Allah Yang
Maha Pemurah tidak pernah melarang hamba-Nya untuk berusaha mencari kenikmatan
dan kebahagiaan dunia. Bahkan untuk itu, disamping menyuruh kita berusaha,
Allah juga mengajarkan kita untuk senantiasa berdo’a memohon dan meminta
kepada-Nya, sebagaimana firman-NYA:
“Wahai Tuhan kami, berilah kepada kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa
neraka” (Q.S.Al-Baqarah: 201)
Juga dalam firman-Nya:
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi.”
(Q.S.Al-Qashash: 77 )
Akan tetapi
kita wajiblah waspada, sebab di balik kebahagiaan dan kesenangan duniawi
tersebut ada azab atau siksa yang secara tidak sadar ditimpakan Allah
kepada kita. Hal ini secara tegas Allah nyatakan dengan firman-NYA:
“Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki dengan memberikan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa
mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang
mereka dalam keadaan kafir.” (Q.S. At-Taubah: 55)
Ibnul Qayyim menyatakan, bahwa sesungguhnya para pemburu dan pencinta dunia itu
akan banyak sekali menanggung musibah. Dan 3 (tiga) di antaranya akan terus
menyiksa mereka sepanjang hidup, jika tidak menginsyafi kekeliruan yang
diperbuat.
Pertama:
Gelisah yang berkepanjangan.
Para pemburu
dan pencinta dunia akan selalu dilanda perasaan gelisah yang tak berkesudahan.
Hal ini disebabkan oleh perasaan khawatir dan cemas terhadap apa yang sudah
dimiliki, jangan-jangan semuanya itu akan hilang atau lepas dari genggamannya.
Kedua:
Kelelahan.
Siksa kedua
yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah penyakit kelelahan
yang berkepanjangan, karena tak pernah cukup istirahat akibat dari sikap yang
terus mengejar segala sesuatu yang menjadi ambisinya.
Ketiga:
Kerugian yang tak akan pernah berakhir.
Hal ini disebabkan oleh keadaan diri yang tidak
pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh. Setiap kali mendapatkan sesuatu,
maka ia ingin mendapatkan sesuatu yang lain. Bahkan tak sedikit yang
berangan-angan di luar batas kemampuannya. Sikap ini sangatlah dicela oleh
Rasulullah SAW, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari; Muslim; Tirmidzi
dan Imam Ahmad r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bahwa jika anak Adam telah mempunyai dua
lembah yang penuh berisi harta, maka pastilah ia menginginkan lembah yang
ketiga.”
Dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa pahitnya siksa
dunia yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah laksana
seorang pencinta yang rindu berat dengan kekasih idamannya. Akan tetapi semakin
kuat rindu dan berdekatan dirinya dengan sang kekasih; sang kekasih
malah menjauh dan meninggalkan dirinya.
Disamping itu, kalaupun ia berhasil menyunting
kekasihnya yang bernama “dunia”, ia akan tetap menderita dan tersiksa,
karena khawatir dunia yang sudah ditangannya akan terlepas lantaran kekasih
yang dicintainya itu juga menjadi dambaan banyak orang, sementara sang kekasih
juga memiliki sifat atau prilaku khianat yang luar biasa. Seseorang yang
berhasil memiliki dunia yang dicintainya, adakalanya juga harus tersiksa dan
menanggung malu atas cemoohan yang ditujukan kepadanya, lantaran ia berhasil
memiliki dunia bukan dengan cara-cara yang baik, yang dihalalkan oleh Allah
SWT.
Memiliki dan mendapatkan
dunia juga merupakan suatu “bahaya” besar bagi orang-orang yang beriman. Orang yang mendapatkan dunia yang dia cintai akan sangat rentan dan mudah
terkena penyakit diri dan hati seperti: kikir atau bakhil; suka mengumpat dan
mencela; mubazir dan orang yang sombong; yang kesemuanya itu dapat mendatangkan
murka dan azab Allah yang berkepanjangan; Baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Dan hal ini secara tegas di-ingatkan Allah SWT dengan firman-NYA:
“Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S. Ali Imran: 180)
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri. (yaitu) orang-orang yang kikir, dan
menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah
diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir
siksa yang menghinakan.” (Q.S. An-Nisaa’: 36-37)
Dan “yang
paling besar bahayanya dan yang sangat merugikan ” bagi pemburu dan pemilik
dunia adalah, dirinya menjadi lalai dan jauh dari Allah SWT sebagaimana yang
ditegaskan Allah SWT di dalam Al-Qur’an:
“Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah
orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Munafiqun: 9)
Oleh sebab
itu sudah selayaknyalah kita waspada terhadap harta benda yang dikaruniakan
Allah kepada kita. Sebab dibalik kenikmatan dan kesenangan dunia yang kita
cari, ada azab yang menanti. Wallahua’lam.
KH.Bachtiar Ahmad
Posting Komentar