Kata syubhat berasal dari bahasa arab (الشبهة)
artinya keadaan sama, serupa, keadaan gelap, kabur, samar, tidak jelas (Ahmad Warson Munawwar, al-Munawwir, Kamus
Arab-Indonesia, 1984, hlm. 740).
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, syubhat berarti sesuatu yang
ketentuan hukumnya tidak diketahui secara pasti, apakah dihalalkan atau
diharamkan. Dalam pengertian yang lebih luas syubhat ialah sesuatu yang tidak
jelas apakah benar atau tidak, atau masih mengandung kemungkinan benar atau
salah (Abdul
Azis Dahlan, et. al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve,
Cet. ke-1, 1996, hlm. 1759).
Abdurrahman ar-Rasyid, dalam bukunya Halal
Haram Menurut al-Quran dan Hadist, mendefinisikan syubhat adalah setiap perkara
yang tidak begitu jelas antara halal dan haramnya bagi manusia. Hal ini dapat
terjadi karena tidak jelasnya dalil dan mungkin karena tidak jelasnya jalan
untuk memahami nash atau dalil yang ada terhadap suatu peristiwa (Abdurrahman ar-Rasyid,
Halal Haram Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006, hlm.
47).
Menurut
Imam al-Ghazali, syubhat adalah sesuatu yang masalahnya tidak jelas karena di
dalamnya terdapat dua macam keyakinan yang berlawanan yang timbul dari dua
faktor yang menyebabkan adanya dua keyakinan tersebut (Al-Imam Abi Hamid
Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya ’Ulumuddin, Jilid II, Beirut: Darul
Fikr, Cet. ke-1, 1989, hlm. 112)
Hukum syubhat didasarkan pada hadist
Rasulullah Saw,
حدّثناَ
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ أَنْبَأَناَ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عن مُجَالِدٍ عن الشَّعْبِي
عن النُعْماَنِ بْنِ بَشِيْرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُولُ
الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَ الْحَراَمُ بَيِّنٌ وَ بَيْنَهُماَ أُمُورٌ مُشْتَبهَاتٌ لاَ
يَدْرِي كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ أَ مِنَ الْحَلاَلِ هِيَ أَم مِنَ الْحَرَامِ فَمَنْ
تَركَهاَ اِسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَ عِرْضِهِ فَقدْ سَلِمَ وَ مَن وَقَعَ شَيئاً مِنهاَ
يُوشِكُ اَنْ يُوَاقِعَ الْحَرَامَ كَماَ أَنَّهُ يَرْعَى حَولَ الْحِمَى يُوشِكُ اَنْ
يُواقِعُهُ أَلآ وَ إِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلآ وَ إِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ
(رواه الترمذي)
Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada kita, Hammad
bin Zaid mengabarkan kepada kita dari Mujalid dari Sya’bi dari Nu’man bin Basyir berkata: Saya
mendengar Rasulullah saw bersabda: Halal itu jelas dan haram itu jelas pula,
dan diantara keduanya ada perkara-perkara syubhat (yang samar-samar), banyak
orang yang tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa yang meninggal-kannya, maka ia
telah membersihkan dirinya untuk agamanya dan kehormatannya, maka selamatlah
dia dan barangsiapa jatuh kepada hal syubhat, maka ia seakan-akan jatuh kepada
yang haram. Umpama seorang yang menggembala dekat daerah yang terlarang, seakan
ia nyaris jatuh (memasuki) daerah itu. Ketahuilah bahwa setiap negara ada tapal
batasnya, dan tapal batas Allah adalah yang diharamkannya. (HR. at-Turmudzi).
Terhadap persoalan syubhat, Islam
memberikan suatu garis yang disebut wara’ (sikap berhati-hati karena takut
berbuat haram). Di mana dengan sifat ini seorang muslim diharuskan menjauhkan
diri dari masalah yang masih syubhat sehingga ia tidak akan terseret kepada
perbuatan yang haram.
Ust. Hakam Ahmad El Chudri
Posting Komentar