Saya yakin, tak ada yang bisa menghalangi
orang yang memiliki kehendak jujur untuk bangun Shalat Subuh.
Kalau seorang muslim betul-betul merasakan
tingginya nilai Shalat Subuh berjamaah, maka dia akan mengatur seluruh
kehidupannya agar bisa bangun untuk Shalat Subuh.
Lihatlah apa yang difirmankan Allah
berkenaan dengan orang-orang munafik.
"Dan jika mereka mau berangkat,
tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, namun Allah tidak
menyukai (membenci) keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka,
dan dikatakan kepada mereka, 'Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal
itu'." (QS. At-Taubah: 46)
Jadi, kemauan akan muncul, manakala mereka
memiliki keseriusan dan kejujuran untuk keluar, sehingga mereka benar-benar
akan mempersiapkan apa saja yang memungkinkannya berangkat ke medan perang.
Begitu juga bagi yang berkeinginan Shalat Subuh. Jika mereka tidak
mempersiapkan apa-apa, berarti ia bukan orang yang jujur. Seakan-akan ia
berkata, "Saya mau tapi saya tidak setuju...."
Contohnya, kalau tidurnya terlambat, tidak
memasang jam weker, dan tidak mengusahakan apa saja yang dapat membantunya
bangun pagi, bagaimana ia bisa mengatakan : "Saya mau Shalat, tetapi saya
tidak mendengar adzan!" Kalau tidak ada keinginan yang kuat, maka jangan
berharap bisa mendengar adzan!
"Kalau kiranya Allah mengetahui
kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat
mendengar." (QS. Al-Anfal : 23)
Bahkan meski sekiranya seorang muslim
mendengar adzan tapi kemauannya lemah, ia tidak akan bangun juga. Namun yang
lebih berbahaya adalah bila sampai pada tingkat : Allah membenci jika ia
bangun. Apa yang akan terjadi kalau Allah sudah membenci bangunnya seorang
muslim untuk Shalat ?
Allah membenci apabila ada seorang muslim
yang bangun hanya ingin melanggar perintah-Nya. Ia tidak mempunyai kemauan
kuat, dan terang-terangan berniat untuk bermaksiat. Allah tidak menginginkan
seorang hamba yang "datang" kepada-Nya dengan keterpaksaan dan
kebencian. Akan tetapi Dia mencintai seorang hamba yang taat, yang rela
melangkahkan kakinya karena rindu akan cinta-Nya.
Apabila Allah mendapatkan seorang hamba
yang lemah kemauannya, maka Ia akan semakin menanamkan keengganannya untuk
Shalat, atau amal kebaikan lainnya. Bahkan Allah akan membuatnya tidak mampu
dan "mencegahnya" beramal. Allah SWT berfirman :
"Tetapi Allah tidak menyukai
(membenci) keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan
dikatakan kepada mereka, 'Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal
itu'." (QS. At-Taubah: 46)
Jadi, introspeksilah! perkara ini sungguh
penting. Jika Anda telah bersiap meninggalkan Shalat Subuh, hati-hatilah bila
Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi
(Shalat). Anda akan ditimpa kemalasan, futur (turun keimanan), lemah, dan terus
berdiam diri.
3. Jangan Terpengaruh Kondisi
Nasihat saya, jangan terpengaruh oleh
banyaknya orang-orang yang meninggalkan Shalat Subuh. Imam Tirmidzi
meriwayatkan sebuah hadits yang ia nilai sebagai hadits hasan dari Hudzaifah ra
bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Janganlah kamu jadi orang yang
ikut-ikutan; kamu mengatakan: 'Jika orang-orang baik, kami juga aka jadi baik,
dan jika mereka berbuat zhalim maka kami juga akan berbuat zhalim.' 'Tetapi
berdirilah dengan kokoh pada prinsip: 'Jika orang-orang menjadi baik kamu juga
akan baik dan jika orang-orang jelek maka janganlah kamu berbuat zhalim'."
Jangan bandingkan diri Anda dengan orang
yang hanya berdiam diri, namun bandingkanlah diri Anda dengan sahabat-sahabat
Rasulullah saw. Bandingkan dengan Anas bin Malik ra, yang menangis karena
ketinggalan satu Shalat Subuh. Bandingkan dengan Khalid, Qa'qa', Yusuf bin
Tasyfin, dan Quthuz.
Tinggikanlah cita-citamu.
Teladanilah pada teladan yang agung.
Besarkan tujuanmu dan besarkan obsesimu.
Nasihat saya selanjutnya, buatlah jadwal
evaluasi pelaksanaan Shalat Subuh. Tulislah disitu hari-hari dalam satu bulan.
Apabila Anda Shalat Subuh berjamaah, berilah tanda (v), dan apabila tidak maka
berilah tanda (x). Lalu evaluasilah diri Anda di akhir bulan. Niscaya akan
terlihat apakah hidup Anda berjalan dengan benar, atau salah ?
Ingatlah, ini masalah serius! Umar bin
Al-Khaththab berkata, Evaluasilah dirimu sebelum di evaluasi (pada hari
kiamat), dan timbanglah amalmu sebelum ditimbang, dan berhiaslah Anda untuk
hari persaksian yang besar."
Ust. Muhammad Eksan
Posting Komentar