Kemarilah
saudara-saudaraku, ambilah salah satu kunci untuk membuka pintu-pintu hati
kalian yang masih tertutup, agar engkau lebih bisa mematut diri di hadapan-Nya.
Jagalah gerak-gerik hatimu, sebab sungguh Dia Maha Teliti dalam
pengetahuan-Nya. Peganglah kunci ini, yang aku ambilkan dari perbendaharaan-Nya
untukmu.
Bahwasannya,
jika seorang anak dari hamba Allah yang masih kecil meninggal, maka Allah
bertanya pada para Malaikat-Nya, “Apakah kalian telah mencabut nyawa buah
hati hambaku?”
Para
Malaikat pun menjawab bahwa mereka telah melaksanakan apa yang
diperintahkan-Nya.
Allah
kemudian melanjutkan pertanyaan mengenai apa yang dilakukan hamba-Nya setelah
mengetahui anaknya meninggal dunia.
Lantas
malaikat menjawab, “Hamba-Mu memuji-Mu dan bersyukur kepada-Mu. Hamba-Mu
mengucap, Inna Lillahi Wa Ina Ilaihi Roji’un”.
Kemudian
Allah ta’Ala berfirman, “Kalian para malaikat, buatkanlah rumah di surga-Ku
untuk hamba-Ku. Namailah rumah itu Baitul Hamdi, rumah pepujian”.
Wahai
engkau teman seperjalananku, jadilah kalian semua hamba yang baik, yang bisa
menjaga adab di hadapan Zat Yang Maha Mulia. Bersabarlah terhadap ujian Allah.
Terimalah Takdir dan ketetapan-Nya dengan perasaan puas. Dan matilah sebagai
hamba yang berserah diri kepada Allah.
Ingatkah
kalian riwayat seorang Nabi? Ketika Allah menegurnya dengan keras dan hendak
melepas jubah kenabiannya jika nabi itu mengeluhkan sekali lagi saja cobaan
yang ia terima. Hingga sampai-sampai Allah menyuruhnya mencari tuhan selain
Dia. Sedang dia dan Allah tahu bahwa tiada tuhan selain-Nya. Jika seorang nabi
saja mendapatkan peringatan sedemikian kerasnya, bagaimana engkau tidak
khawatir akan adabmu di hadapan-Nya.
Untuk
itu kita semua layak merasa berhutang pada Wahab ibn Munabih, yang telah
menemukan empat wasiat dalam kitab Taurat sebagai bekal kita memperbaiki adab
di hadapan Yang Maha Berwibawa.
Ditulis
oleh Yusron Mudzaki, Pondok
Pesantren Roudlotul Fatihah, Kampung Santri, Kulon Gunung Sentono, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
Posting Komentar