Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Ingat !! Angka Bukan Tujuan Pendidikan

Ingat !! Angka Bukan Tujuan Pendidikan

Banyak anggapan yang oleh pelajar dianggap sangat penting, tetapi hal itu justru bukan hal yang paling penting. Salah satunya “simbol” nilai mata pelajaran yang biasa ditulis dengan angka. Semakin tinggi angka yang diraih, semakin dianggap berhasil dalam pelajaran. Benarkah demikian?

Menurut Yesmil Anwar, Dosen Universitas Padjadjaran (Unpad), nilai “angka” bukanlah merupakan tujuan utama, tetapi hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan. Nilai bukan tujuan pendidikan. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan dari ketidaktahuan.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang, tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan berbangsa. Dari sini dapat diketahui bahwa nilai bukanlah merupakan tujuan akhir, tetapi hanya sebagai sarana untuk meraih tujuan pendidikan tersebut.

Akan tetapi, justru para pelajar banyak yang berlomba-lomba untuk mencapai nilai tertinggi dengan memakai segala usaha yang negatif, misalnya menyontek (cheating). Kok bisa? Menyontek selalu hadir menyertai kegiatan ujian atau tes dalam pendidikan. Menyontek merupakan bahaya laten dalam dunia pendidikan. Cheating dapat menjadi tumor ganas yang akan menghabiskan moralitas generasi muda Indonesia. Cheating tak lain merupakan soft problem yang mengakar pada civitas akademika yang luput dari perhatian banyak praktisi pendidikan kita.

Anehnya perbuatan contek menyontek di kalangan pelajar sampai saat ini masih saja terus ada. Tidak pernah terdengar ada sanksi, skorsing, pengurangan nilai atau pembatalan kenaikan kelas bagi pelajar yang ketahuan menyontek dalam ulangan. Praktis saja, acara contek menyontek terus merajalela. Tidak pernah ada dalam rapat orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, dan pembina pendidikan membicarakan masalah contek-menyontek. Sekolah seakan menutup diri, seolah-olah semua siswa-siswinya bersih dari praktek “pembodohan” menyontek ini. Apakah dikira contek-menyontek bukan persoalan serius?

Belum lagi terkait dengan sistem penilaian guru yang terkadang sangat subyektif. Banyak guru yang hanya menilai jawaban siswa yang tertulis dalam tes saja, tanpa melihat proses bagaimana ia mendapatkan nilai, tanpa melihat potensi dan nilai keseharian siswa tersebut. Sehingga terkadang menimbulkan kerugiaan tidak hanya pada siswa yang pintar tetapi juga pada siswa yang malas. Bila jawaban siswa rata-rata sama, karena hasil menyontek, tentu saja ini merugikan.

Jika persoalan ini terus dibiarkan,  maka dunia pendidikan tidak akan maju, malahan menciptakan manusia yang tidak jujur, malas, dan cenderung mencari jalan pintas dalam segala sesuatu dan akhirnya menjadi manusia yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

Dengan apik, Yesmil Anwar menggambarkan bahwa menyontek telanjur dianggap sepele oleh masyarakat, padahal bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia. 

Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor. Sekali saja jarum itu rusak, mesin motor pun mati. Jika masalah mencontek ini masih saja dianggap sepele oleh semua orang, tidak ada respon dan tanggapan, dunia pendidikan pesimis akan maju. 

Budaya cheating/ nyontek, akan melahirkan generasi-generasi muda yang tidak tahan uji, generasi-generasi prematur yang menginginkan segalanya dengan instan tanpa harus merasakan arti sebuah perjuangan. Kreatifitas siswa akan hilang, yang tumbuh mungkin hanya orang-orang yang tidak jujur. Alhasil, penyakit cheating/ nyontek harus segera dibasmi sekarang juga agar dampaknya tidak bertambah besar lagi.



Oryza Rizqullah (Santri di Ma'had Qudsiyyah Kudus)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger