Wajib bagi semua mukallaf untuk memeluk agama Islam, meyakininya
untuk selamanya dan melaksanakan segala hukum-hukum yang diwajibkan
atasnya. Di antara hal yang wajib diketahui dan diyakini secara mutlak,
dan wajib diucapkan seketika jika memang dia (mukallaf) kafir, atau jika
tidak (ia bukan seorang kafir) maka wajib mengucapkannya dalam shalat,
adalah dua kalimat syahadat.
Makna ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH : aku mengetahui,
meyakini dan mengakui (dengan ucapan) bahwa tidak ada yang disembah
dengan hak (benar) kecuali Allah, yang Esa,tiada sekutu bagi-Nya, tidak
terbagi-bagi, tidak bermula, tidak didahului dengan ketiadaan, Maha
Hidup, tidak membutuhkan kepada yang lain, tidak berakhir, Maha
Pencipta, Pemberi rizki, Maha mengetahui, Maha Kuasa, yang mudah
bagi-Nya melakukan segala apa yang Ia kehendaki. Segala apa yang Ia
kehendaki terjadi dan segala apa yang tidak Ia kehendaki tidak akan terjadi. Tidak ada daya untuk menjauhi
perbuatan dosa kecuali dengan pemeliharaan-Nya, dan tidak ada kekuatan
untuk berbuat ta’at kepada-Nya kecuali dengan pertolongan-Nya. Allah memiliki segala sifat kesempurnaan yang layak bagi-Nya dan Maha Suci dari segala kekurangan bagi-Nya.
Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak
ada sesuatupun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar
dan Maha Melihat. Hanya Allah yang tidak memiliki permulaan (Qadim),
segala sesuatu selain-Nya memiliki permulaan (Hadits-baharu). Dia-lah
sang Pencipta,segala sesuatu selain-Nya adalah ciptaan-Nya (makhluk).
Segala yang ada (masuk ke dalam wujud),benda dan perbuatannya, mulai
dari (benda yang terkecil) dzarrah hingga (benda terbesar) ‘Arsy, segala
gerakan manusia dan diamnya, niat dan lintasan fikirannya; semuanya itu
(ada) dengan penciptaan Allah, tidak ada yang menciptakannya selain
Allah,bukan thabi’ah (yang menciptakannya) dan bukan pula ‘Illah. Akan
tetapi segala sesuatu tersebut masuk pada keberadaan (ada) dengan
kehendak Allah dan kekuasaan-Nya, dengan ketentuan dan ilmu-Nya yang
azali (yang tidak bermula), sebagaimana firman Allah:”Dan Allah menciptakan segala sesuatu”(Q.S. al Furqan: 2)
Artinya Allah mengadakannya dari tidak ada menjadi ada. Makna (Khalaqa) demikian ini tidak layak bagi siapapun kecuali hanya bagi Allah.
Allah berfirman:Maknanya: “Tidak ada pencipta selain Allah” (Q.S.Fathir: 3). “Apabila seseorang melempar kaca dengan batu hingga pecah, maka lemparan, hantaman batu dan pecahnya kaca semuanya adalah ciptaan Allah. Jadi seorang hamba hanyalah melakukan kasb. Adapun penciptaan hanya milik Allah.
Allah berfirman:”Bagi setiap jiwa (balasan baik dari) kebaikan yang ia lakukan dengan kasabnya dan atas setiap jiwa (balasan buruk atas) keburukan yang ia lakukan” (Q.S. al-Baqarah: 286). Kalam Allah (sifatNya bukan lafaz Al-quran) Qadim (tidak bermula) seperti seluruh sifat-sifat-Nya. Karena Allah tidak menyerupai semua makhluk-Nya, baik pada Dzat-Nya, Sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Allah Maha Suci dari apa yang dikatakan orang-orang zhalim (orang kafir)dengan kesucian yang agung.
