Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Aku Rindu Rasulullah SAW (5)

Aku Rindu Rasulullah SAW (5)

Berikut ini kami kemukakan sedikit, beberapa contoh cinta para sahabat (semoga Allah SWT meridloi mereka) kepada Baginda Rasulullah SAW, semoga kita bisa meneladani cinta yang memenuhi ruang hati mereka. Semoga hati kita senantiasa diliputi rasa cinta kepada Baginda Rasulullah SAW, amin.

Abu Bakar Al-Shiddiq
Ketika ayahnya masuk islam, Abu Bakar sangat senang, beliau lalu mengajak ayahnya menghadap Baginda Rasulullah SAW untuk mengikrarkan islamnya dihadapan beliau. Ketika Abu Qafafah (ayah Abu Bakar-semoga Allah SWT meridloi keduanya) meletakkan tangannya diatas tangan Baginda Rasulullah SAW, Abu Bakar menangis, kenapa Abu Bakar masih menangis padahal ayahnya sudah masuk islam?, Abu Bakar menjawab: “Aku sangat menginginkan seandainya orang yang meletakkan tangannya pada tangan Rasulullah itu adalah Abu Thalib. Sebab beliau pasti akan sangat gembira jika hal itu terjadi”.

Lihatlah cinta Abu Bakar kepada Baginda Rasulullah SAW, dia selalu berharap agar paman beliau (Abu Thalib) bisa masuk islam, karena hal itu bisa membahagiankan hati Baginda Rasulullah SAW. Hal ini wajar terjadi pada sahabat Abu Bakar, karena dialah yang menemani Baginda Rasulullah SAW saat hijrah ke Madinah. Ditengah perjalanan hijrah itu, Baginda Rasulullah SAW dan Abu Bakar sama-sama merasakan dahaga. Abu Bakar lalu mencari bejana berisi susu, dia lalu bergegas mendatangi Baginda Rasulullah SAW agar beliau meminum susu itu. Abu Bakar lalu berkata, “Rasulullah SAW kemudian minum hingga aku sendiri merasa kenyang”. Sahabat Abu Bakar Al-Shidiq menjadikan diri Baginda Rasulullah SAW sebagai bagian dari dirinya sendiri, sehingga kenyangnya Baginda Rasulullah SAW membuat dirinya juga kenyang.

Umar bin Khattab

Ketika beliau hendak meninggalkan dunia (setelah ditebas oleh Abu Lu`lu Al-Majusi) dan darah masih bercucuran dari tubuhnya, apa yang beliau sibukkan? Apa yang beliau pikirkan?, dalam kondisi seperti itu, Sayyidina Umar ibn Al-Khatthab berkata: “pergilah kalian menghadap `Aisyah umm Al-Mu`min dan mintakan izin padanya agar Umar bisa dikuburkan disamping Rasulullah SAW”. Mereka lalu pergi dan kembali lagi untuk memberitahukan kepadanya bahwa Saayida `Aisyah telah memberi izin. Umar lalu berkata, “Alhamdulillah, demi Allah, aku tak pernah punya keinginan sebesar keinginanku untuk dikuburkan disamping Rasulullah SAW”.

Seorang Perempuan Anshar

Pada perang Uhud, seorang perempuan dari kalangan Anshar mendengar kabar santer bahwa Baginda Rasulullah SAW telah gugur di medan perang. Dia lalu bergegas ke medan pertempuran untuk mencari tahu kebenaran kabar itu. Dalam perjalanan, dia berpapasan dengan salah seorang muslim yang ikut dalam perang itu. Dia bertanya, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah?, lelaki itu menjawab, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un, ayahmu telah gugur”. Dia lalu bertanya lagi, “apa yang terjadi dengan Rasulullah?”, laki-laki itu menjawab, “Beliau dalam keadaan baik-baik saja”.

Perempuan itu begitu mencintai Baginda Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada ayahnya sendiri. Perempuan itu terus melanjutkan perjalanannya untuk bisa melihat dan bertemu langsung dengan beliau SAW. Dalam perjalanan, dia berpapasan lagi dengan salah seorang muslim yang ikut dalam perang itu. Dia bertanya, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah?, lelaki itu menjawab, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un, suamimu telah gugur”. Dia lalu bertanya lagi, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah?”, laki-laki itu menjawab, “Beliau dalam keadaan baik-baik saja”. Dia berkata lagi, “Tidak, demi Allah, sampai aku melihat beliau dengan mata kepalaku sendiri”.

Perempuan itu terus melanjutkan perjalanannya. Ditengah perjalanan, dia bertemu lagi dengan salah seorang muslim yang ikut dalam perang itu. Dia bertanya, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah?, lelaki itu menjawab, “Beliau dalam keadaan baik-baik saja”. Dia berkata lagi, “Tidak, demi Allah, sampai aku melihat beliau dengan mata kepalaku sendiri”. Ketika perempuan itu telah melihat langsung Baginda Rasulullah SAW, dia berkata kepada beliau: “Setelah bertemu denganmu wahai Rasulullah, setiap musibah menjadi tidak berarti apa-apa”.

Sawad

Dalam perang Badar, Baginda Rasulullah SAW meluruskan barisan sahabat (yang akan berangkat perang). Diantara para sahabat itu terdapat orang bernama Sawad. Sawad adalah orang yang tak meluruskan diri dalam barisan tersebut. Baginda Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Hai Sawad, luruskan!”, dia menjawab “Ya, wahai Rasulullah”, beliau SAW melanjutkan meluruskan barisan, ternyata Sawad kembali berada diluar barisan. Beliau SAW lalu bersabda “Hai Sawad, luruskan!”, dia menjawab “Ya, wahai Rasulullah”, beliau SAW melanjutkan meluruskan barisan. Ternyata Sawad kembali berada diluar barisan untuk yang ketiga kalinya. 

