Ali
Bin Abi Thalib pernah berkata, Nabi Muhammad SAW berkata pada para sahabat
ketika Ramadhan akan tiba. "Sesungguhnya telah datang kepada kalian
"Bulan Allah" yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah, yaitu bulan
yang di sisi Allah lebih mulia dari bulan-bulan lainnya. Hari-harinya pun lebih
utama dari pada hari-hari (di bulan) lainnya. Malam-malamnya lebih mulia dari
malam-malam biasa. Detik-detiknya pun lebih utama dari detik-detik di bulan
lainnya.”
Nabi pun mengibaratkan Ramadhan laksana sajian atau jamuan ilahi. Dan, umat Islam adalah tamu istimewa yang akan menyantap sajian itu. Ketika itu, nafas orang berpuasa ibarat tasbih, tidurnya laksana ibadah, doa-doa yang dipanjatkan akan terkabul. Subhanallah, betapa agungnya bulan Ramadhan.
Andai seluruh bulan adalah Ramadhan, betapa banyaknya pahala yang dapat. Karena itu, tak heran jika nabi Muhammad bersabda: “Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentu mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan Ramadhan.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Tidak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam hadist yang diriwayatkan Nasa’i dan Baihaki. “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu, maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaikan).”
Hadist ini, oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali dijadikan dalil untuk memberikan ucapan selamat datang Ramadhan yang biasa dilakukan umat Islam. Ia mengatakan, tak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak bergembira dengan datangnya bulan suci. Pasalnya, di bulan ini, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan dibelenggu, dan disediakannya malam lailatul qadr.
Tidak dipungkiri lagi, bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Karena itu, momen itu sangatlah berharga. Terlebih, Allah SWT masih memberi kesempatan umur untuk bersua lagi dengannya. Sebab, ada banyak orang lain, yang dulu berjumpa, tapi kini telah pergi. Karena itu, mari kita siapkan diri kita, baik hati dan fisik untuk menyongsong datangnya tamu Allah itu.
Sejak sekarang, memperbanyak amal saleh dan menjauhi larangannya. Jangan sampai, bulan itu datang, tapi diri kita penuh noda dan dosa. Akan lebih eloknya, jika ia datang, kita sambut dengan penuh suka cita dan bersih dari segala dosa. Sehingga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan khidmat. Insya Allah. Aamiin.
Nabi pun mengibaratkan Ramadhan laksana sajian atau jamuan ilahi. Dan, umat Islam adalah tamu istimewa yang akan menyantap sajian itu. Ketika itu, nafas orang berpuasa ibarat tasbih, tidurnya laksana ibadah, doa-doa yang dipanjatkan akan terkabul. Subhanallah, betapa agungnya bulan Ramadhan.
Andai seluruh bulan adalah Ramadhan, betapa banyaknya pahala yang dapat. Karena itu, tak heran jika nabi Muhammad bersabda: “Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentu mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan Ramadhan.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Tidak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam hadist yang diriwayatkan Nasa’i dan Baihaki. “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu, maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaikan).”
Hadist ini, oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali dijadikan dalil untuk memberikan ucapan selamat datang Ramadhan yang biasa dilakukan umat Islam. Ia mengatakan, tak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak bergembira dengan datangnya bulan suci. Pasalnya, di bulan ini, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan dibelenggu, dan disediakannya malam lailatul qadr.
Tidak dipungkiri lagi, bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Karena itu, momen itu sangatlah berharga. Terlebih, Allah SWT masih memberi kesempatan umur untuk bersua lagi dengannya. Sebab, ada banyak orang lain, yang dulu berjumpa, tapi kini telah pergi. Karena itu, mari kita siapkan diri kita, baik hati dan fisik untuk menyongsong datangnya tamu Allah itu.
Sejak sekarang, memperbanyak amal saleh dan menjauhi larangannya. Jangan sampai, bulan itu datang, tapi diri kita penuh noda dan dosa. Akan lebih eloknya, jika ia datang, kita sambut dengan penuh suka cita dan bersih dari segala dosa. Sehingga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan khidmat. Insya Allah. Aamiin.
Ans Hidayatullah
Posting Komentar