“وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةْ
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka dalam keadaan kesusahan’” (Al-Hasyr 9)
Artinya, orang-orang Anshar mengutamakan orang-orang Muhajirin atas mereka sendiri untuk memurnikan dari apa yang mereka keluarkan.
Ibnu Abas RA. Menuturkan sabda َسُوْلُ اللّه SAW yang mengatakan :
اِنَّمَا يَكْفِى أَحَدُكُمْ مَاقَنَعَتْ بِهِ نَفْسُهُ وَإِنَّمَا يَصِيْرُ إِلَى أَرْبَعَةِ أَذْرَعٍ وَشِبْرٍ وَإِنَّمَايَرْجِعُ إِلَى آخِرِهِ
“Sesungguhnya seseorang dari kalian mencukupkan dengan apa yang menjadi kepuasan nafsunya, sampai menjadi empat hasta dan satu jengkal serta segala perkara kembali pada kesudahannya (akhirnya).”
Syaikh Abu Ali Ad-Daqaaq mengatakan, ”Sesungguhnya makna kemerdekaan/ kebebasan dibatasi dalam ketiadaan seorang hamba dibawah pengaruh perbudakan makhluk, tidak dikendalikan penguasa yang mengatur alam (para raja atau presiden) dan tanda sahnya kemerdekaan dibuktikan dengan kegugurnya sifat yang membedakan dari hatinya diantara hal-hal (yang menjadi pilihannya). Bagaimana semua posisi yang menghadangnya adalah sama”.
Haritsah RA pernah mengatakan pada َسُوْلُ اللّه SAW, “Jiwaku zuhud dari dunia. Bagiku tidak ada bedanya antara batu dan emas”.
Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, “Barang siapa menghinakan dunia, maka dia bebas darinya, dan jika berpindah menuju kampung akhirat maka dia juga bebas darinya”. Beliau juga mengatakan bahwa orang yang bebas dari dunia maka akhirat kelak juga bebas darinya”.
Syaikh Abu Ali Ad-Daqaaq mengatakan, “Ketahuilah bahwa hakikat kemerdekaan terletak dalam kesempurnaan penghambaan. Jika penghambaannya benar untuk اللّه, maka kemerdekaannya bersih dari perbudakan sesuatu yang berubah. Adapun orang yang berangan-angan bahwa dirinya dipasrahkan hanya kepada-Nya dengan melepaskan semua waktu untuk ibadah dan menyatukannya dengan lrikan-Nya dari batasan amar makruf nahi munkar maka dia termasuk orang yang mengerti dalam membedakan beban-beban hukum. Demikian itu menjadikannya terlepas dari dua dunia”.
Risalah Al Qusairiyah
Posting Komentar