Baginda Rasulullah SAW kemudian mengambil kayu Siwak dan memukul perut Sawad. Sawad lalu berkata, “Ya Rasulullah, engkau telah menyakiti aku, sekarang aku menuntut balas”. Baginda Rasulullah SAW lalu membuka bagian perutnya dan bersabda, “sekarang , balaslah hai Sawad!”. Sawad lalu merangkul perut Baginda Rasulullah SAW dan menciumnya. Baginda Rasulullah SAW bertanya, “mengapa kamu melakukan ini hai Sawad?”, dia menjawab, “wahai Rasulullah, kukira hari ini adalah hari kesyahidanku, aku ingin diakhir hidupku didunia ini tubuhku bisa bersentuhan dengan tubuhmu, sehingga Allah SWT akan mengharamkan api Neraka menyentuh tubuhku”.

Sekarang apakah kita sudah mencintai Baginda Rasulullah SAW seperti cinta Sawad pada beliau? Apakah kita telah banyak membaca shalawat dan salam untuk beliau SAW?karna sesungguhnya membaca shalwat dan salam akan meningkatkan rasa cinta seseorang kepada Baginda Rasulullah SAW.

Rabi`ah ibn Ka`b Al-Salami

Ketika itu Rabi`ah berumur 17 taahun. Diriwayatkan dari Abu Salamah ibn Abdurrahman, “Rabi`ah ibn Al-Salam bercerita kepadaku: “Aku mendatangi Rasulullah SAW dengan membawakan air wudlu dan memenuhi kebutuhan beliau. Rasulullah SAW lalu bersabda; “mintalah padaku”. Aku menjawab, “aku ingin mendampingi engkau disurga”, Beliau SAW bertanya lagi; “selain itu?”. Aku menjawab, “cukup itu saja ya Rasulullah”. Beliau SAW lalu bersabda; “bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud”. (Sunan Al-Nasa`i, kitab Al-Tathbiq, hadits no: 1126).

Dalam riwayat lain diterangkan: dari Rabi`ah ibn Ka`b, “Aku melayani Rasulullah SAW dan aku memenuhi kebutuhan beliau diseluruh siangku hingga Rasulullah SAW melaksanakan shalat isya yang terakhir. Jika beliau sudah masuk rumah, aku duduk didepan pintu rumah beliau. Pikirku, jangan-jangan Rasulullah SAW butuh sesuatu. Secara terus menerus aku mendengar beliau membaca “subhanallah, subhanallah, subhanallah wa bi hamdih”, hingga akhirnya aku merasa bosan dan aku pulang, atau aku mengantuk dan tertidur. Suatu hari beliau bersabda padaku (karena aku begitu sigap melayani beliau), “mintalah padaku hai Rabi`ah, aku akan memberikannya padamu”. Aku berkata, “aku masih akan memikirkan hal itu wahai Rasulullah? Setelah itu aku akan memberitahukannya kepadamu”.

Aku lantas berpikir tentang diriku sendiri, aku tahu bahwa dunia ini akan terputus dan akan hilang, lenyap. Didunia ini, aku sudah punya rejeki yang cukup dan akan selalu datang padaku. Aku lantas berpikir, aku akan minta kepada Rasulullah SAW untuk akhiratku saja, sebab beliau memiliki kedudukan yang sangat dekat dengan Allah SWT.

Kemudian aku mendatangi Rasulullah SAW dan beliau bersabda padaku: “Apa yang kamu minta wahai Rabi`ah?, aku menjawab, “ya Rasulullah, aku minta padamu agar engkau memintakan syafa`at pada Tuhanmu untuk diriku, sehingga Allah membebaskanku dari api Neraka”. Rasulullah SAW lalu bertanya, “siapa yang telah menyuruhmu untuk meminta hal tersebut wahai Rabi`ah?”. Aku menjawab, “Tidak, demi Allah, Dzat yang telah mengutuskan dengan haq, tidak ada seorangpun yang menyuruhku mmelakukan hal itu, akan tetapi, ketika engkau bersabda “mintalah padaku, aku akan memberikannya padamu”, sementara engkau mempunyai kedudukan yang sangat dekat dengan Allah SWT, maka aku berpikir tentang persoalan itu. Sementara, disisi lain aku tahu dunia ini akan terputus dan akan hilang lenyap. Didunia ini, aku sudah punya rejeki yang cukup dan akan selalu datang padaku. Aku kemudian memutuskan untuk meminta akhiratku saja kepada Rasulullah SAW”. Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW lalu lama terdiam, setelah itu beliau bersabda kepadaku, “Aku akan lakukan permintaanmu, bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud”. (Musnad Al-Imam Ahmad, Baqi Musnad Al-Madaniyyin, hadits no: 15984).

Lihatlah! Seorang pemuda yang masih berusia tujuh belas tahun, ketika memikirkan kehidupan dunia, dia ingat bahwa dunia ini akan rusak. Harta benda akan hancur, istri akan binasa, demikian juga anak-anak, kekuasaan, kemegahan dan kenikmatan duniawi yang lain dan Rabi`ah menginginkan sesuatu yang tidak rusak, tidak binasa. Itulah keinginan dan cita-citanya. Dia menginginkan untuk tetap bisa mendampingi dan menemani Baginda Rasulullah SAW didalam surga. Wallahu A`lam..



Ahlulkisa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger