Dari Habib Ahmad bin Novel bin Jindan :“Bulan Rajab adalah dimana kita menanam, bulan Sya’ban
dimana kita mengairi, dan bulan Ramadhan dimana kita memetik”
Dari Nabi SAW bersabda: “Barang siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan
Sya’ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya’ban serta tiga hari diakhir bulan
Sya’ban, maka Allah ta’aalaa mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi,
dan seperti orang yang beribadah kepada Allah ta’aalaa selama tujuh puluh tahun
dan apabila dia mati ditahun itu maka dia sebagai orang yang mati syahid”.
Dari Nabi SAW bersabda :“Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa
kepada Allah dan bertaat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan
ma’syiyat/durhaka, maka Allah ta’aalaa mengampuni semua disanya dan
menyelamatkannya didalam satu tahun itu dari segala macam bencana dan dari
bermacam-macam penyakit”. (Zubdatul Waa’izdiina).
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az-Zaahidiy bahwa
dia berkata : “Kawan saya Abu Hafshin Al-Kabir telah meninggal dunia, maka saya
juga menyalati jenazahnya. dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan
bulan.
Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya. Ketika saya
tidur dimalam hari saya bermimpi melihatnya dia sudah berobah mukanya menjadi
pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian saya
berkata/bertanya kepadanya : “Subhaanallaahi / Maha Suci Allah, mengapa engkau
tidak membalas salam saya?”.
Dia menjawab : “Membalas salam adalah ibadah, sedang kami
sekalian telah terputus dari ibadah”.
Kata saya : “Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal
sungguh engkau dahulu berwajah bagus?”.
Dia menjawab : “Ketika saya dibaringkan didalam kubur,
telah datang satu Malaikat dan duduk disebelah kepala saya seraya berkata :
“Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan
saya yang jahat bahkan diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan
saya terbakar”.
Kuburpun berkata kepada saya : “Apakah engkau tidak malu
kepada Tuhanku?”. Kemudian kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat
sekali sehingga tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi
tulangkupun menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama
bulan Sya’ban”.
Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya : “Hai
Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya
dia pernah menghidupkan/mengagungkan satu malam dari bulan Sya’ban selama
hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan Sya’ban”.
Maka Allah ta’aalaa menghapuskan siksa dari padaku dengan
sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan berpuasa
satu hari dibulan Sya’ban; kemudian Dia Allah ta’aalaa memberi kegembiraan
kepada saya dengan sorga dan kasih sayangNya”.
Dari Nabi SAW bersabda :“Barang siapa yang menghidupkan malam dua hari raya (Idul
Fitri dan Idul Adh-ha) dan setengah dari bulan Sya’ban, maka hatinya tidak akan
mati disaat semua hati sama mati”. (Zahratur Riyaadhi)
Dari ‘Aisyah ra., ia berkata : “Tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dari suatu bulan yang
lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh beliau berpuasa penuh pada bulan
Sya’ban”. Dan didalam riwayat yang lain dikatakan : “Beliau berpuasa pada bulan
Sya’ban, kecuali sedikit (beberapa hari saja beliau tidak berpuasa)”.
(HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW ditanya tentang : “Wahai Rasulullah, kami
belum pernah melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain, seperti engkau
berpuasa pada bulan Sya’ban”. Rasul SAW bersabda : “Itulah bulan yang dilupakan
oleh manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan dimana amal-amal manusia
dilaporkan kepada penguasa alam semesta. Maka aku lebih suka bila amalku
dilaporkan sementara aku sedang berpuasa”. (HR.Ahmad)
Diriwayatkan dari ‘Atha-i bin Yasari Ra. bahwa dia berkata
: “Tidak ada satu malam sesudah malam Qadar (Lailatil Qadar) yang lebih utama
kecuali dari malam setengah bulan Sya’ban”.
Wahai Saudara-saudariku jadikanlah dibulan Sya’ban ini kita
banyak-banyak berpuasa dan beramal shaleh menghidupkan sunah Nabi SAW serta
memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, agar kita diridhai oleh Allah
Swt. dan mendapat safa’at dari Rasulallah SAW, serta tidak menjadi orang yang
merugi diakhirat nanti karena mengetahui keutamaan bulan Sya’ban dan
pahala/ganjaran dari shalawat kepada Nabi SAW karena “siapa yang cinta pada sesuatu
hal maka ia akan sering menyebut-nyebutnya”.
M. Syafi’i
Posting Komentar