Orang yang makan, minum atau
melakukan aktivitas dengan tangan kirinya berkesan orang yang tidak sopan dan
jorok, sebab secara umum, tangan kiri kita gunakan untuk –maaf- mencebok sisa
kotoran dipantat. Lalu secara psikologis, apakah kita mau makan makanan yang
bersih dan sehat dengan tangan yang biasa memegang kotoran ?
Lalu bayangkan kita menguap
lebar-lebar sambil bersuara “hhaaaahhh...” ditengah orang banyak atau didekat
orang yang anda sayangi ataupun malah didalam suatu rapat, apa kesan
orang-orang tersebut kepada kita ? Selain itu jika saat kita menguap lebar
itupun akan memungkinkan virus-virus tertentu yang ada diudara masuk melalui
mulut.
Perintah Nabi untuk menutup
tempat-tempat air yang terbuka, mematikan lampu dan menutup pintu tidak lain
agar makanan dan minuman kita bersih dari penyakit yang berbahaya seperti
jentik nyamuk demam berdarah atau jilatan binatang sejenis kucing, tikus dan
sebagainya.
Mematikan lampu sebelum tidur adalah
langkah efisiensi atau penghematan sekaligus mencegah terjadinya arus pendek
yang bisa mengakibatkan kebakaran apalagi pada masa lalu orang menggunakan
lampu teplok dan lilin untuk penerangan sehingga tidak menutup kemunginan lampu
teplok itu jatuh kelantai dan mengenai kain sehingga terjadi kebakaran.
Dan larangan kencing di lubang
menurut saya agar tidak timbul penyakit maupun aroma tak sedap dari lobang
bekas kencing, ini tentu saja pengecualian bagi lobang WC yang bisa disiram
sehingga tidak menimbulkan bau dan penyakit sebagaimana pernah diungkapkan oleh
Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manarnya bahwa makhluk-makhluk hidup yang halus
yang dikenal orang sekarang dengan perantaraan mikroskop dan diberi nama
mikroba ada kemungkinan juga termasuk jenis Jin jahat (setan) yang menjadi
penyebab dari berbagai macam penyakit. (Syaikh
Muhammad al-Ghazali, Studi Kritis atas Hadis Nabi Saw : Antara pemahaman
tekstual dan kontekstual dengan pengantar : Dr. M. Quraish Shihab, Terj.
Muhammad al-Baqir, Penerbit Mizan, 1993, hal. 125)
Menutup pintu tidak lain agar rumah
kita tidak dimasuki setan manusia berupa maling, rampok atau sejenisnya yang
dapat merugikan kita sendiri. Sementara larangan Nabi agar tidak melepaskan
ternak dan anak-anak diwaktu matahari tenggelam hingga pagi hari tidak lain
untuk menghindarkan kita dari ulah penculik anak dan maling binatang.
Kesimpulan akhir adalah setan itu
merupakan segala sesuatu yang bersifat jahat yang bisa menjerumuskan seseorang
dalam suatu bahaya, baik bahaya didunia maupun bahaya diakhirat. Setan bisa
berupa hawa nafsu negatif yang merangsang seseorang untuk berlaku jahat dan
menyimpang dari kebenaran. Setan juga bisa menimbulkan penyakit tertentu dan
setan juga bisa berwujud Jin yang jahat.
Jadi, jika ada manusia yang selalu
melakukan kejahatan, kebiadaban atau kenistaan maka dia adalah setan berwujud
manusia, demikian pula bila ada Jin yang berlaku sama seperti itu maka dia
adalah setan berwujud Jin.
Sebagai tambahan penutup, dalam
al-Qur’an Allah tidak pernah menyinggung asal penciptaan setan, namun Allah
telah menyinggung asal penciptaan Jin dan Manusia didalam banyak ayatnya,
sementara asal penciptaan Malaikat disinggung oleh Nabi dalam sebuah Hadisnya.
Sesungguhnya, orang-orang yang
bertaqwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat Allah, maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (Qs. 7 al-a’raf : 201)
Jika setan mengganggumu, maka
mohonlah perlindungan kepada ALLAH, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui (Qs. 41 fushilat : 36).
Ust. Hakam El Chudri
Posting Komentar