Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Pondok (Mertua) Indah

Pondok (Mertua) Indah

Kali ini, saya ingin mengajak Anda para istri, sama-sama mengingat bahwasamya kehidupan ini adalah ajang kesempatan untuk meraih kenikmatan yang berkelan­jutan dan arena pengujian Allah SWT ter­hadap hamba-hamba-Nya. Perhatikan­lah, setiap kita, laki-laki dan perempuan, mendapatkan ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dari segi keuangannya, ada yang dari segi kesehatannya, ada yang dari segi keluarganya, dan ada pula yang dari segi interaksi dan komunikasi­nya dengan sesama.


Allah SWT berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘Kami telah beriman’ sedang mereka ti­dak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebe­lum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” – QS Al-‘Ankabut: 2-3.
 

“Dan sesungguhnya Kami benar-be­nar akan menguji kalian agar Kami me­ngetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik-buruknya) hal-ihwal kali­an.” – QS  Muhammad: 31.



Dan Rasulullah SAW bersabda:, “Yang mengalami ujian terberatnya adalah para nabi AS, lalu orang-orang shalih, lalu orang-orang yang mengikuti jejak-jejak mereka.” – HR Al-Bukhari.
 

Para nabi dan kaum shalihin ternyata  justru yang terberat ujiannya dibanding kita. Jadi, Ibu Anisah, saya sarankan, bersabarlah. Anggaplah ini sebuah ujian yang akan berbuah manis di suatu saat nanti.


Suami Anda adalah seorang suami yang shalih, yang sangat memahami bah­wa keridhaan Allah terletak pada ridha kedua orangtua, terutama ibu. Agama memerintahkan kita untuk menjunjung ting­gi kemuliaan dan keridhaan seorang ibu, karena di situlah terletak keridhaan Allah SWT. Sepatutnyanya Anda bang­ga mempunyai seorang suami yang se­perti itu. Semoga anak ibu kelak akan se­perti ayahnya dan saya sangat tidak ber­harap Anda menjadi penghalang bagi suami Anda untuk berbakti kepada ibu­nya. 

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mengutamakan istri­nya dari ibunya sendiri, atasnya laknat Allah SWT, laknat para malaikat-Nya, dan laknat seluruh umat manusia. Allah SWT tak ‘kan menerima segala amalnya, baik yang fardhu maupun sunnah, hingga ia ber­taubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada ibunya dan men­cari ridhanya. Maka sesungguhnya ridha Allah ada pada ridhanya, dan mur­ka-Nya ada pada murkanya.” – HR Ath-Thabari.
 

Dalam hadist lainnya, Nabi SAW ber­sabda, “Akan datang suatu zaman pada umat­ku ketika kebinasaan seseorang akan disebabkan oleh istrinya sendiri” – HR Al-Khithabi.
 

Saya tentu tidak berharap suami Anda menjadi binasa dalam pandangan agama sebagaimana saya pun tak ber­harap Anda termasuk yang disebutkan oleh Nabi dalam hadist tersebut. Wal ‘iyadzu billah.


Sedangkan istilah “anak mama” untuk suami anda, he­mat saya, itu adalah istilah yang secara harfiah tepat tapi bertendensi men­jerumuskan orang ke dalam dosa. Se­akan, seseorang yang patuh pada orang­tua adalah orang yang tak berpendirian. Istilah itu tidak ada dalam agama kita dan tidak disebutkan dalam kitab-kitab para ulama kita.


Memang benar, seorang ibu mertua mempunyai hak terhadap me­nantunya, sebagaimana hak seorang ibu terhadap anaknya, dan hal itu berdasar­kan hadits Nabi SAW, “Ayah kalian ada tiga orang, yaitu ayah kamu yang mela­hir­kanmu, ayah kamu yang mengajarimu (gurumu), serta ayah mertuamu, yang kamu menikah dengan anaknya.”


Para ulama mengkiaskan hadits ter­sebut, sehingga ibu kita pun ada tiga: ibu kandung kita, ibu guru kita, dan ibu mer­tua kita. Maka berbuat kebaikan kepada mereka disamaratakan dalam balasan­nya. Begitu pula sebaliknya, berbuat ke­burukan kepada mereka akan menye­babkan kita dikategorikan sebagai anak yang durhaka.


Adalah dosa besar jika Anda meminta ce­rai kepada suami tanpa sebab yang di­pandang boleh dalam kacamata agama, berdasarkan hadits Nabi SAW, “Wanita mana pun yang meminta sua­minya untuk diceraikan tanpa alasan yang diperbolehkan dalam agama, surga diharamkan baginya.” – HR At-Tirmidzi. 
 

Jadi, saran saya untuk Anda, bersa­barlah  menghadapi ini semua. Selama hak-hak Anda dan anak Anda dilak­sana­kan dengan baik oleh suami Anda, serah­kanlah semuanya kepada Yang Maha­kuasa. Agama kita memerintahkan agar kita melaksanakan semua hak orang atas kita dan tidak memerintahkan kita untuk menuntut hak kita dari semua orang.


Allah SWT Maha Melihat dan Maha Mengetahui segalanya, termasuk yang sedang Anda alami dan rasakan. Tidak mungkin ada perbuatan tanpa ada gan­jaran dari Allah SWT. Kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan. Begitu pula sebaliknya, keburukan akan dibalas dengan keburukan.


Semoga kita semua digolongkan ke dalam hamba-hamba-Nya yang menda­patkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan dihindarkan dari balasan keburukan. Amin ya Rabbal ‘alamin...







Habib Segaf bin Hasan Baharun, M.H.I, Pengasuh Pondok Puteri Pesantren Darul Lughah wad Da’wah, Bangil, Jawa Timur
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger