Setiap
kali datang Idul Adha, maka yang banyak dibicarakan serta dikisahkan kembali
adalah: Bagaimana keteladanan Nabiyallah Ibrahim a.s dan putranya Ismail a.s
dalam melaksanakan perintah “kurban” yang mereka terima dari Allah SWT,
yang menjadi titik awal dari pelaksanaan “ibadah kurban” yang dilakukan
oleh segenap kaum muslimin setiap kali datang bulan Dzulhijjah.
Entah lupa
atau sengaja dilupakan, banyak di antara kita yang nyaris bahkan tak pernah
sama sekali membicarakan peranan Hajar (lebih populer dengan sebutan Hajar),
yakni ibundanya Ismail a.s yang notabene juga isteri “khalilullah” Ibrahim
a.s dalam peristiwa “kurban” tersebut. Padahal “tidak bisa tidak”
(tentunya dengan kehendak Allah SWT), sebagaimana yang banyak diriwayatkan,
maka peranan Hajar dalam
rangka menopang dan memperkokoh kecintaan dan keta’atan “suaminya” Ibrahim a.s
kepada Allah SWT sungguh tiada ternilai besarnya. Dalam hal ini “seandainya”
Hajar menolak
dan tidak membiarkan Ismail dibawa Ibrahim; atau
terpengaruh oleh hasutan “Iblis laknatullah”, maka jelas kisah “kurban” yang
kita kenal selama ini akan menjadi lain jalan ceritanya.
Menurut
riwayat “Hajar” adalah
puteri dari salah seorang Raja Maroko, keturunan dari nabi Shaleh a.s.
yang mati dibunuh oleh Fir’aun yang bernama Dzu al Arsy.
Selanjutnya Hajar ditawan sebagai budak dan diberikan wewenang untuk mengatur
rumah tangga Fir’aun.
Hajar
dihadiahkan oleh Fira’un kepada Ibrahim a.s dan Sarah ketika mereka pindah ke
Mesir, yang kemudian dibawa serta kembali ke Palestina, setelah Ibrahim a.s dan
Sarah diusir oleh Fir’aun dari Mesir karena beranggapan Ibrahim a.s dan Sarah
adalah pasangan “Tukang Sihir” yang dapat melemahkan kekuasaan Fir’aun.
Selanjutnya
lantaran tidak juga kunjung hamil, maka Sarah menikahkan Hajar dengan Ibrahima.s. Akan
tetapi setelah Ismail a.s
lahir, Sarah merasa
cemburu dan memaksa Ibrahim untuk
berpisah dengan Hajar dan putranya Ismail.
Dan inilah
pengorbanan awalnya sebagai isteri Ibrahim dan ibunda Ismail. Hajar dan
putranya Ismail ditinggalkan Ibrahim a.s di lembah yang sunyi; gersang dan
panas, yang kelak kita kenal dengan nama Makkah Al-Mukarramah. Dan dalam
“pembuangan” inilah Hajar berlari antara Bukit Shafa dan Marwa mencari air bagi
putranya yang kehausan (yang kemudian menjadi salah satu kegiatan ibadahnya
orang-orang yang berhaji/umroh). Dan dalam keadaan inilah Allah SWT menolong Hajar
dan putranya dengan ditemukannya (kembali) mata air “Zam-Zam”.
Tentang
peristiwa Ibrahim a.s meninggalkan Hajar dan putranya Ismail a.s tersebut
secara tersirat dan tersurat diterangkan Allah dengan firman-NYA di dalam
Al-Qur’an (sebagai salah satu do’anya Ibrahim a.s):
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezkilah mereka dari buah-buahan; Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim:
37)
Ketika Ismail
a.s beranjak remaja (menurut bahasa Al-Quran (QS. Ash-shoffaat) 102) “sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama….”) Ibrahim a.s datang menjenguk Hajar
dan putranya di lembah yang dulunya sepi, dan kini telah menjadi sebuah
perkampungan yang sangat ramai. Dan dalam masa-masa kunjungan inilah Ibrahim
a.s diperintahkan Allah SWT untuk melaksanakan “kurban” dengan menyembelih
putra yang sangat-sangat disayanginya Ismail a.s.
KH. Bachtiar Ahmad
+ comments + 2 comments
Selamat Hari Raya Idul Adha
Sama-sama Kak.
Posting Komentar