"Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan Sang Penolong, bagi-Nya
segala keagungan, terpujilah Dia sepadan dengan semua kemuliaan pada-Nya
semua kebaikan dan kesempurnaan."
Syair di atas
mengisyaratkan bahwa setelah bacaan basmallah maka dilanjutkan dengan
hamdallah. Hal ini sesuai pula dengan sunnah Nabi SAW. Karena
sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang suka mengucapkan puji dan
puja kepada-Nya
Dalam hadits marfu' yang diriwayatkan oleh ad-Dailami diterangkan, "Sesungguhnya
Allah senang akan pujian dari hamba yang suka memuji-Nya, dengan
menjanjikan pahala. Diucapkan sebagai zikir bagi-Nya dan dijadikan
tabungan yang sangat berharga baginya kelak di kemudian hari."
Dalam kitab Badrul Munir disebutkan "Zikir
dengan memuji Allah, menjadi pemeliharaan kenikmatan yang dianugerahkan
oleh Allah agar nikmat itu tidak lenyap. Sebagaimana Zikir ketika akan
berpakaian, atau aktifitas lainnya, yang berisi pujian kepada Allah".
Sedangkan Hamdallah yang paling utama adalah ucapan yang berbunyi :
"Segala Puji bagi Allah dengan semua pujian yang mampu memenuhi nikmat-nikmat-Nya dan mencukupi tambahan-Nya." Seperti doa dan zikir Nabi Adam AS ketika Allah SWT menurunkannya ke bumi. Beliau memohon kepada Allah: "Wahai Tuhanku ajarilah kemahiran dalam mengerjakan sesuatu serta kalimat yang mengandung sebagus-bagus pujian".
Maka Allah SWT menurunkan Wahyu kepada Nabi Adam agar membaca pujian
seperti bunyi zikir di atas. Sebanyak 3 X setiap pagi dan sore hari.
Para 'arifin (orang-orang yang telah ma'rifah) menerangkan bahwa lafal Alhamdulillâh
terdiri dari delapan huruf, sama jumlahnya dengan pintu surga.
Barangsiapa yang mengucapkan dengan Ikhlas dan hati, ia berhak memasuki
surga dari pintu mana dikehendakinya. Semua itu sebagai penghormatan
baginya. Dan dalam hal ini dia akan memilih sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan Allah kepadanya Allah jualah Al-Muwaffiq Lil 'Ûlâ (Penolong manusia untuk meraih jalan kemuliaan), karena ketaatan kepada Allah dan Rasul yang diikuti oleh rasa mahabbah yang sejati.
Pengertian Taufiq menurut bahasa adalah, mufaqat syai' li syai' (mufakatnya suatu dengan sesuatu lainnya). Menurut pengertian istilah, taufiq adalah merupakan kemampuan yang diciptakan Allah bagi hamba-Nya untuk memberi dorongan ketaatan kepada-Nya.
Itulah sebabnya orang kafir tidak mendapatkan Taufiq dari Allah, karena
tidak memiliki alat pendorong untuk melaksanakan ketaatan. Alah SWT
Berfirman :
"Barangsiapa
yang dikehendaki oleh Allah, maka ia akan memperoleh petunjuk. Allah
akan melapangkan dadanya untuk memaham ajaran Islam ...".
Allah
SWT telah menciptakan sesuatu yang dapat memberi dorongan kepada
seseorang agar mampu melaksanakan ketaatan dan mahabbah kepada-Nya.
Sebagian ulama berpendapat bahwasannya qudrah sebagai kata kemampuan melakukan takwa adalah sifat yang telah menyatu dengan ketaatan itu sendiri. Adapun sifat qudrah dan sifat taat, tidak dimiliki oleh orang kafir. Oleh karena itu ia tidak mendapat Taufiq dari Allah.
Ungkapan Hamdan Yuwâfî Birrahul Mutakâmilâ
seperti tercantum dalam bunyi syair di atas, mengandung pengertian
bahwa secara lahiriah pujian terhadap Allah sebanding dengan anugerah
Allah. Sebab secara hakikat pujian manusia tidak akan mampu menandingi
nikmat dan keagungan Allah, tidak mampu kamu menghitungnya.
Pustaka Abata
Posting Komentar