Pada
kasus wanita yang memakai celana, maka harus dilihat bentuk celananya terlebih
dahulu dengan rincian sebagai berikut:
Bila
celana tersebut model celana yang khusus/kebanyakan di pakai pada kalangan
wanita maka tidak terjadi tasyabbuh (penyerupaan) dengan laki-laki yang di
haramkan.
Bila
celana yang memang khusus di pakai untuk pria/kebanyakan pria maka berarti
terjadi tasyabbuh (penyerupaan) dengan laki-laki yang di haramkan.
Bila
bentuk celana tersebut masih sama umumnya dipakai oleh lelaki dan wanita juga
masih tidak di katakan tasyabbuh
(مسألة
: ي) : ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح
والتحفة والإمداد وشن الغارة ، وتبعه الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما
يختص بالآخر ، أو يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه.
Batasan
penyerupaan yang di haramkan pada kasus penyerupaan orang laki-laki pada
perempuan dan sebaliknya adalah apa yang diterangkan oleh Ulama Fiqh dalam
kitab Fath aljawaad, Tuhfah, Imdaad dan kitab syun alghooroh. Imam Romli juga
mengikutinya dalam kitab Annihaayah, Batasannya adalah:
"bila salah satu
dari lelaki atau wanita tersebut berhias memakai barang yang dikhususkan untuk
lainnya atau pakaian yang jamak di gunakan pada tempat tinggal lelaki dan
wanita tersebut".
Macam-macam
unsur tasyabbuh (penyerupaan wanita pada pria dan sebaliknya)
وَأَمَّا بِالْكَسْرِ فَالْمُتَكَسِّرُ الْمُتَلَيِّنُ فِي أَعْضَائِهِ وَكَلاَمِهِ وَخَلْقِهِ . وَيُفْهَمُ مِنَ الْقَلْيُوبِيِّ أَنَّهُ لاَ فَرْقَ بَيْنَ الْفَتْحِ وَالْكَسْرِ فِي الْمَعْنَى ، فَهُوَ عِنْدَهُ الْمُتَشَبِّهُ بِحَرَكَاتِ النِّسَاءِ فِي اللِّبَاسِ وَالزِّينَةِ الَّتِي تَخْتَصُّ بِالنِّسَاءِ ، وَكَذَلِكَ فِي الْكَلاَمِ وَالْمَشْيِ ، لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَال : لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَال وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ (1) وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى : لَعَنَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَال بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَال (2) قَال ابْنُ حَجَرٍ فِي الْفَتْحِ : وَالنَّهْيُ مُخْتَصٌّ بِمَنْ تَعَمَّدَ ذَلِكَ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ أَصْل خِلْقَتِهِ ، فَإِنَّمَا يُؤْمَرُ بِتَكَلُّفِ تَرْكِهِ وَالإِْدْمَانِ (3) عَلَى ذَلِكَ بِالتَّدْرِيجِ ، فَإِنْ لَمْ يَفْعَل وَتَمَادَى دَخَلَهُ الذَّمُّ ، وَلاَ سِيَّمَا إِذَا بَدَا مِنْهُ مَا يَدُل عَلَى الرِّضَا بِهِ
Dalam gaya, Bertingkah laku seperti wanita. Maksud bertingkah laku seperti wanita adalah menyerupai wanita dalam gaya, berbicara, cara berjalan, pakaian, perhiasan yang umumnya di lakukan/di pakai oleh wanita, pelarangan ini bertendensi pada hadits riwayat Ibnu Abbas RA yaitu ”Nabi Muhammad SAW melaknat orang laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita dan para wanita yang bertingkah laku seperti pria” (HR. Bukhori).
وَأَمَّا بِالْكَسْرِ فَالْمُتَكَسِّرُ الْمُتَلَيِّنُ فِي أَعْضَائِهِ وَكَلاَمِهِ وَخَلْقِهِ . وَيُفْهَمُ مِنَ الْقَلْيُوبِيِّ أَنَّهُ لاَ فَرْقَ بَيْنَ الْفَتْحِ وَالْكَسْرِ فِي الْمَعْنَى ، فَهُوَ عِنْدَهُ الْمُتَشَبِّهُ بِحَرَكَاتِ النِّسَاءِ فِي اللِّبَاسِ وَالزِّينَةِ الَّتِي تَخْتَصُّ بِالنِّسَاءِ ، وَكَذَلِكَ فِي الْكَلاَمِ وَالْمَشْيِ ، لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَال : لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَال وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ (1) وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى : لَعَنَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَال بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَال (2) قَال ابْنُ حَجَرٍ فِي الْفَتْحِ : وَالنَّهْيُ مُخْتَصٌّ بِمَنْ تَعَمَّدَ ذَلِكَ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ أَصْل خِلْقَتِهِ ، فَإِنَّمَا يُؤْمَرُ بِتَكَلُّفِ تَرْكِهِ وَالإِْدْمَانِ (3) عَلَى ذَلِكَ بِالتَّدْرِيجِ ، فَإِنْ لَمْ يَفْعَل وَتَمَادَى دَخَلَهُ الذَّمُّ ، وَلاَ سِيَّمَا إِذَا بَدَا مِنْهُ مَا يَدُل عَلَى الرِّضَا بِهِ
Dalam gaya, Bertingkah laku seperti wanita. Maksud bertingkah laku seperti wanita adalah menyerupai wanita dalam gaya, berbicara, cara berjalan, pakaian, perhiasan yang umumnya di lakukan/di pakai oleh wanita, pelarangan ini bertendensi pada hadits riwayat Ibnu Abbas RA yaitu ”Nabi Muhammad SAW melaknat orang laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita dan para wanita yang bertingkah laku seperti pria” (HR. Bukhori).
Dalam riwayat lain ”Nabi
Muhammad SAW melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita
yang menyerupai pria” (HR. Bukhori).
Imam Ibnu Hajar berkata dalam
kitab Fath Albaari “Larangan ini berlaku bagi orang yang sengaja bertingkah
laku semacam itu, sedang bagi orang yang memang dari penciptaannya memang
demikian maka tuntutan kewajibannya adalah merobah sedikit demi sedikit, bila
orang tersebut tidak mau berusaha merubahnya dengan pelan-pelan apalagi
terkesan dalam dirinya tumbuh rela dengan keberadaannya maka dirinya berdosa (Mausuu’ah
alFiqhiyyah alKuwaitiyyah XI/63).
Dalam Pakaian dan perhiasan Sama
dalam keterangan di atas
(مسألة : ي) : ضابط التشبه المحرم من
تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والإمداد وشن الغارة ، وتبعه
الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما يختص بالآخر ، أو يغلب اختصاصه به في ذلك
المحل الذي هما فيه.
Batasan penyerupaan yang di
haramkan pada kasus penyerupaan orang laki-laki pada perempuan dan sebaliknya
adalah apa yang diterangkan oleh Ulama Fiqh dalam kitab Fath aljawaad, Tuhfah,
Imdaad dan kitab syun alghooroh. Imam Romli juga mengikutinya dalam kitab
Annihaayah, Batasannya adalah
"bila salah satu dari lelaki atau wanita
tersebut berhias memakai barang yang dikhususkan untuk lainnya atau pakaian
yang jamak di gunakan pada tempat tinggal lelaki dan wanita tersebut".
(Bughyah Almustarsyidiin 604).
Yang menjadi pertimbangan dalam
masalah bisa di katakan pakaian/perhiasan itu tasyabbuh atau tidak adalah kebiasaan
tempat dimana ia berdomisili bukan di tempat lain.
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/doc/210337038989112/ oleh Ust. Masaji Antoro
Posting Komentar