Sebagai
umat Nabi Muhammad SAW. tentunya kita ingin selalu meneladani perilaku
keseharian dan meneladani setiap langkah hidup beliau. Beliau lah figur teladan
bagi umat manusia, dalam setiap perilaku dan budi pekerti. Beliau adalah
aplikasi dari ajaran yang tertera dalam al-Quran. Budi pekerti dan perilaku
Rasul adalah yang paling mulia, Allah memuji beliau dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيم
Artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 04)
Salah satu anjuran Rasulullah bagi umat beliau adalah menyemarakkan 'Rumah-Rumah Allah', yakni Masjid. Menyemarakkan masjid berarti membangun masjid, atau meramaikannya dengan ibadah, majelis-majelis dzikir, atau majelis ta'lim.
Manfaat menyemarakkan masjid ini sangatlah besar, bahkan menyemarakkan masjid
termasuk identitas kesempurnaan iman seseorang. Dalam al-Quran Allah berfirman:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Artinya: "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka mereka golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah: 18).
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Artinya: "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka mereka golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah: 18).
Dalam
hal ini Rasulullah SAW pun bersabda:
مَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْـجَنَّةِ
Artinya: "Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, walaupun hanya seperti sangkar (susuh) burung Qothoh, niscaya Allah akan membangun untuknya istana di surga." (HR. Thobroni).
مَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْـجَنَّةِ
Artinya: "Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, walaupun hanya seperti sangkar (susuh) burung Qothoh, niscaya Allah akan membangun untuknya istana di surga." (HR. Thobroni).
Sabda Rasul di atas menunjuk pada artian bahwa menyemarakkan masjid dengan
turut andil dalam pembangunan masjid sangatlah besar pahala balasannya.
Menginfakkan sebagian harta untuk pembangunan masjid sangatlah agung pahalanya,
meskipun hanya sedikit infak yang berikan. Menyumbangkan semen, batu bata,
genteng, atau bahkan uang seribu rupiah untuk pembangunan masjid, bernilai
mulia di hadapan Allah SWT. Kelak ia akan menjelma menjadi istana yang megah di
taman surga, lengkap dengan fasilitas dan segala kemewahannya.
Ini semua berkat besarnya rahmat Allah yang maha pemurah, maha menjanjikan
balasan yang jauh lebih baik dan lebih agung. Allah berfirman:
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ الله غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Muzzammil: 20)
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ الله غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Muzzammil: 20)
Hal
ini tidak lain karena masjid merupakan tempat yang begitu mulia di sisi Allah.
Karena masjid merupakan bagian dari syiar agama Islam yang sangat dominan
peranannya. Ia menjadi tempat sakral untuk berbagai kegiatan ibadah dan
keagamaan. Turut andil dalam pembangunan masjid berarti turut serta menyediakan
fasilitas kegiatan ibadah untuk orang lain.
Inilah sebabnya, pahala membangun masjid sangatlah agung. Karena pahala setiap
orang yang beribadah di sana, akan menjadi pahala baginya pula. Pahala akan
terus mengalir, walau pemberi infak telah meninggal. Infak kepada masjid
termasuk salah satu amal yang tidak terputus pahalanya, sebagaimana disabdakan
Rasulullah dalam hadis yang sudah tidak asing lagi di telinga kita:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Ketika seorang manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, selain dari tiga perkara; yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Ketika seorang manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, selain dari tiga perkara; yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Namun
demikian, diterima atau tidaknya amal infak untuk masjid sangatlah tergantung
pada motif (niat) pemberi infak. Sebagaimana dalam sabda Rasul riwayat Imam
Thobroni di atas, dengan jelas tertera kata lillahi yang berarti pembangunan
masjid itu adalah ikhlas karena Allah, bukan karena motif yang lain. Bisa
dibilang, niat seseorang menjadi penentu diterima atau tidaknya pahala infak.
Oleh karenanya haruslah pandai-pandai menjaga hati dan perilaku dari hal-hal
yang bisa menghanguskan pahala ibadah. Agar tidak menjadi sia-sia belaka.
