1. Memulainya dengan mengucapkan salam.
Sebelum menanyakan kabarnya dan sebagainya, ucapkan salam lebih dulu, ini dianjurkan oleh baginda Nabi besar Muhammad SAW, ini kemuliaan bagi orang Islam. Ini merupakan termasuk menyebarkan keselamatan sebab di dalam kalimat salam terdapat Asma’ul Husna: As-Salam (Maha Penyelamat).
Sabda Rosulillah Muhammad SAW, “Tebarkanlah salam diantara kalian.”
Jadi kita disuruh menyebarkan keselamatan dari Allah SWT. Assalamu’alaikum (semoga selamat sejahtera bagi engkau), ini mendo’akan sesama muslim, bahkan ini adalah ucapan penduduk surga kalau bertemu dengan penduduk surga.
Al Habib Ghozi Ahmad Musthofa Shihab menambahkan tentang fadhilah as-Salam, bahwa kaum muslimin mesti memberikan ucapan damai, menyatakan dirinya damai, dirinya memberikan kedamaian, dirinya sanggup menerima kedamaian.
2. Memberi tempat duduk di dalam suatu majlis.
Kalau kita ada di dalam majlis, lalu kita lihat ada orang yang datang terlambat (apalagi kalau itu orang alim, orang tua atau orang yang dituakan), sementara di sebelah kita masih ada tempat kosong maka beri tempat duduk padanya, jangan lalu pura-pura tidak tahu atau jangan lalu tidak memberi tempat duduk, padahal sebenarnya masih ada yang kosong di sebelah kita. Ini termasuk adap di dalam majlis.
Bahkan Rosulillah SAW pun memberi tempat duduk di depan pada Sayyidina Abubakar as-Shidiq yang terlambat hadir di majlis-nya Rosulullah SAW. Sampai-sampai akhirnya turun ayat, “Kalau engkau meluaskan tempat, maka engkau akan diluaskan tempatmu oleh Allah SWT.”
Kalau engkau meluangkan tempat, maka engkau akan diluangkan tempatmu oleh Allah SWT, dan kalau kita memberi tempat duduk bagi yang terlambat, apalagi bagi orang tua, orang yang dituakan, orang alim maka berarti kita memuliakan orang yang dimuliakan oleh Allah SWT. Ini akhlaq Islam, akhlaq yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Memang benar kalau kita datang terlambat maka lebih baik duduk di depan (asal tidak mengganggu majlis) tapi kalau ada tempat duduk yang kosong maka masuk jangan biarkan tempat itu kosong. Kalau tempat yang kosong itu dibiarkan tidak diisi maka syetan-lah yang akan mengisi tempat kosong itu, dan ini akan mengganggu majlis, memberi rasa was-was, dan tidak akan mendapatkan kekhusyukan, kenikmatan di dalam suatu ibadah.
3. Kalau ada tamu, berdiri sambut dia. Kalau tamu pulang, antarkan sampai ke depan pintu.
Ini akhlaq yang mulia! Sekarang sudah jarang. Habib Ahmad bin Ali al-’Atthos (Pekalongan) dulu mengantarkan tamu beliau (baik orang yang alim atau tidak atau orang biasa) pulang sampai ke pintu depan, digandengan sama beliau, dido’akan dulu sebelum berpisah, dititipkan dulu tamunya pada Allah SWT. Ini akhlaq yang sudah kita tinggalkan.
Kalau ada saudara / sahabat kita mau pergi, ucapkanlah, “Aku titipkan engkau pada Allah SWT, agamamu, keluargamu, hartamu dan segala hal yang engkau miliki aku titipkan pada Allah SWT.”
Insya Allah saudara / sahabat kita akan mendapatkan keselamatan dari Allah SWT karena Allah-lah sebaik-baik tempat untuk dititipi.
4. Dengarkan dia bicara sampai selesai, jangan dipotong ucapannya
Jangan pernah memutus pembicaraan seseorang, biarkan sampai selesai dulu, jangan di-interupsi seperti yang dilakukan wakil-wakil rakyat saat sidang, sebenarnya ini tidak boleh sebelum selesai bicara! Apalagi kalau yang bicara orang alim, apalagi kalau saat itu ada di dalam majlis…di majlis, usahakan kita diam dengarkan, kalau tidak penting sekali jangan bicara di majlis. Bisa menghilangkan barokah majlis kalau kita bicara di dalam majlis yang pembicaraan itu di luar kepentingan majlis. Ini su’ul adab.
