkan buat masjid secara umum. Sebab harta waqaf buat mereka tidak boleh diubah pemanfaatannya begitu saja. 
4. Al-Hanabilah 
Al-Hanabilah adalah satu-satunya mazhab yang tegas mengharamkan penghiasan masjid. Buat mereka, bila masjid sudah terlanjur dihias dengan emas dan perak, wajib untuk dicopot. Pendapat mereka ini dikuatkan juga dengan hadits berikut: لا تقوم الساعة حتى يَتَباهَى الناس في المساجد Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali orang-orang berbangga-bangga dengan masjid. Para ulama banyak yang memaknai sabda Rasulullah SAW tentang berbangga-bangga dengan masjid ini sebagai bentuk penghiasan masjid dengan ukiran/kaligrafi emas dan perak pada dindingnya. Dan oleh sebagian ulama dijadikan sebagai isyarat tidak bolehnya kita menghias masjid dengan hiasan yang mewah. (Mbah Jenggot di PISS KTB) 

Tanya: Bagaimana caranya bersyukur degan baik dan benar menurut hukum dan syariat islam? 
Jawab: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. 14:7). Bersyukur kepada Allah itu ada tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan bersyukur dalam sikap perilaku (perbuatan) 
 1. Bersyukur dengan hati Bersyukur di dalam hati ialah dengan cara membentuk keyakinan dan keinginan dalam diri untuk menjalani kebajikan-kebajikan yang telah diperintahkan dan tidak gampang memperlihatkan bentuk nikmat yang telah Allah berikan padanya terhadap setiap orang. 
2. Bersyukur dengan lisan Adapun syukur dengan lisan yaitu dengan memperbanyak puji syukur kepada Allah sambil membaca Alhamdulillah. 
3. Bersyukur dalam dalam sikap prilaku (Perbuatan) Adapun bersyukur dalam bentuk sikap tingkah laku dan perbuatan adalah dengan menjadikan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan padanya sebagai sarana amal ibadah serta menjaga diri sedapat mungkin dari tercebur dalam maksiat.
Ketahuilah…Seseorang tidak dikatakan bersyukur selagi belum mampu menjadikan nikmat yang telah ia terima sebagai sarana untuk mahabbah (mencintai Allah) bukan untuk kesenangan-kesenangan yang bersifat pribadi, bila ia menjadikan nikmatNya justru sebagai sarana terhadap hal-hal yang Allah murkai sesungguhnya ia benar-benar telah mengkufuri nikmatNya sebagaimana bila ia menganganggurkan nikmat tersebut karena artinya ia telah menyia-menyiakan kesempatan yang telah Allah berikan padanya untuk menggapai kehidupan bahagia. (Syarh al-Hikam al-‘Athooiyyah hal 64 dan Mau’izhoh al-Mu’miniin Min Ihyaa‘Uluum ad-Diin I/420) 

Tanya: Bagaimana hukum beri'tikaf di selain masjid, misalnya di musholla? 
Jawab: Boleh dan sah i'tikaf di Masjid yang tak digunakan sholat Jum'at, walaupun yang lebih afdhol i'tikaf di Masjid Jaami. 
Lalu, bolehkah I'tikaf di Musholla? 
Musholla dalam pengertian Masyarakat Indonesia itu dua pengertian 
1. Ruangan khusus dalam suatu bangunan yang digunakan untuk sholat. Statusnya tidak tetap, bisa dipindah-pindah. Sekarang jadi Musholla, nanti bisa diubah jadi kelas, atau dapur atau lain-lain. Karena statusnya tidak tetap dan bukan wakaf, maka untukk musholla macam ini, i'tikaf di dalamnya tidak sah 
2. Tempat khusus yang diwakafkan untuk sholat lima waktu selain Jum'at. Ada Imamnya, dan juga ada muadzdzinnya. Menurut saya, macam yang kedua ini sah untuk i'tikaf di dalamnya. 
Dan penamaannya sebagai musholla tak merubahnya, dari statusnya sebagai Masjid yang bukan Jaami'. Sebab orang Indonesia, menyebut Masjid selalu untuk yang dijumati. Macam yang kedua ini, masyarakat kami menyebutnya sebagai Langgar.
 قال المصنف رحمه الله * { ولا يصح الاعتكاف من الرجل الا في المسجد لقوله تعالي (ولا تباشروهن وانتم عاكفون في المساجد) فدل علي انه لا يجوز الا في المسجد ولا يصح من المرأة الا في المسجد لان من صح اعتكافه في المسجد لم يصح اعتكافه في غيره كالرجل والافضل ان يعتكف في المسجد الجامع لان رسول الله صلى الله عليه وسلم اعتكف في المسجد الجامع ولان الجماعة في صلواته اكثر ولانه يخرج من
     demikian
Adv 1
Share this article :

Komentar baru tidak diizinkan.
 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger