Tak ada yang bisa menyangkal, bahwa tidak ada
seorang pun yang steril dari yang namanya cinta. Meski ia telah setingkat da’i
atau da’iyah. Tak ada yang bisa mencegah datang virus itu, seperti sanandung
puisi berikut:
Cinta……. Menembus ruang dan batas Menggelora, meradang dan mematikan
Kala cinta merasuk sukmaMembekukan akal,
Menghempas rasa
Jika tidak karena-Nya
Ke mana kan dibawa lari sekeping hati pecinta?
Kita akan bicara tentang cinta. Sesuatu yang
Allah tanamkan fitrahnya pada setiap jiwa. Tapi alangkah hinanya bagi pecinta
yang terbelenggu oleh cintanya.
Duhai saudariku...
Mencintai itu adalah kewajaran, Apalagi bagi
seorang wanita yang telah memasuki usia dimana kebutuhan kasih sayang dan
penjagaan dari seorang lelaki sudah sangat dirindukannya. Tapi ingatlah wahai sahabatku, janganlah engkau tanggalkan kehormatanmu dengan
mengumbarnya di antara manusia.
Dengan cara apapun, dengan dalih apapun, dengan
susunan kata semanis apapun, sekuat apapun dorongannya jangan engkau tertipu
oleh rayuan syaetan. Betapa senangnya syaetan bila manusia telath terkena
panahnya. Panah yang akan membuat manusia mabuk cinta dan menjadikan halal
segala cara apapun untuk mendapatkannya.
Maka jadilah sms merah jambu, surat-surat cinta,
dan lainnya yang padahal bisa jadi syaetan telah mengemasnya menjadi kemasan
yang akan mengundang kemurkaan Allah.
Saudariku...
Bersabarlah di saat malam gelap gulita membekap.
Bersabarlah di antara sujud panjangmu, di antara harap dan do’amu kepada Allah
dengan kedatangan pangeran yang akan menjemputmu. Bersabarlah terus di antara
dua lelehan air matamu karena berharap yang terbaik dariNya.
Sungguh itu lebih baik bagimu dan yang lebih
Allah ridhoi daripada selainnya. Walaupun sulit, terasa berat, tidak tahan
menunggu kepastiannya, namun tetaplah seperti itu, sabar, sabar dalam
penantianmu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang terbaik bagimu.
Bukankah janji Allah sudah jelas, “…… dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An Nuur : 26).
Terasa sulit memang, hati itu terkadang begitu
cepat berbolak balik. Terkadang ia kuat bagai benteng kokoh, tapi sering pula
ia rapuh bak rumah kardus di bawah kolong jembatan. Di satu sisi kita
senantiasa menginginkan tunduk pada perintah-perintah Allah, perintah
menundukkan pandangan, perintah mengulurkan jilbab, perintah terus memperbaiki
didi dari hari ke hari.
Namun, di sisi lain, syaetan senantiasa bergerak
dan bekerja untuk menggoda manusia. Sehingga terkadang dalam penantian panjang
ini ada kalnya terselip pandangan yang belum halal, ada perkataan yang belum
halal, ada usaha mencari perhatian yang belum halal.
Saudariku...
Saat ini, di tengah malam ini mari kita tengok
jendela-jendela yang terbuka. Di atas ribuah sajadah, bersimpuh wanita-wanita
yang sedang merindu. Tetesan-tetesan air mata mereka terus membasahi bumi, air
mata mujahidah yang sangat takut tergelincir kepada kemaksiatan. Berjuta
sorotan mata yang hanya ditujukan kepadaNya.
Dan engkau, apakah engkau termasuk bagian dari wanita
bersimpuh itu, sabarlah. Benar, tidak mudah. Tapi tidak ada yang salah dengan
janjiNya. JanjiNya adalah keniscayaan terindah, walau itu harus kau tebus
dengan kesabaran yang berpeluh kesah. Janganlah lelah memuliakan dirimu. Bukan
untuk dia, bukan utnuk dirimu sendiri.
Tapi semata hanya untuk Rabbmu. Sungguh itu
bagian dari tarbiyah dengan cara yang berbeda. Dan Maha Benar Allah, lelaki
mulia itu akan datang atas nama kemuliaan pernikahan. Tanpa engkau perlu
teriaki, dia telah mendengar dengan kesediaan tertinggi akan seruan lembut
RabbNya, yang disampaikan kepada hamba terkasih dan utusanNya.
“Wahai para pemuda, barangsiapa telah mampu di
antara kalian, hendaklah ia menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dari
menjaga……” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i).
Lelaki yang senantiasa menjaga kehormatan itu
pasti akan datang, lelaki yang setiap malam engkau tangisi itu pasti akan
mengetuk pintu rumahmu, lelaki yang akan menjaga kehormatan yang senantiasa
engkau jaga itu pasti akan menjemputmu dengan kesederhanaan dan senyuman
terindah yang tetulus dari hatinya, lelaki yang akan menemanimu sholat di malam
hari, menasehatimu di kala senang dan menghiburmu di kala sedih.
Adakah itu yang engkau harapkan wahai saudariku? Ataukah lelaki itu masih engkau harapkan datang dari kemaksiatanmu kepada Allah dan lebih dicintai oleh syetan?
M. Syafi’i
Posting Komentar