Ciri-ciri kedurhakaan seorang istri kepada suaminya amat banyak
dan beragam bentuknya. Di antaranya sebagai berikut: istri yang suka
mencaci-maki suami, suka memarahi suami, suka mengangkat suara di depan
suami, suka membuat suami jengkel, berwajah cemberut di depan suami,
menolak ajakan suami untuk berhubungan intim, membenci keluarga
suami, tidak mensyukuri (mengingkari) kebaikan dan pemberian suami,
tidak mau mengurusi rumah tangga suami, membantah/membangkang perintah
suami, keluar rumah tanpa izin suami, selingkuh dengan bentuk apa pun,
suka berkeluh kesah dan tidak puas dengan penghasilan suami.
Menjadi istri shalihah adalah ibadah yang cukup banyak namun
tergolong ibadah yang paling besar dalam menjaring pahala ridha Allah
SWT, sekaligus merupakan kewajiban yang paling besar yang harus
dilakukan setelah kewajiban terhadap Allah SWT dan kepada Nabi SAW.
Sebaliknya, ancaman serta peringatan Nabi SAW terhadap istri yang
durhaka kepada suaminya sangat banyak, di antaranya:
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima
kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya.”
[HR An-Nasa’i dalam Al-Kubra (9135 & 9136), Al-Bazzar dalam
Al-Musnad (2349), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2771)]
“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat kebanyakan penghuninya adalah perempuan, mereka telah kufur (ingkar)!”
Ada yang bertanya, “Apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?”
Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami.
Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari
mereka sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan,
ia (istri durhaka itu) pasti berkata, ‘Saya sama sekali tidak pernah
melihat kebaikan pada dirimu’.” [HR Al-Bukhari dalam Shahih-nya (29),
dan Muslim dalam Shahih-nya (907)].
“Aku mendatangi Rasulullah SAW untuk suatu keperluan. Beliau bertanya, ‘Siapakah ini? Apakah sudah bersuami?’
‘Sudah,’ jawabku.
‘Bagaimana hubunganmu dengannya?’ tanya Rasulullah SAW.
‘Aku selalu mentaatinya sebatas kemampuanku.’
Rasulullah SAW bersabda, ‘Perhatikanlah selalu bagaimana hubunganmu
dengannya, sebab suamimu adalah surgamu, dan nerakamu’.” [HR An-Nasa’i
dalam Al-Kubra (8963), Ahmad dalam Al-Musnad (4/341/no. 19025), dan
lainnya]
“Sekiranya aku memerintahkan seseorang untuk sujud kepada lainnya,
niscaya akan kuperintahkan seorang istri sujud kepada suaminya.” [HR
At-Tirmidzi dalam As-Sunan (1159), dan lainnya].
“Ada dua orang yang shalatnya tidak melampaui kepalanya: budak yang
lari dari majikannya sampai ia kembali, dan perempuan yang durhaka
kepada suaminya sampai ia mau rujuk (taubat).” [HR Ath-Thabarani dalam
Ash-Shaghir (478), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (7330)].
“Ada tiga orang yang shalatnya tidak melampaui telinganya: hamba yang
lari sampai ia mau kembali, perempuan yang bermalam sedang suaminya
marah kepadanya, dan seorang pemimpin kaum sedang mereka benci
kepadanya.” [HR At-Tirmidzi (360)].
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur lalu sang
istri enggan, dan suami bermalam dalam keadaan marah kepadanya, para
malaikat akan melaknat sang istri sampai pagi.” [HR Al-Bukhari kitab
Bad’ al-Khalq (3237), dan Muslim kitab An-Nikah (1436)].
“Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seorang istri tak
akan memenuhi hak Rabb-nya sampai ia mau memenuhi hak suaminya.
Walaupun suaminya meminta dirinya (untuk berjima’) sedang ia berada
dalam sekedup, ia (istri) tak boleh menghalanginya.” [HR Ibnu Majah
dalam kitab An-Nikah (1853)].
Habib Segaf Baharun
Posting Komentar