Bahkan haram hukumnya berjalan melewati sederetan orang hingga langkah kaki kita lebih tinggi dari pundak mereka yang sedang duduk tanpa permisi, yang mana kalau mereka tidak ridlo atas perbuatan kita. Sampai seperti itu kemuliaan majlis. Inilah sebabnya kalau datang majlis lebih baik duduk di luar, tapi kalau ada kesempatan untuk maju ya majulah tanpa ber-su’ul adab.
5. Sayangi orang lain seperti kita menyayangi diri kita sendiri.
Kalau kita tidak mau dihina, jangan menghina saudara kita! Kalau kita tidak mau disakiti, jangan menyakiti! Kalau kita tidak suka disepelekan, jangan menyepelekan orang lain! Hukum timbal balik. Tidak akan kita memperoleh kemuliaan dari Allah kalau kita tidak memuliakan orang lain.
Ayat al-Qur’an menyatakan, “Muhammad Rosulullah, dan orang-orang yang bersama dia keras terhadap orang kafir.” Keras di sini bukan keras tiap kali ketemu orang bukan muslim, tapi tunjukkan bahwa kita ini muslim, ada aturan dalam Islam.
Kepada sesama muslim, tunjukkan kemuliaan karena mereka dimuliakan oleh Allah SWT. Bukan sebaliknya. Kalau negara kita belum bisa, rubahlah diri kita dulu, diri kita, diri kita. Kita hormati sesama muslim karena dia mendapat kemuliaan dari Allah dengan La illaha illallah Muhammadur Rosulullah. Muslim yang ketemu karena hubungan tetangga, hormati sebagai hak tetangga. Kalau ketemu di pasar, hormati karena hubungan dagang, dan seterusnya.
Sebelum menanyakan kabarnya dan sebagainya, ucapkan salam lebih dulu, ini dianjurkan oleh baginda Nabi besar Muhammad SAW, ini kemuliaan bagi orang Islam. Ini merupakan termasuk menyebarkan keselamatan sebab di dalam kalimat salam terdapat Asma’ul Husna: As-Salam (Maha Penyelamat).
Sabda Rosulillah Muhammad SAW, “Tebarkanlah salam diantara kalian.”
Jadi kita disuruh menyebarkan keselamatan dari Allah SWT. Assalamu’alaikum (semoga selamat sejahtera bagi engkau), ini mendo’akan sesama muslim, bahkan ini adalah ucapan penduduk surga kalau bertemu dengan penduduk surga.
Al Habib Ghozi Ahmad Musthofa Shihab menambahkan tentang fadhilah as-Salam, bahwa kaum muslimin mesti memberikan ucapan damai, menyatakan dirinya damai, dirinya memberikan kedamaian, dirinya sanggup menerima kedamaian.
2. Memberi tempat duduk di dalam suatu majlis.
Kalau kita ada di dalam majlis, lalu kita lihat ada orang yang datang terlambat (apalagi kalau itu orang alim, orang tua atau orang yang dituakan), sementara di sebelah kita masih ada tempat kosong maka beri tempat duduk padanya, jangan lalu pura-pura tidak tahu atau jangan lalu tidak memberi tempat duduk, padahal sebenarnya masih ada yang kosong di sebelah kita. Ini termasuk adap di dalam majlis.
Bahkan Rosulillah SAW pun memberi tempat duduk di depan pada Sayyidina Abubakar as-Shidiq yang terlambat hadir di majlis-nya Rosulullah SAW. Sampai-sampai akhirnya turun ayat, “Kalau engkau meluaskan tempat, maka engkau akan diluaskan tempatmu oleh Allah SWT.”