Beberapa pemusnah amal yang rentan menjangkit seseorang adalah riya`
(memamerkan amal), ujub (berbangga diri dengan amal yang dilakukan), dan
takabbur (sombong, merasa diri lebih utama dari pada orang lain). Beberapa hal
ini hendaknya diperhatikan dengan seksama, mengingat hal tersebut sangat mudah
merasuk ke dalam jiwa seseorang, bahkan nyaris tanpa terasa. Allah berfirman dalam al-Quran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 264).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 264).
Dalam
pada itu, kita juga harus ingat, bahwa masjid dibangun sebagai tempat ibadah
kepada Allah. Bukan hanya bermegah-megahan atau berlomba dalam keindahan desain
semata. Dapat kita lihat fenomena pada zaman ini, dimana masjid dan surau
berdiri tegak nan megah, berhiaskan ukiran dan desain yang mewah. Namun,
alangkah prihatin batin kita melihat kenyataan bahwa jamaah shalat fardlu di
masjid atau surau tersebut hanya segelintir orang saja, hanya satu shaf, itu saja
tidak penuh.
Mari kita ramaikan kembali 'Rumah-Rumah Allah', dengan shalat berjamaah dan
kegiatan majelis dzikir. Jadilah kita orang yang selalu menggantungkan hati
pada masjid, yang selalu rindu pada masjid. Niscaya kita tergolong salah satu
dari tujuh golongan yang kelak akan mendapat naungan Allah SWT. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW menyebutkan:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إمَامٌ عَادِلٌ ، وشابٌّ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya: "Tujuh orang kelak akan mendapat naungan dari Allah SWT, di hari tiada naungan selain dari-Nya. Pertama, pemimpin yang berlaku adil. Kedua, pemuda yang tumbuh dengan ketekunan ibadah. Ketiga, seseorang yang hatinya selalu digantungkan pada masjid. Keempat, dua orang insan yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah, dan berpisah pun karena Allah. Kelima, lelaki yang digoda oleh wanita yang berderajat lagi cantik, namun ia berkata; 'Aku takut kepada Allah'. Keenam, seseorang yang bersedekah, dan ia merahasiakannya, sampai tangan kiri tak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanan. Terakhir, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam kesunyian, hingga air matanya mengalir." (Muttafaq 'Alaih).
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إمَامٌ عَادِلٌ ، وشابٌّ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya: "Tujuh orang kelak akan mendapat naungan dari Allah SWT, di hari tiada naungan selain dari-Nya. Pertama, pemimpin yang berlaku adil. Kedua, pemuda yang tumbuh dengan ketekunan ibadah. Ketiga, seseorang yang hatinya selalu digantungkan pada masjid. Keempat, dua orang insan yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah, dan berpisah pun karena Allah. Kelima, lelaki yang digoda oleh wanita yang berderajat lagi cantik, namun ia berkata; 'Aku takut kepada Allah'. Keenam, seseorang yang bersedekah, dan ia merahasiakannya, sampai tangan kiri tak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanan. Terakhir, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam kesunyian, hingga air matanya mengalir." (Muttafaq 'Alaih).
Sungguh, menyemarakkan masjid dengan ibadah merupakan perniagaan akhirat yang sangat menguntungkan. Sejak kita berangkat dari rumah hingga kita kembali, semuanya mengandung nilai ibadah. Rasulullah bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى الْمَسْجِدِ كُتِبَتْ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا عَشْرُ حَسَنَاتٍ ، وَالْقَاعِدُ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ كَالْقَانِتِ ، وَيُكْتَبُ مِنَ الْمُصَلِّينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ
Artinya: "Barang siapa keluar dari rumahnya menuju masjid, maka ditulis baginya dengan setiap langkah kakinya, sepuluh kebaikan. Dan orang yang duduk di dalam masjid untuk menanti shalat sama halnya dengan orang yang tiada henti beribadah, ia akan dicatat sebagai orang yang tiada berhenti melakukan shalat hingga ia kembali ke rumahnya." (HR. Ahmad ibn Hanbal) .
Terakhir, semoga kita dianugrahi kekuatan untuk meneladai setiap jejak langkah Rasulullah SAW, serta bisa selalu beristiqamah. Allahumma aamiin.
KH. Ahmad Idris Marzuqi
Posting Komentar