Pertama tidak ada seorang pun yang dapat
memberi syafa’at kecuali dengan izin Allah.
Contohnya makhluk yang paling mulia dan
penutup para Nabi yaitu Rasulallah saw, disaat ingin memberi syafaat kepada
umatnya yang sedang mengalami kesulitan di padang mahsyar pada hari kiamat,
beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di hadapan Allah, beliau memohon
kepada-Nya.
Beliau tidak lepas dari sujudnya sampai
dikatakan pada beliau, “Angkatlah kepalamu. Mintalah pasti engkau akan didengar. Berilah
syafa’at pasti akan dikabulkan“.
Kedua betapa mulianya kedudukan Rasulallah
saw di sisi Allah
Atas hal tersebut tidak ada satu nabi pun yang mampu memberi syafa’at kepada
manusia di padang Mahsyar kecuali Nabi saw. Itulah bukti nyata kecintaan Allah
kepada Nabi saw, cinta yang tidak berkesudahan. Dari kecintaan-Nya kepada
beliau, apa yang dipintanya dikabulkan.
Ketiga, hadits di atas bisa pula dijadikan
bukti nyata akan kecintaan sejati Nabi saw terhadap umatnya.
Cinta sejati beliau terhadap umatnya dibawa
sampai ke padang Mahsyar, ketika manusia dalam keadaan sangat gawat.
Ketika manusia dimintai pertanggung jawaban
atas semua perbuatannya, ketika para nabi menolak dimintai syafa’at
(pertolongan) oleh umatnya. di saat itulah Rasulullah saw justru tidak
meninggalkan ummatnya.
Beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di
hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya. Allah berkata, ”Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan
dikabulkan”. Lalu beliau mengangkat kepalanya dan tidak ada yang dikatakan Nabi
saw kecuali, ”Ya Allah , umati, umati”.
Facebook Ahbaabul Musthofa Surabaya
Posting Komentar