Di samping itu, barangsiapa berani maksiat, melanggar perintah Allah dan
Rasul-Nya, maka dengarkan baik-baik firman Allah : “Dan barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api
neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (Qs.
Al Nisa` [04]: 14).
Sebagai tamsil, jika kita masuk ke kebun binatang kemudian di situ ada pagar
pembatas yang membatasi antara kita dengan kandang singa, kita tidak berani
mendekatinya karena khawatir menjadi santapan lezat bagi singa tersebut.
Anehnya, mengapa batas-batas yang telah digariskan oleh Allah, masih saja
didekati bahkan diterjang. Tidakkah muncul perasaan takut masuk ke dalam
neraka-Nya, menghadapi beragam siksa yang maha pedih di dalamnya. Kita takut
kepada singa tapi kebencian, laknat, dan kemarahan Allah tidak kita khawatiri.
Simaklah sebagian kecil penuturan Al Qur`an tentang keadaan penghuni neraka:
وَإِنْ يَسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمآءٍ كَالمُهْلِ يَشْوِي الوُجُوْهَ، بِئْسَ الشَّرَابُ وَسآءَتْ مُرْتَفَقاً.
“Dan jika meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istrirahat yang paling jelek” (Qs. Al Kahfi [18]:
29).
Sungguh teramat mengerikan untuk membayangkan neraka. Neraka adalah jurang
yang sangat dalam; berdindingkan batu bara; api berwarna hitam yang
menjilat-jilat. Semua jenis warna api di dunia ini berasal dari api akhirat.
Pembentukannya melalui beberapa proses “penyaringan”. Api neraka dicelupkan ke
dalam air sebanyak tujuh puluh kali, barulah menjadi api dunia. Itu pun masih
bisa membakar baja. Bisa kita bayangkan bagaimana panasnya. Sekali berada di
dalamnya, seseorang akan berada di sana selama-lamanya.
Alangkah malang dan hinanya nasib seseorang yang masuk ke dalamnya. Ia
menjerit-jerit, “HAUS…HAUS..HAUS..”. Dia mohon kepada Allah agar
diberi keringanan, “Jika meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.” Ia akan
diberi minum dengan air seperti timah yang dipanaskan. Sekali meneguknya,
lelehnya semua wajahnya. Alih-alih meminum timah, terkena saja bisa dibayangkan
rasa sakit yang mendera. Keadaan ini berlangsung terus-menerus tiada berhenti
sejenak pun. Hal itu terjadi akibat kelalaian seseorang dari ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya. Dia telah berani dan lancang melanggar ajaran Nabi
Muhammad serta batas-batas syariat Islam. Ganjaran setimpalnya adalah mendekam
di “hotel” api neraka untuk selama-selamanya.
Diceritakan, seandainya penghuni neraka diberi kabar bahwa jika dunia ini
menjadi keranjang yang diisi dengan biji-biji jagung, satu biji dimasukkan ke
dalam keranjang untuk setiap satu tahunnya sebagai penanda hukuman yang telah
dijalaninya di dalamnya, niscaya penduduk neraka akan bersorak-sorai karena
masih mempunyai harapan untuk keluar dari siksa neraka. Sayangnya, janji ini
tidak pernah dijumpai kapan pun. Mereka justru kekal abadi. Sama sekali tidak
ada kesempatan untuk keluar sehingga mereka menjadi orang yang putus asa,
berada dalam keadaan sakit yang menyiksa.
Duhai betapa hina keadaan mereka. Perhatikanlah keadaan di sekitar kita.
Lihatlah orang yang berada dalam keadaan sakit parah. Penyakit ganas
menggrogoti tubuhnya. Dia tidak punya biaya berobat. Untuk makan sehari-hari
saja sulitnya setengah mati. Menjadi pengemis akhirnya menjadi pilihan baginya.
Berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya. Betapa naïf dan hinanya ibarat
pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga.” Namun ketahuilah, penduduk neraka lebih
hina dan celaka daripada itu. Oleh karena itu, jangan coba-coba untuk
berani melanggar hukum-hukum Allah. Siapa kita yang berani maksiat kepada-Nya.
Sebagai kesimpulan, sesungguhnya Allah tidak pernah membutuhkan ibadah dan
dzikir kita. Justru kitalah yang beribadah kepada-Nya dan hanya untuk-Nyas yang
haus akan guyuran Rahmat-Nya. Saat kita bersujud, kita mendulang samudera
Ampunan-Nya. Sekaranglah waktu untuk bertaubat. Niatkan sisa usia kita untuk
meningkatkan ibadah kepada Allah. Jangan ada lagi keinginan yang melintas di
dalam kalbu untuk bermaksiat agar kita selamat dunia dan akhirat.
Forsan Salaf

Posting Komentar