Kesimpulan dari makna (syahadat pertama) ini adalah ketetapan adanya tiga belas sifat bagi Allah, yang sering terulang penyebutannya dalam al Qur’an,baik dengan
lafazh maupun maknanya saja. Yaitu: al Wujud (Allah ada), al
Wahdaniyyah (tidak ada sekutu bagi-Nya pada dzat, sifat dan perbuatan-Nya), al Qidam(tidak
bermula), al Baqa (tidak berakhir), Qiyamuhu bi nafsihi (tidak
membutuhkan kepada yang lain dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya),
al Qudrah (Maha Kuasa), al Iradah (berkehendak), al ‘Ilm (mengetahui
segala sesuatu), as-Sam’u (mendengar segala sesuatu), al Bashar (melihat
segala sesuatu), al Hayat (yang maha hidup), al Kalam (berbicara dengan
kalam yang bukan huruf, suara dan bahasa), Mukhalafatuhu li al hadits (tidak menyerupai segala yang baharu). Karena sifat-sifat ini banyak penyebutannya dalam teks-teks syari’at.
para ulama mengatakan: Wajib atas setiap Mukallaf (Wajib ‘Aini) untuk mengetahuinya/mengimaninya. Dan karena Dzat Allah adalah Azali (tidak bermula), maka
demikian pula sifat-sifat-Nya pasti (wajib) Azali, karena kebaharuan
sifat suatu dzat melazimi kebaharuan dzat tersebut.
Makna ASHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH: “Aku mengetahui, meyakini dan mengakui (dengan ucapan) bahwa
Muhammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Abdul Muththalib ibn Hasyim ibn ‘Abd Manaf
al Qurasyi (dari kabilah Quraisy) shallallahu ‘alayhi wasallam adalah
hamba Allah dan utusan-Nya kepada segenap makhluk. Dan bahwa Sayyidina
Muhammad SAW lahir dan diutus (menjadi seorang Nabi dan Rasul) di Makkah, hijrah ke Madinah dan dimakamkan di sana”.
Termasuk cakupan makna syahadat kedua ini, meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW jujur dalam segala berita yang ia bawa dan sampaikan dari Allah. Di antaranya :
(adanya) siksa dan nikmat kubur,pertanyaan dua malaikat; Munkar dan
Nakir, al Ba’ts(dibangkitkannya semua orang mati), al Hasyr (saat
dikumpulkannya makhluk di suatu tempat), al Qiyamah (hari kiamat), al
Hisab (perhitungan atas segala perbuatan), ats-Tsawab (balasan bagi
seorang mukmin yang membuatnya senang), al ‘Adzab (balasan bagi
seseorang yang membuatnya sedih dan merugi), al Mizan (timbangan yang
memiliki dua neraca; satu untuk kebaikan dan lainnya untuk keburukan),
an-Nar (neraka Jahannam), ash-Shirath (jembatan terbentang di atas
neraka, satu ujungnya pada bumi yang telah diganti – al Ardl al
Mubaddalah- dan ujung lainnya di satu tempat menuju ke arah surga), al
Haudl (telaga), as Syafa’ah (Syafa’at), al Jannah (sorga), ar Ru’yah
(melihat Dzat Allah –di akhirat kelak– dengan mata kepala dengan tanpa
disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa bentuk, tanpa tempat dan
tanpa arah, tidak seperti terlihatnya makhluk), dan kekekalan di dalam
surga dan neraka.
Juga beriman dengan para malaikat Allah, para rasul-Nya,
kitab-kitab-Nya, ketentuan (al maqdur)- Nya yang baik dan buruk, dan
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan pemimpin seluruh
manusia (keturunan Adam). Wajib berkeyakinan juga bahwa setiap nabi
Allah pasti (wajib) memiliki sifat jujur, dapat dipercaya (Amanah) dan
cerdas. Mustahil bagi mereka sifat bohong, khianat, ar-Radzalah
(terjatuh dalam perbuatan hina), bodoh dan dungu.
Mereka pasti (wajib) terjaga dari kekufuran, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menandakan rendahnya jiwa pelakunya, baik sebelum mereka menjadi nabi maupun sesudahnya. Mereka mungkin (ja-iz) saja melakukan dosa-dosa kecil (yang tidak menandakan rendahnya jiwa pelakunya), tetapi mereka diingatkan langsung untuk taubat sebelum dosa-dosa tersebut diikuti oleh orang lain.
Posting Komentar