Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?”
Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya,
mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri
dan hartanya sehingga membuat suami membencinya.” (HR An-Nasa’i No.
3231 dan Ahmad 2/251).
Mari kita renungkan empat kriteria istri shalihah yang telah disebutkan oleh Nabi SAW dalam hadits tersebut:
1. Wanita yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya.
Artinya,
ia akan selalu berusaha untuk terlihat cantik dengan bersolek untuknya,
selalu menjaga sikap dan perangainya sehingga hal itu selalu menghibur
suaminya, berusaha bersikap manja dan menggairahkan pada saat
tertentu, sehingga hal itu akan menyenangkan suaminya. Itulah di
antara yang dimaksudkan Nabi SAW dalam hadisnya.
Tetapi kenyataan yang ada saat ini banyak yang bertolak belakang
dengan hal itu. Kebanyakan istri merias diri atau bersolek ketika
mereka akan keluar rumah, apalagi ketika akan menghadiri suatu undangan,
pesta, atau arisan, sementara penampilannya di depan suaminya biasa
saja tanpa dandan dan bersolek. Perlu diketahui pula, dalam Islam para
suami diwajibkan untuk membelikan alat-alat kecantikan untuk istrinya,
seperti pemerah bibir, parfum, dan yang lainnya, dan itu adalah untuk
suaminya, dan diharamkan jika digunakan untuk keluar rumah.
Banyak pula para istri sekarang kalau dengan orang lain baik
akhlaqnya, baik tutur katanya, selalu menghiasi wajahnya dengan
senyuman ceria, akan tetapi jika di hadapan suaminya seakan hal itu
adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan.
Banyak di antara para istri sekarang ini bukannya bersifat manja dan
menggairahkan untuk suaminya akan tetapi menghadapi sumi dengan
cemberut wajah, berbicara kasar dan menyakitkan, serta menghina dan
merendahkannya.
2. Wanita yang selalu mentaati suaminya jika diperintah (asalkan
bukan dalam kemaksiatan).
Mari kita belajar kepada ketaatan para istri
sahabat Nabi SAW, karena mereka adalah anak didik Nabi SAW. Pernah salah satu sahabat Nabi SAW, ketika akan melakukan bepergian,
berpesan kepada istrinya agar menetap di rumahnya hingga ia kembali,
hingga suatu waktu datanglah saudaranya memberitahukannya bahwa ayahnya
dalam keadaan sakit keras, maka dimintanya untuk menjenguknya, akan
tetapi ditolaknya, mengingat pesan suaminya.
Kemudian datanglah saudaranya tersebut untuk kedua kalinya yang
memberi kabar bahwa ayahnya sekarang dalam keadaan kritis dan
memintanya untuk melihatnya, akan tetapi lagi-lagi lagi ditolaknya dan
ia pun hanya bisa menangis mendengar kabar tentang kondisi ayahnya
(padahal menurut sebagian riwayat rumah ayahnya tersebut berada di atas
rumahnya), akan tetapi ia tidak mendatanginya karena mengingat pesan
suaminya.
Kemudian datanglah saudaranya tersebut untuk ketiga kalinya dan
memberitahunya bahwa ayahnya telah mennggal dunia, sahabat wanita
tersebut hanya menangis dan tidak mendatanginya karena mengingat pesan
suaminya.
Tatkala suaminya datang, kejadian itu dilaporkan kepada Nabi SAW. Subhanallah, tahukah apa jawaban Nabi SAW? Nabi SAW bersabda,
“Ayahnya sekarang berada di surga tertinggi dan diampuni atas semua
dosanya dikarenakan putrinya yang mentaati perintah suaminya, menjadi
istri yang shalihah.”
Namun, lihatlah fenomena yang terjadi sekarang. Bukannya para istri
mentaati suaminya, tapi justru banyak yang suka memerintah suaminya,
layaknya sebagai pembantu atau bawahannya. Enggan dan acuh tak acuh
serta tidak menghargai suaminya.
3 dan 4. Wanita yang tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya
sehingga membuat suami benci kepadanya.
Saat ini, yang banyak terjadi
adalah bukannya seorang istri mengorbankan hartanya untuk suaminya dan
melawan kesenangan dirinya demi kesenangan suami, tapi justru yang
ada para istri memeras harta suaminya, bahkan meproteksinya supaya ia
dapat mendikte pengeluaran suami, dan tidak dapat memberikan hartanya
kepada siapa pun yang dikehendakinya.
Tak sedikit di antara para istri yang merelakan dirinya menjadi
wanita karier, sementara suaminya layaknya pembantunya diperintahkan
menjaga rumah dan anak-anaknya.
Para pembaca yang budiman, sekarang mari kita bercermin dari
seorang wanita shalihah yang tidak ada duanya di tengah umat ini,
satu-satunya wanita yang mendapatkan salam langsung dari Allah SWT,
satu-satunya hamba Allah SWT yang akan mendapatkan surga khusus yang
tak akan didapatkan siapa pun dari penghuni surga nanti. Dialah
Sayyidatuna Khadijah RA, istri Nabi SAW yang sangat beliau cintai.
Sayyidah Khadijah pada mulanya adalah seorang wanita karier yang
sukses hingga dikatakan bahwa ia memiliki 11 tempat usaha. Ia adalah
wanita yang sangat cantik, yang, walaupun umurnya sudah 40 tahun, masih
dapat memikat Nabi SAW, yang dikenal sangat tampan dan rupawan.
Ia
adalah seorang wanita dari kalangan bangsawan qabilah Quraisy akan
tetapi semua sifat itu tidak mencegahnya untuk mengatakan kepada Nabi
SAW pertama kali bertemu dengannya setelah perkawinannya dilangsungkan,
”Wahai Muhammad, kini engkau adalah suamiku, dan mulai sekarang semua
hartaku adalah hartamu dan rumahku ini adalah rumahmu, sedangkan diriku
ini adalah hamba sahayamu.”
Adakah di antara para istri sekarang ini yang mau untuk mengatakan
seperti perkataan itu, sekaligus membuktikannya dalam kehidupannya
sehari-hari sebagaimana hal itu dilakukan Sayyidatuna Khadijah RA? Inilah pertanyaan yang harus menjadi bahan renungan para istri zaman
ini jika mereka berharap diri mereka dapat terhitung sebagai istri
yang shalihah untuk suaminya.
Habib Segaf Baharun
+ comments + 1 comments
jangan menyelisihi suami yah
Posting Komentar