Di mana pun dan kapan pun makhluk
yang bernama manusia pasti selalu diliputi cacat dan cela, penuh dengan
kesalahan,kekurangan dan bahkan kekurang ajaran, hanya para nabi dan para rosul
yang terbebas dari kemaksiatan, karena rahmat Allah. Mereka terhindar dari aib
dan cela yang menyebabkan dibenci dan dijahui oleh manusia umumnya.
الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن أنت ذامالنفسك لماتعلمه منها
"orang-orang
memujimu karena mereka menyangka adanya sifat-sifat terpuji dalam dirimu, maka
jadilah engkau orang yang mencela nufsumu karena keburukan-keburukan yang ada
padanya"
Di
mana pun dan kapan pun makhluk yang bernama manusia pasti selalu diliputi cacat
dan cela, penuh dengan kesalahan,kekurangan dan bahkan kekurang ajaran, hanya
para nabi dan para rosul yang terbebas dari kemaksiatan, karena rahmat Allah.
Mereka terhindar dari aib dan cela yang menyebabkan dibenci dan dijahui oleh manusia
umumnya.
Namun
sunnatullah telah menetapkan bahwa semua ‘aib dan cacat ini tersembunyi, tidak
diketahui kecuali oleh pemiliknya, seandainya setiap orang mengerti kesalahan
dan kekurangan teman-temannya niscaya akan terlepas tali persaudaraan yang mengikat
mereka, hubungan persahabatan akan terputus dan tergantikan oleh kebencian dan
kemuakan.
Sebaliknya,
kebaikan yang tampak pada diri seseorang di manapun dan sebesar apa pun akan
disebar luaskan oleh Allah. Di kalangan masyarakat layaknya bunga mekar yang
menimbulkan semerbak bau harum, seakan-akan kebaikan itu adalah perkara yang
luar biasa hingga menjadi nyaman merdu dalam pendengaran, menjadi buah bibir
yang manis dan lezat untuk dibicarakan dalam ketentuan Allah ini terdapat
sebuah hikmah agar dalam masyarakat selalu terpelihara faktor-faktor pendorong
cinta kasih, kebersamaan dan saling menghormati antara sesama manusia hingga
terbentuklah masyarakat yang harmonis dan dinamis.
Mari
kita coba memperhatikan sabda Rosulullah shallalahu ‘alaihi wasalam, berikut
ini.
إن الله حييّ ستّير يحب الحيأوالستر(رواه احمد وأبوداوود
والنسائ من حد يث يعلي بن أميه)
Artinya:
sesungguhnya Allah Swt. Adalah zat yang sangat pemalu lagi banyak
menutupi(kesalahan manusia) dan Allah Swt. Menyukai sifat Malu"(HR
Ahmad,Abu Dawud & nasa'I dari rawayat Ya'la bin Umayyah).
Berdasarkan
hadits dan keterangan di atas, maka dalam fikih terdapat sebuah ketetapan hukum
bahwa seseorang yang telah melakukan kemaksiatan atau kejahatan kemudian Allah
membiarkannya tetap tersembunyi, maka ia tidak boleh menceritakan kejahatan
tersebut kepada siapapun meskipun apa yang ia lakukan seharusnya mendapatkan
balasan berupa hukuman Hadd.
Dalam
riwayat shoheh yang lain kita juga bisa menemukan penjelasan bahwa rosulullah
shallahu ‘alaihi wasalam berpaling dari Ma'iz RA ketika ia mengakui maksiat
yang telah ia lakukan, ia menyakinkan Nabi, bahwa karena maksiat tersebut
seharusnya ia menerima hukuman Hadd, namun Rusul Berpaling darinya untuk kedua
kali, tiga, empat kalinya.
KH.
M.Wafi MZ. Lc. Msi
+ comments + 1 comments
JOIN NOW !!!
Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com
Posting Komentar