Kalau engkau meluangkan tempat, maka engkau akan diluangkan tempatmu oleh Allah SWT, dan kalau kita memberi tempat duduk bagi yang terlambat, apalagi bagi orang tua, orang yang dituakan, orang alim maka berarti kita memuliakan orang yang dimuliakan oleh Allah SWT. Ini akhlaq Islam, akhlaq yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Memang benar kalau kita datang terlambat maka lebih baik duduk di depan (asal tidak mengganggu majlis) tapi kalau ada tempat duduk yang kosong maka masuk jangan biarkan tempat itu kosong. Kalau tempat yang kosong itu dibiarkan tidak diisi maka syetan-lah yang akan mengisi tempat kosong itu, dan ini akan mengganggu majlis, memberi rasa was-was, dan tidak akan mendapatkan kekhusyukan, kenikmatan di dalam suatu ibadah.
3. Kalau ada tamu, berdiri sambut dia. Kalau tamu pulang, antarkan sampai ke depan pintu.
Ini akhlaq yang mulia! Sekarang sudah jarang. Habib Ahmad bin Ali al-’Atthos (Pekalongan) dulu mengantarkan tamu beliau (baik orang yang alim atau tidak atau orang biasa) pulang sampai ke pintu depan, digandengan sama beliau, dido’akan dulu sebelum berpisah, dititipkan dulu tamunya pada Allah SWT. Ini akhlaq yang sudah kita tinggalkan.
Kalau ada saudara / sahabat kita mau pergi, ucapkanlah, “Aku titipkan engkau pada Allah SWT, agamamu, keluargamu, hartamu dan segala hal yang engkau miliki aku titipkan pada Allah SWT.”
Insya Allah saudara / sahabat kita akan mendapatkan keselamatan dari Allah SWT karena Allah-lah sebaik-baik tempat untuk dititipi.
4. Dengarkan dia bicara sampai selesai, jangan dipotong ucapannya
Jangan pernah memutus pembicaraan seseorang, biarkan sampai selesai dulu, jangan di-interupsi seperti yang dilakukan wakil-wakil rakyat saat sidang, sebenarnya ini tidak boleh sebelum selesai bicara! Apalagi kalau yang bicara orang alim, apalagi kalau saat itu ada di dalam majlis…di majlis, usahakan kita diam dengarkan, kalau tidak penting sekali jangan bicara di majlis. Bisa menghilangkan barokah majlis kalau kita bicara di dalam majlis yang pembicaraan itu di luar kepentingan majlis. Ini su’ul adab.
Bahkan haram hukumnya berjalan melewati sederetan orang hingga langkah kaki kita lebih tinggi dari pundak mereka yang sedang duduk tanpa permisi, yang mana kalau mereka tidak ridlo atas perbuatan kita. Sampai seperti itu kemuliaan majlis. Inilah sebabnya kalau datang majlis lebih baik duduk di luar, tapi kalau ada kesempatan untuk maju ya majulah tanpa ber-su’ul adab.
5. Sayangi orang lain seperti kita menyayangi diri kita sendiri.
Kalau kita tidak mau dihina, jangan menghina saudara kita! Kalau kita tidak mau disakiti, jangan menyakiti! Kalau kita tidak suka disepelekan, jangan menyepelekan orang lain! Hukum timbal balik. Tidak akan kita memperoleh kemuliaan dari Allah kalau kita tidak memuliakan orang lain.
Ayat al-Qur’an menyatakan, “Muhammad Rosulullah, dan orang-orang yang bersama dia keras terhadap orang kafir.” Keras di sini bukan keras tiap kali ketemu orang bukan muslim, tapi tunjukkan bahwa kita ini muslim, ada aturan dalam Islam.
Kepada sesama muslim, tunjukkan kemuliaan karena mereka dimuliakan oleh Allah SWT. Bukan sebaliknya. Kalau negara kita belum bisa, rubahlah diri kita dulu, diri kita, diri kita. Kita hormati sesama muslim karena dia mendapat kemuliaan dari Allah dengan La illaha illallah Muhammadur Rosulullah. Muslim yang ketemu karena hubungan tetangga, hormati sebagai hak tetangga. Kalau ketemu di pasar, hormati karena hubungan dagang, dan seterusnya.
Disarikan dari ceramah Habib Hasan Shihab
Posting Komentar